12

1.3K 83 2
                                    

Di suatu pagi yang cerah, Jaehyun memandang indah wajah manis Jaemin. Jaemin tertidur begitu pulas di sampingnya bersama Chenle dipelukannya. Rasanya ia seperti sudah memiliki keluarga kecil. Ia tak menyangka akan memperlakukan orang lain dengan penuh cinta. Selama ini ia hanya bisa merendahkan dan meremehkan orang lain. Namun berkat Jaemin, ia berubah. Dan Jaehyun merasa bahagia dengan itu.

"Triing~ Triing~" Jaehyun mendengar ponsel Jaemin berdering pun langsung melihat siapa yang menelpon. Setelah mencuri pandang pada Jaemin yang masih berada di alam mimpi, Jaehyun memutuskan untuk pergi dan menerima telepon tersebut.

"Hey~ Jaemin-shi, kapan kamu bakal bayar bunganya??"

"..."

"Halo? Cih, jangan bilang lu ga mampu? Gw ga mau tau 4 hari lagi 1,5 miliar udah harus ada ditangan gw-"

"PIIP!"

"Jaemin..." Jaehyun sedikit terkejut saat ponsel Jaemin ditarik begitu saja oleh pemiliknya. "Kenapa hyung pegang-pegang barang aku tanpa seizin aku?! Siapa hyung bisa ngelakuin ini semua?!" "Jaem-" "DIAM!" Jaemin marah besar. Sebenarnya ia bukan marah karena ponselnya diambil begitu saja. Ia takut Jaehyun mengetahui lebih banyak kelemahannya lagi. Menurutnya saat ini Jaehyun sudah mengetahui terlalu banyak. Setelah berteriak pada Jaehyun, Jaemin langsung berlari ke kamarnya dan mengunci pintunya. "Hhhhh..." Helaan napas dari Jaehyun pun kembali terdengar.



"Halo, Doy?"

"Hm."

"Orang kemaren udah selesai 'kan?"

"Ya, tapi gw rada curiga sama rentenir yang kemaren gw temuin."

"Rentenir?" Jaehyun langsung mengingat kejadiannya dengan Jaemin barusan.

"Iya, dia bilang Jaemin nanyain berapa utang bapaknya."

"Berapa?"

"Gw ga nanya lah! Emang kenapa?"

"Kayaknya Jaemin janji ke mereka bakal bayar utangnya. Tadi gw denger 4 hari lagi dia harus bayar 1,5 miliar."

"... Jaemin..."

"Udah, ini biar gw yang urus. Lu tenang aja."

"PIIPP!"



Di sinilah Jaemin berada, melamun sembari melihat kuku jarinya. "Mau manja ke mama, tapi gw ga ada emak. Mau ngomong ke bapak, tapi bapak yang buat gw begini pula... Hhhhh oh hidup seorang Na Jaemin mengapa begitu sengsara..." Setelah curhat dengan dirinya sendiri, Jaemin pun segera merapikan tas-tas miliknya untuk ia jual siang ini. "Hmm... Kayaknya jam ini juga bisa dijual deh... Apa lagi ya?" Jaemin bahkan ikut menjual baju-baju kesayangannya, termasuk mantel macan sexy yang ia miliki. Seusai mempersiapkan segalanya, Jaemin pun membuka pintu kamarnya.

"Mau ke mana kamu?" Jaemin hanya bisa berdiri tegap, mulutnya kelu untuk menjawab Jaehyun. Masalahnya, ia sudah membawa 2 koper bersamanya. Seakan mau pindahan. Melihat koper itu Jaehyun semakin tersulut emosi.

"Uhm... itu..."

"Mau ke mana kamu, Jaemin?!" Tanya Jaehyun sedikit membentak. Ini pertama kalinya Jaehyun berbicara seperti itu pada Jaemin. Membuat pria manis di hadapannya tersentak.

"Mau jual barang!"

"Hah?"

"Hik- Hyung sama aja! Hyung sama aja kayak Papa! Hik- Hyung pasti mau pukul aku juga 'kan? Iya 'kan? Hik- Huwaaaaa~" Jaehyun jadi bingung harus berbuat apa. Ia berani bersumpah tak ada pikiran untuk memukul sosok mungil di depannya itu. Akhirnya Jaehyun hanya bisa menarik dan merengkuh tubuh kecil Jaemin ke dalam dekapannya. Jaemin terus memukul-mukul punggung Jaehyun dengan kepalan tangannya. Sedikit sakit, namun Jaehyun masih bisa menahannya.



"Hik-..." Sekarang Jaemin sudah lebih tenang. Jaehyun pun membawa Jaemin masuk kembali ke dalam kamarnya dan mendudukannya di atas pangkuannya. "Sorry, dear... Hyung sama sekali ga bermaksud. Tadi hyung kira kamu mau pergi dari sini..." Jaemin memandang mata Jaehyun. Ia bisa merasakan ketulusan Jaehyun dari tatapan dan ucapannya barusan. "Jangan nangis Jaemin, mata kamu masih proses penyembuhan 'kan?" Jaemin mengangguk imut. "Sekarang jelasin ke hyung kenapa kamu bisa ke rentenir itu. Dan kamu ngapain aja di sana." Jaemin termenung. Sepertinya ia perlu menceritakan semuanya, semuanya pada Jaehyun.

"Hyung, aku ga mau repotin hyung. Aku mau selesaiin urusanku sendiri, setidaknya itu yang ada di pikiranku sampe kemaren. Aku... datengin Jeno dan rentenir itu. Aku udah ngomong baik-baik sama Jeno, dan abis itu aku ke rentenir kemaren. Aku pikir utang Papa sedikit, ternyata 3 miliar sama bunga-bunganya..." Jaehyun melebarkan matanya. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "3 miliar?" Jaemin mengangguk. "Tapi yang hyung denger tadi 1,5 miliar..." Jaehyun bukan terkejut karena angkanya, tapi ia terkejut karena ada perbedaan harga begitu besar dengan yang ia ketahui tadi pagi.

"Iya, aku udah bayar setengah... Sekarang-" "Kamu bayar pake uang dari Doyoung?" Jaemin mengangguk layu. "Hhhhh... Jaemin, kenapa kamu bayar itu? Itu 'kan bukan kewajiban kamu..." Jaemin kembali tersenyum. "Tapi dia tetep Papa aku, hyung... Aku tetep anaknya." Jaehyun tertegun dengan jawaban Jaemin. "Sisanya, biar hyung yang bayarin." Jaemin menggelengkan kepalanya ribut. "Itu uang yang banyak. Aku ga mau utang sama hyung." "Siapa bilang kamu utang sama hyung? Hyung bayar kamu karena udah bawa malaikat kecil ke sini." Jaemin mengedipkan matanya bingung, "Chenle?" Jaehyun pun mengangguk. "Tapi kenapa hyung bayar aku untuk itu?" "Karena hyung mau. Kamu kasih malaikat kecil yang begitu berharga, masa 1,5 miliar aja hyung ga kasih ke kamu? Seharusnya hyung kasih seluruh harta yang hyung punya ke kamu." Memang Jaehyun aneh, biarkan saja. Mari beralih ke Doyoung.



Di Next Chapter ya hehe~

The Way He Moves [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang