"Bugh!"
"Arghhh... Appo..." Jaemin memegang erat perut bawahnya yang ditendang oleh orang yang Jaemin tak pernah lihat itu. Bau alkohol tercium hingga hidung Jaemin. Ia sungguh bersumpah tak pernah bertemu dengan pria ini, namun bagaimana pria tersebut mengetahui namanya? "Jaemin... Kau pasti kangen sama penis besarku 'kan?" Jaemin bergidik nyeri. Sambil menahan rasa nyeri di perut Jaemin bergerak mundur. Ia tidak memiliki banyak tenaga tersisa karena dirinya belum makan sedari pergi keluar. Sedangkan pria di depannya? Memiliki tenaga berlimpah untuk menghabisi Jaemin.
Untungnya Jaemin masih cekatan dan segera membuka ponselnya untuk menghubungi Jaehyun. Ia tak memiliki pilihan lain selain Jaehyun. Namun saat memencet nomor Jaehyun, ponselnya dihempaskan begitu saja oleh pria di depannya. "Mau nelpon siapa, hm?" Pria itu menarik pergelangan tangan kecil Jaemin dan membuat Jaemin berlutut di hadapannya. "Hik- Lepas!" Jaemin tak dapat menahan tangisannya lagi. Ia takut diperlakukan tak senonoh di depan umum. Dirinya memang seorang stripper, namun ia bukan jalang kelas bawah yang mau dipakai di mana saja kapan saja. Terlebih lagi setelah kejadian dirinya diseret layaknya sampah terakhir kali. Jaemin berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melakukan pekerjaan itu lagi. "Oh ayolah! Terakhir kau memintaku untuk menggempurmu sampai pagi, kenapa sekarang kau berlagak suci?" "STOP! PERGI! Hik- Hyung... Hyung..."
Secara tiba-tiba rahang Jaemin ditarik mendekati muka jelek pria itu. Bau pekat alkohol semakin tercium, Jaemin ingin muntah rasanya. "Hari ini kau akan bermalam bersamaku, jalang kecil~" Dengan paksa pria itu mencium bibir Jaemin. Jaemin terus memberontak dan mendorong pria tersebut. Kacamata bulat yang dipakainya pun sampai menusuk kedua bola matanya, membuat Jaemin merasa nyeri berlebih. Karena terus di dorong, pria tersebut kesal dan membanting tubuh Jaemin ke aspal basah di bawahnya. "Dasar jalang! Tinggal terima jadi aja ga bisa!" Perut Jaemin kembali ditendang dan diinjak olehnya. Jaemin hanya bisa menangis dan melindungi kepalanya menggunakan lengannya. "A-Ampun... Hik- tolong..." Lirih Jaemin dengan suara begitu kecil.
Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu, tetapi setelah puas menginjak dan menendang tubuh Jaemin ia pergi begitu saja. Meninggalkan Jaemin dengan luka lebam di sekujur tubuhnya. "Hik-... Hik-..." Jaemin terus terisak, kepalanya begitu pening menahan semua luka yang ia terima. Baik dari luar maupun dari dalam. Hatinya sakit diperlakukan seperti sampah, ia juga lelah menghadapi masalah yang sebenarnya bukan masalahnya. Untung saja kacamata itu tidak menusuk terlalu dalam. Namun pembuluh darah kedua matanya pecah, mengakibatkan matanya kini terdapat titik merah. Sungguh mengerikan untuk dilihat. Jaemin memejamkan kedua matanya dan meringkuk di aspal basah di bawah langit malam itu. Ya, sekarang matahari sudah tak terlihat lagi. Jaemin berusaha mengumpulkan tenaganya, namun ia akan kembali menangis saat hendak bangun dari posisinya.
Jaehyun yang baru saja pulang menjadi panik karena tidak dapat menemukan sosok Jaemin di rumah. Ia juga tak dapat menghubungi ponsel Jaemin. Namun semua barang Jaemin masih ada pada tempatnya, menunjukkan bahwa Jaemin tidak kabur darinya. Namun tetap saja ia khawatir. Akhirnya ia mencoba mencari Jaemin di daerah rumahnya. Namun nihil, ia tak dapat menemukan Jaemin.
"Triingg~ Triingg~" Ponsel Jaehyun berbunyi, dan tanpa melihat siapa yang menelpon, Jaehyun langsung mengangkatnya. "Halo?" Jaehyun berharap suara Jaemin akan terdengar. "Halo, apakah anda mengenal tuan yang memiliki hp ini? Saya menemukan ponsel ini terbuka dan tergeletak begitu saja tak jauh dari pria manis ini... Mungkin anda mengenalnya?" "Di mana? Jaemin- Dia ga kenapa-napa 'kan?" "Uhm... Sepertinya aku tak bisa bilang dirinya baik-baik saja... Aku berada di Jalan XXX, aku akan menunggumu di sini." Jaehyun langsung menutup telepon itu dan pergi ke alamat yang diberikan.
"Jaemin!" Jaehyun tak memperdulikan sosok lelaki mungil yang membantunya menjaga Jaemin sedari tadi dan langsung mendekap tubuh di manis yang terbalut mantel kumuh. "Oh, kau sudah sampai, Tuan." Jaehyun menoleh, melihat sosok anak kecil yang meringkuk kedinginan. Mantelnya ia berikan untuk menyelimuti Jaemin yang tertidur di aspal. "Kau... Tak apa?" Setelah berdebat dengan pikirannya, Jaehyun memutuskan untuk ikut membawa anak itu bersamanya dan Jaemin ke rumah sakit. Ia butuh penjelasan dan juga membawa anak tersebut ke tempat yang lebih hangat, dan layak.
"Tuan, terima kasih atas teh panasnya." Ucap anak lelaki itu dengan ceria. Jaehyun hanya mengangguk dan kembali fokus pada Jaemin yang masih senantiasa diobati. Tubuhnya benar-benar penuh dengan lebam. Untungnya tidak ada tulang yang patah, namun mata Jaemin... terlihat menyeramkan. Jaehyun pikir Jaemin akan menjadi buta. Namun dokter menjelaskan bahwa itu hanya pembuluh darah yang pecah. Jaemin masih bisa sembuh. Namun dokter itu juga menasehati Jaehyun untuk terus berada di sisinya. Setidaknya tanyakan masalah yang ia alami karena ia merasa Jaemin butuh bantuan orang lain.
"Siapa namamu?" Tanya Jaehyun sembari menunggu Jaemin bangun dari tidurnya.
"Chenle... Zhong Chenle."
"Zhong? Kau bukan orang Korea?"
Chenle menggelengkan kepalanya. "Aku kabur, Tuan."
"Kabur? Sendiri?" Chenle mengangguk sembari memainkan jarinya.
"Tinggalah bersama kami." "Jaemin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way He Moves [2Jae]
FanfictionA Fanfiction of NCT's Jung Jaehyun x Na Jaemin 🛑Mature🔞 🛑BxB 🛑Harsh Words 🛑21+ Scene/s start: 13/03/2022 end: - Written by: atingsee