Lee Donghyuck tidak tau kenapa hasil tesnya mengatakan bahwa identitasnya tidak dapat terdefinisi. Ia bukan alpha, ia juga bukan beta, dan ia juga bukan omega. Lalu ia dipertemukan dengan si Huang Renjun yang tengah bersedih karena hasil tesnya adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Renjun berjalan di tepi lapangan dengan sebungkus kuaci jumbo yang baru ia beli di kantin di pelukannya. Lapangan lumayan ramai karena biasanya tiap jam istirahat kedua tempat itu dipakai untuk bertanding basket. Bukan pertandingan yang serius, hanya untuk main-main saja. Tentu saja kalau ada api pasti ada asapnya. Jadi selain dipenuhi siswa yang bermain basket, lapangan juga diisi oleh siswa-siswi yang ingin menonton pertandingan itu. Entah menonton karena suka, karena bosan, karena ada orang yang disuka, atau alasan lainnya. Tapi, Renjun tidak memiliki semua alasan yang sudah disebutkan tadi. Jadi dia hanya melewati lapangan tanpa minat, padahal dulu biasanya ia akan selalu duduk di di kursi pinggir lapangan untuk mencuci mata. Ah, dampak Lee Donghyuck memang seberpengaruh itu ya.
"REEENN!" Renjun menghentikan langkahnya dan menoleh ke sana kemari mencari sumber suara. Dan netranya menangkap seseorang yang kini tengah berlari mendekatinya dari pinggir lapangan.
"Kenapa, Lia?" Tanya Renjun sambil memasukkan kuaci yang sudah dibukanya ke dalam mulut.
"Biasa, hehe." Lia menyodorkan sebuah amplop berwarna pink muda dengan stiker berbentuk hati warna merah yang sengaja Lia gambar retakan di sana. Membuatnya menjadi bentuk patah hati. Renjun sendiri sudah familiar dengan hal seperti ini. Lia memang sering menitipkan surat dengan stiker yang sama tiap kali ia sedang perang dingin dengan Ryujin. Lia lebih suka mengekspresikan kemarahan dan kesedihannya lewat surat yang sebenarnya sebagian besar tidak dibaca oleh alpha female itu.
"Berantem lagi? Minggu kemaren lo udah berantem tiga kali, lho."
"Mau gimana lagi Ren, Ryu kan emang nyebelin. Kemaren sore-sore dia ajak aku mancing di empang sok bayangin!! Terus pancingannya tuh malah kena aku jadi nya aja aku nya nyemplung ke empang. Ih .. Bau." Lia bercerita dengan ekspresi kesalnya yang begitu ketara. Renjun maju untuk mencium aroma tubuh Lia.
"Tapi sekarang udah gak bau kok. Wangi."
"Iya, aku mandi sampe tujuh kali." Renjun menatap Lia prihatin, lalu menepuk pucuk kepala Lia beberapa kali. "Semangat ya Lia. Yang minggu kemaren gue dukung Ryujin tapi sekarang gue dukung lo kok. Nanti gue marahin deh Ryujinnya."
"Okkie! Thank you, Ren. Dadah!"
"Daaah ..."
Renjun memasukkan surat itu ke dalam kemasan kuacinya supaya tidak hilang dan memasuki koridor menuju kelasnya.
__
"Nih, paket."
Ryujin yang sedang bersandar di kursinya dengan kepala mendongak membenarkan duduknya saat mendengar suara Renjun. Ia menatap amplop yang Renjun lempar pelan di atas meja.