6

2.3K 134 2
                                    

"Jaemin? Bisa jelasin kenapa lu bisa di sini?" Dengan wajah malasnya Jaemin menengok ke arah Jeno yang tersulut emosi. "Bukan urusan lu. Sejak kapan gw harus kasih tau lu gw pergi kemana?" Jeno mengeratkan genggaman tangannya. "Pulang!" Dengan paksa Jeno menarik Jaemin keluar dari rumah Jaehyun. Jaehyun hanya terdiam melihat Jaemin yang perlahan menghilang dari pandangannya. Jujur, Jaehyun sangat ingin menariknya kembali, tapi dia tahu Jaemin perlu berbicara dengan keponakannya itu.



"Jen, bisa ga sih stop?" Jaemin sedari tadi dengan pasrah mengikuti langkah besar Jeno. Ia merasa lelah. "Stop? Oh, lu mau balik lagi ke Jaehyun hyung buat jual diri lu sendiri? Ato lu sekarang udah terlalu addicted to sex sampe lu harus ngangkang lebar ke orang yang ga lu kenal?" Jeno sudah mendidih. Ia bahkan tak memberikan kesempatan bagi Jaemin untuk menjawab pertanyaannya, dan kembali menarik Jaemin dengan kasar hingga masuk ke kamarnya. "Aw! Jen! Bisa ga sih pelan dikit?" Jeno tak mendengarkan Jaemin dan mulai membuka jas dan dasi yang ia kenakan. Menggulung sedikit kemejanya dan melepaskan jam tangannya. Pemandangan yang indah, bahkan Jaemin sedikit terbawa suasana. Setelahnya Jeno mendekati Jaemin hingga muka hidung mereka bertabrakan. "Pelan? Gw pikir lu suka dikasarin kayak gini." Suara rendah Jeno membuat Jaemin merinding.

Jeno dengan kasar mencekik Jaemin dan merobek baju yang Jaemin pakai dalam sekali tarikan. "Akh! Jen!" Jeno menyumpal mulut Jaemin dengan dasi yang tadi ia kenakan dan mengikat tangan Jaemin dengan robekan baju Jaemin. Tanpa berlama-lama Jeno menarik dengan kasar celana serta dalaman Jaemin dan melihat teman kecil Jaemin yang sudah menegang. "Cih! Percuma lu teriak minta lepas kalo tubuh lu aja menikmati apa yang gw lakuin." Jeno membalikkan tubuh Jaemin dan menarik bongkahan pantatnya hingga menungging.

"PLAKK!"

"NGG!"

"PLAKKK!!"

"ANGGGHH!"

Jaemin hanya bisa berteriak dibalik dasi yang menyumpal di mulutnya saat pantat mulusnya itu ditampar keras oleh Jeno. Bahkan dasi itu sudah basah berkat liur Jaemin yang terus keluar. Jaemin menengok ke belakang saat merasa tak ada pergerakan dari Jeno, namun ia dikejutkan dengan mainan yang ada di tangan temannya itu. Jaemin menggeleng keras ke arah Jeno walaupun tak dihiraukan olehnya. Tanpa pemanasan atau lube Jeno memasukan dildo berukuran raksasa. Bahkan 2x lipat lebih besar dari milik Jeno. "AAAAAAAAANGGGHHH! NGGG!!! HAAAANGGG!!!" Jaemin menangis menahan sakit yang ia rasakan. Dildo itu bahkan bisa bergetar, membuat Jaemin terkapar lemas di ranjang dan bergetar seirama dengan getaran dildo tersebut. Sedangkan Jeno? Ia hanya duduk melihat kesengsaraan Jaemin dari jauh. Kegiatan tersebut belanjut hingga sore hari.



"Aaaa..." Jaemin terbangun dengan suara seraknya yang sudah mau habis. Ia melihat sekeliling dan tak menemukan sosok Jeno. Dengan perlahan Jaemin berjalan menuju kamarnya dan segera mengemaskan barang-barangnya. Seakan tersadar bagaimana perlakuan Jeno padanya, Jaemin membulatkan pilihannya untuk menetap di tempat Jaehyun. Tanpa berlama-lama, bahkan tanpa membersihkan badannya lagi, Jaemin segera keluar dari apartemen itu dan menemui Doyoung di club seperti biasa.



"Hyung..." Doyoung yang mengenal suara Jaemin langsung berbalik dan memeluk erat tubuh Jaemin. "What happened to your voice? Kamu gapapa? Bukannya kamu sama Jaehyun? Itu koper kenapa? Kamu diusir 'kah? Kamu mau tinggal-" Jaemin memeluk kembali tubuh Doyoung, membuat Doyoung terdiam. "Hyung, aku mau pindah ke tempat Jaehyun hyung. Tinggal bareng Jeno kayaknya bukan pilihan yang tepat." Setelah mendengar itu dari Jaemin, Doyoung langsung menelpon Jaehyun. "Jae, tawaran lu ke Jaemin tadi... Dia mau terima. Cepet ke club, anter Jaemin pulang. Tolong jaga dia. 5 Menit. Waktu lu cuman 5 menit." Setelah itu, Doyoung langsung menutup teleponnya dan kembali memeluk Jaemin seakan mereka akan berpisah dalam jangka waktu yang panjang.

"Hyungie... Aku bakal tetep kerja di sini ya."

"Ga. Selama kamu tinggal bareng Jaehyun, kamu ga perlu kerja di sini."

"Tapi aku ga mau gitu! Aku masih bisa nafkahin diri aku sendiri kok!"

"Hhhh... Hyung udah tau hari ini bakal dateng. Selama ini, gaji kamu hyung simpen 50%. Hyung tau uang kamu itu selalu diambil sama papa kamu. Karena itu hyung diem-diem simpen setengahnya. Dari uang itu, hyung yakin biaya sehari-hari kamu bakal cukup untuk 2 tahun kedepan."

"Hyung..."

"Hyung ga mau kamu kerja mati-matian terus, Jaemin-a... Please, dengerin hyung kali ini ya? 2 tahun. Selama 2 tahun tolong kamu explore segala hal yang mau kamu explore. Masalah biaya, kamu punya uangnya. Jaehyun ga akan bayarin kamu, hyung juga. Itu semua uang hasil kerja kamu sendiri selama ini. Okay?" Doyoung mengelus rambut Jaemin, menatap adik manisnya yang sedikit pucat.

"Thank you Doyoung hyungie~" Jaemin kembali memeluk Doyoung dengan erat.

"Doy-" Jaehyun baru saja tiba. Doyoung dengan berat hati melepaskan pelukan Jaemin dan memberikan koper Jaemin pada Jaehyun. "Sampe dia kenapa-napa, lu bakal jadi orang pertama yang gw bunuh." Jaehyun hanya tersenyum sambil memberikan peace sign pada Doyoung. "Let's go, Na?" Jaemin mengangguk dan melambaikan tangan pada Doyoung.



"Hhhhh... Sekarang tinggal cari dimana bapak edan satu itu."


Maap ya telat up hehe~ pulkam tsayyy~

The Way He Moves [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang