11

1.3K 85 3
                                    

"KASIH TAU SEKARANG KENAPA JAEMIN KE SINI!!" Sekarang Doyoung berada di TKP. Tempat di mana Jaemin memberikan seluruh uangnya kepada rentenir kejam itu. "S-Sumpah kita ga apa-apain dia! Dia cuman ke sini nanya utang bapaknya!" Rentenir itu ketakutan setengah mati melihat Doyoung menodongkan pistol kesayangannya. "Cuman itu?" Rentenir itu meneguk ludahnya kasar. "I-Iya! Cuman itu! Beneran!" Rentenir itu tidak mau meninggal akibat memberitahu nominal yang diberikan Jaemin pada mereka. Setelah mendapatkan jawaban tersebut, Doyoung berdecak kesal. Ia pun pergi meninggalkan rentenir tersebut. Setidaknya ia masih berbaik hati pada mereka.

"Ck. Siapa yang berani buat Jaemin gw babak belur gitu? Bahkan matanya kecolok. Astaga Jaeminku tercinta..." Doyoung terus berkomat-kamit seorang diri sembari berjalan menusuri gang kecil, tempat di mana Jaemin ditemukan. "Kenapa pula Jaeminku ke daerah sini?!" Doyoung kembali menghela napasnya. Ia melihat sekitar dan menemukan cctv yang berada agak jauh dari tempatnya berdiri. Setidaknya, ia bisa melihat siapa saja yang melewati gang ini.



"Triing!" "Selamat datang~!"

"Permisi, maaf mengganggu. Apa saya boleh melihat rekapan cctv yang ada di depan toko?"

"Uhm... Saya ga yakin... Apa bapak polisi?"

"Bukan, tapi saya perlu melihat siapa yang sudah membunuh adik saya."

"Bu- APA?!" Berkat suara nyaring pelayan itu seisi cafe pun melihat interaksi mereka. Doyoung bahkan memejamkan matanya, takut ludah orang tersebut menyiprat kepadanya. "Jadi? Bisa tolong kasih tunjuk?" Tatapan Doyoung menajam. Pelayan itu pun mengangguk dengan cepat dan langsung mengantar Doyoung masuk.

"Ini, ini yang kami punya. T-Tapi apa beneran di..." Doyoung menoleh sebentar melihat pelayan itu yang agak gugup dan sedikit cemas. "Ah, untungnya selamat. Tapi dia mengalami pelecehan seksual di gang sempit dekat sini." Pelayan itu hanya mengangguk dengan mulut terbuka. "Semoga adikmu baik-baik saja..." "Tentu tidak. Dia dilecehkan." Jawab Doyoung tanpa melihat lawan bicaranya. "Ah, ya..."



"TAK!" "Ini dia. Sialan babi satu ini." Doyoung langsung menelpon Jaehyun saat menemukan sosok yang bisa ia pastikan adalah pelaku yang membuat Jaeminnya tersakiti.

"Halo, Jae?"

"Gimana? Udah ketemu orangnya?"

"Udah. Gw bakal langsung eksekusi dia-"

"Jangan! Doy, jangan kotorin tangan lu lagi."

"Hell. Dia udah nyakitin Jaemin. Mana mungkin gw biarin?"

"Ck. Maksud gw pake pembunuh bayaran aja. Orang kayak dia mah gampang, Doy."

"Huh. Fine."

Doyoung langsung mematikan telponnya dan berbalik badan. Ia dikejutkan dengan sosok pelayan yang tadi membantunya tertidur dengan tidak etisnya di bangku di dekatnya. "Hey... Hey." Doyoung menggoyang-goyangkan bahu pelayan itu. "A. E? Oh, tuan udah ketemu pelakunya?" Doyoung mengangguk dan memasukan tangannya ke saku celananya. "Makasih atas kerjasamanya." Pelayan itu kembali mengangguk dan tersenyum lembut kepada Doyoung. "Sama-sama, Tuan...?" "Doyoung." "Ah, Tuan Doyoung! Aku Renjun. Salam kenal!" Doyoung mengerutkan keningnya namun tetap membalas salaman tangan Renjun.



"Hyung! Lihat Lele bawa apa!" Chenle memberikan Jaemin ayam goreng yang baru saja ia beli menggunakan kumpulan kupon yang ia koleksi. "Chenle dapet ini dari mana, sayang?" Bukan, itu bukan Jaemin melainkan Jaehyun. Jaehyun baru saja selesai mandi di kamar mandi rawat inap Jaemin. "Chenle kumpulin voucher ayam gratis. Tadinya Chenle mau pake buat ulang tahun Chenle, tapi sekarang Chenle mau kasih buat Minmin hyung! Soalnya Hyung udah baik mau rawat Chenle!" Jaemin terkekeh mendengar cerita Chenle. Ia juga tersentuh atas hadiah yang ia dapatkan dari perjuangan keras Chenle. "Terus untuk Jaehyun hyung tidak ada?" Chenle hanya menyegir sembari menggaruk tengkuk lehernya. "Hahahaha, tidak apa Chenle. Kita bisa makan bersama."

"Uhm... Chenle sudah kenyang..." Jaemin dan Jaehyun melihat ke arah Chenle yang senantiasa memegang perutnya yang rata. Ia bahkan baru memakan setengah potong ayam. Jaemin khawatir Chenle akan jatuh sakit jika terus seperti itu. "Chenle, yakin ga mau makan lagi?" Chenle menggeleng imut ke arah Jaemin. Sungguh, setelah Chenle mendapatkan baju yang layak dan mandi dengan bersih ia menjadi sangat bening dan menggemaskan. "OK, tapi nanti malem Chenle makan lagi ya?" Chenle mengangguk patuh dengan perkataan Jaemin. Ia merasa seperti mempunyai Ibu baru.



"Hyung, kita bisa pulang sekarang 'kan?" Jaehyun menoleh dan mendatangi Jaemin yang masih duduk di ranjang rawatnya. "Iya, kata dokter kamu udah boleh pulang. Tapi selama sebulan ini kamu harus sama Hyung terus. Hyung bakal jaga kamu dan Chenle 24/7." "Chenle juga! Chenle juga bakal jaga Minmin hyung!" Chenle ikut menimbrung pembicaraan dengan tangan yang terus terangkat. Jaemin terkekeh melihat kegemasan Chenle untuk yang kesekian kalinya. Ia mencubit lembut pipi tirus Chenle. "Kamu harus makan yang bener dulu baru boleh jagain Hyung." Ucap Jaehyun tak kalah gemas dengan Chenle.

'Semoga situasi akan terus damai seperti ini...' Batin Jaemin.



Di liat2 makin pendek aja chapternya wkwkwkkw, next chapter panjangan dehhh

The Way He Moves [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang