14

1.2K 74 0
                                    

"Arrr~ Pusing..." Renjun baru saja terbangun dari mimpi indahnya. Dengan sisa alkohol yang masih mendera, Renjun memegang erat kepalanya yang pusing. "Sudah bangun?" Renjun hanya mengangguk lemah. "Pusing?" Renjun kembali mengangguk. "Ini, minum dulu tehnya." Renjun mengambil gelas yang diberikan dan menyeruputnya sedikit demi sedikit. "Enakan?" Tanya Doyoung sembari mengelus-elus punggung Renjun. Renjun pun mengangguk lagi dan menoleh, menatap mata hitam kecoklatan milik Doyoung yang terlihat kelam. "Thank you... Doyoung-shi. Maaf udah ngerepotin..." Doyoung hanya berdehem sebagai balasan dan berjalan menuju lemari bajunya. Ia mengambil satu kaos abu-abu dan celana pendek miliknya. "Mandi, pake aja baju ini dulu. Saya tunggu di bawah." Tanpa menunggu jawaban Renjun, Doyoung langsung keluar dari kamar.

"Hhhhh bisa gila gw. Gimana bisa ada orang seimut itu pas bangun tidur?! Cuman Jaemin gw yang boleh selucu itu! Ck." Gumam Doyoung saat berjalan menuju dapur. "Oy, Doy. Gw berangkat dulu ya! Balikin anak orang itu jangan lupa." Doyoung tak memperdulikan omongan Johnny dan melanjutkan sesi memasaknya yang tadi terhenti. "Kayaknya gw perlu jenguk Jaemin deh..." Ucap Doyoung yang sedang mengocok telurnya. Ia sedang membuatkan omelet untuk Renjun. Entah kenapa dia merasa perduli pada Renjun. Ada sepercik rasa khawatir di dalam hatinya. Sepercik? Sepertinya rasa khawatir Doyoung lebih dalam dari yang terlihat.



"Doyoung-shi?" Panggil Renjun yang baru saja tiba di dapur. Doyoung menoleh dan menarik kursi untuk Renjun. "Duduk. Makan." Entahlah, tiba-tiba Doyoung menjadi kaku. Renjun terlihat menggemaskan menggunakan baju miliknya. Paha Renjun juga terpampang mulus, menambah kesan gemasnya. "Ini buat saya?" Doyoung mengangguk dan kembali menyiapkan bekal untuk adiknya tercinta nanti. Renjun sedari tadi hanya memperhatikan tangan gesit Doyoung dan menghabiskan lauk yang Doyoung berikan. Ia merasa iri kepada orang yang akan mendapatkan bekal tersebut. Bahkan digambarkan karakter-karakter kelinci dan hati di dalam kotak itu.

Tanpa Doyoung sadari, ia tersenyum puas melihat hasil karyanya. "Kau suka membuat hal-hal seperti ini ya?" Senyum Doyoung kembali menghilang. Ia lupa ada Renjun di dekatnya. "Apa? Oh, tentu. Ini untuk adikku tercinta." Renjun tersenyum melihat kelakuan Doyoung. Doyoung begitu mencintai adiknya, ia tidak jadi iri karena mengetahui bekal tersebut untuk adik Doyoung. "Adikmu umur berapa? Enak sekali dia bekal sekolahnya menggemaskan begitu~" Renjun bermaksud untuk memuji bekal Doyoung, tetapi ia tak mendapatkan jawaban dari Doyoung. "Doyoung-shi?" "16 tahun. Dia ga sekolah." Mulut Renjun terbuka sambil mengangguk. 'Salah ngomong gw.' Batik Renjun.



Beralih ke kerluarga kecil Jung, sekarang Jaemin, Jaehyun dan Chenle sedang sibuk mencari sekolah untuk Chenle. Pagi tadi Jaehyun membuat Chenle menjadi Jung Chenle. Ia mengangkat Chenle menjadi anaknya, dan tentu saja hal tersebut membuat Chenle semakin senang. Ia tak sabar bisa memiliki keluarga baru. Ia membuat suatu kesepakatan dengan Jaehyun. Chenle berjanji untuk membantu Jaehyun meluluhkan hati Jaemin. "Chenle, kamu berarti mau masuk SMP 'kan?" Chenle mengangguk. "Aku juga banyak belajar di perpustakaan kok! Jadi aku itu sudah pintar!" Jaemin mengacak-acak rambut Chenle dengan penuh gemas.

"Jaemin-a, hyung agak takut kalo ninggalin Chenle sendirian di sekolah, gimana kalo kamu masuk juga?" Jaemin terlihat berpikir keras. Kali ini, Jaehyun berbicara seolah prioritasnya adalah Chenle. Jaemin jadi tergoda untuk ikut masuk sekolah. "Hyung yakin kamu juga takut Lele kenapa-napa 'kan?" Jaemin mengangguk, "OK, kalo gitu aku juga ikut daftar." Jaehyun senang mendengar Jaemin setuju dengan masukannya. Setidaknya Jaemin akan mendapatkan banyak teman baru nantinya, pikir Jaehyun.



"Hyung, ini beneran 1,5 miliar hyung kasih ke aku secara cuma-cuma?" Jaehyun mencium kening Jaemin. "Iya, tapi kamu harus janji sama hyung untuk jaga Chenle dan kasih tau hyung setiap kali kamu ada kesulitan. OK?" Jaemin tersenyum dan mengangguk patuh. "Thank you so much, Jae hyung..." Dan Jaemin memeluk Jaehyun dengan erat setelah mengucapkan terima kasihnya. Tentu saja Jaehyun membalas pelukan hangat itu. "Dan, jangan lupa minggu depan kamu sama Chenle mulai sekolah." Jaemin mengangguk dalam pelukan tersebut.

Jujur, Jaemin merasa lega. Ia seperti memiliki keluarga baru. Ia menyukai perasaan hangat ini. Namun bukan hanya Jaemin yang merasakan hal tersebut. Baik Jaehyun dan Chenle pun merasa terlengkapi dengan keluarga kecil baru mereka ini. "Ya udah, hyung tunggu kamu di bawah sini. Kamu kasih mereka uangnya terus langsung balik ya?" Jaemin melepaskan pelukannya dan mengangguk kembali. "Siap, hyung."



Waktu terlewat begitu cepat. Hari ini adalah hari pertama bagi Chenle dan Jaemin untuk masuk ke sekolah baru mereka. Keduanya merasa gugup membuat Jaehyun gemas dengan raut wajah yang mereka buat. "Kalian ga usah gugup aduh~ Nanti pulang sekolah Chenle langsung pulang sama Jaemin hyung ya? Jaemin-a, jangan kemana-mana lagi nanti. Langsung pulang ya? Hyung harus pergi ke kantor hari ini soalnya ada proyek baru. Bisa 'kan?" Jaemin dan Chenle mengangguk patuh kepada Jaehyun.

Sumpah, Jaehyun merasa akan mati melihat kegemasan keduanya. Jaemin dan Chenle menggunakan seragam dan tas ransel mereka. Keduanya begitu rapi dan siap untuk belajar. Sebelum berpisah, Jaehyun tak lupa mengecup kening kedua bayinya. "Have a good day!" Teriak Jaehyun melihat Jaemin dan Chenle berlari kecil menuju pintu masuk. Chenle pun tak lupa berbalik dan melambaikan tangannya pada Jaehyun.


Hari ini rasanya pengen double-up~

The Way He Moves [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang