3

3K 165 3
                                    

Di sinilah Jaemin bersama dengan Jaehyun di ruang tengah apartemen. Tak ada satupun dari mereka yang bersuara. Jaemin sibuk dengan baju dan kukunya yang ia mainkan, dan Jaehyun dengan tenang menyeruput teh hangat yang disajikan oleh Jaemin. "Sudah berapa lama?” Jaemin mengangkat kepalanya dan melihat Jaehyun yang sudah menatapnya sedari tadi. "Maksudnya?” "Sudah berapa lama kamu berhubungan sama Jeno?” Jaemin mengerti maksud Jaehyun. "Ah, saya ga punya hubungan apa-apa kok sama Jeno.” Jaehyun memicingkan matanya. Namun ia tak bisa menemukan kebohongan dari mata Jaemin. "Jadi maksud kamu kalian tidur bareng tanpa menjalin hubungan?” Jaemin hanya mengangguk dengan muka polosnya. Argh, Jaehyun sangat menginginkan Jaemin saat ini.

"Apa kamu ngelakuin hal itu untuk uang juga?” Jaemin menggeleng ribut. "Saya sama Jeno memang sepakat untuk ngelakuin itu tanpa perasaan. Saya memang kadang butuh pelampiasan, Jeno pun juga.” Jaehyun semakin tertarik dengan Jaemin. Seseorang yang terbuka dan jujur, hal yang jarang ia temukan. "Kalau begitu, kenapa kamu ga terima tawaran saya? Selain kamu dapat uang, kamu juga bisa memakai saya sebagai pelampiasanmu.” Jaemin mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti kenapa Jaehyun begitu memaksanya untuk menjadi sugar baby-nya. "Kenapa anda sangat tertarik dengan saya?” "Karena saya menyukai kamu. Saya tidak pernah menemukan orang seperti kamu.”


Terhitung sudah 1 minggu Jaehyun dan Jaemin berbincang di apartemennya. Jaemin masih belum memberikan Jaehyun jawaban, namun semakin lama ia semakin terhasut oleh tawaran itu. Ia bahkan jarang pulang ke apartemen dan membuat Jeno frustrasi.

"Jaemin.” Suara berat yang sangat Jaemin benci. Jaemin membalikkan badannya dan mengepalkan tangannya dengan erat.

"Kenapa lagi? Aku ga ada uang. Mendingan Papa pergi sekarang.” Jaemin berusaha berbicara setenang mungkin. Ia tak mau membuat kericuhan di tengah cafe.

"Huh! Terserah kamu mau kasih atau ngga uangnya. Asal kamu tau, Papa buat semua utang pake nama kamu. Dan dalam perjanjian, kalo uang itu ga dibayar, kamu bakalan jadi milik mereka.” Seketika mata Jaemin berair, tetapi Jaemin masih berusaha menahannya.

"Terserah. Mulai sekarang aku bukan anak Papa lagi. Kita ga ada hubungan apapun.”

"Kayak gw mau aja punya anak macam jalang kayak lu.” Setelah itu, ayah Jaemin langsung meninggalkan Jaemin. Jaemin langsung terduduk, air matanya mengalir. Isakan pun mulai terdengar. Selama 2 jam penuh ia menghabiskan waktunya melepaskan rasa sakit di dalam hatinya.

Namun Jaemin tahu, menangis tidak akan menyelesaikan segalanya. Ia berjalan kembali ke club untuk memulai shift malamnya. Saat ia masuk, Doyoung langsung menghampirinya. "Na, kamu kenapa? Kenapa mata kamu bengkak? Siapa yang sakitin kamu?” Jaemin melihat Doyoung dan menepis tangan Doyoung dari wajahnya dengan lembut. "Hyung… aku boleh izin ga hari ini?” Doyoung tahu apa yang telah terjadi. "Kamu udah makan?” Pertanyaan Doyoung dijawab dengan gelengan lemah dari Jaemin. Doyoung langsung menuntun Jaemin ke tempag yang lebih sepi dan menyajikan beberapa makanan beserta manisan kesukaan Jaemin. "Makan dulu ya, hyung harus layanin orang dulu.” Jaemin masih tersenyum lemah ke arah Doyoung dan mengangguk sebelum Doyoung benar-benar kembali bekerja.

Jaemin melihat makanan-makanan yang tersedia di depannya. Ia kembali meneteskan air matanya sambil perlahan membuka bungkus manisannya. Ia sangat bersyukur masih ada Doyoung yang dengan tulus mengasihinya. Ia takut dirinya akan diculik dan tinggal bersama orang yang tak ia kenal. Ia akan diperbudak, bahkan dijual-belikan layaknya barang. Ia tak menyangka ayahnya sendiri akan menjualnya secara cuma-cuma demi uang. Jaemin terus menangis hingga napasnya tercekat. Setelah merasa lebih baik, Jaemin dengan cepat menghabiskan makanannya dan pergi ke ruang ganti untuk mempersiapkan diri melanjutkan pekerjaannya. "Jaemin-a, lu harus kerja.” monolog Jaemin.

Doyoung yang masih bekerja pun terkejut melihat Jaemin yang berada di panggung dengan kostum lingerie hitam mencolok. Ingin sekali Doyoung menarik Jaemin turun dari panggung, namun ia tahu Jaemin akan membencinya jika ia melakukan itu. Akhirnya Doyoung hanya bisa menunggu hingga acara Jaemin selesai. Tak lama saat menunggu, Jaehyun datang dan duduk di dekat Doyoung. "Biasa.” Namun Doyoung tak membuatkan minuman Jaehyun. "Jae, gw tau gw ga layak buat minta bantuan lu. Tapi bisa 'kan lu tolong gw sekali ini aja?” Jaehyun pun langsung mengangguk. Tak biasa Doyoung meminta tolong padanya. Ini pertama kalinya Doyoung memasang wajah khawatir.

"Tolong bunuh ayahnya Jaemin.”


Up lagi nihhh~ Kayaknya udah sedikit ya yg nunggu? wkwkwkwk

Jangan lupa vote & comment yakk!!

The Way He Moves [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang