Parselmouth

1.2K 166 4
                                    

Disclaimer: Harry Potter! J.K. Rowling

_________

Harry makan sebanyak yang dia bisa. Mimpi buruknya semalam tentang Sirius membuatnya terjaga sepanjang malam. Sirius... Satu-satunya keluarga yang dia miliki setelah kedua orang tuanya meninggal. Ayah baptisnya yang menyayanginya sepenuh hati. Puncak kesedihan yang tidak bisa dia bendung lebih lama lagi.

Dia sering mencaci dirinya sendiri karena tidak memperhatikan tanda-tanda itu. Sirius datang untuk menolongnya yang di mana tidak seharusnya dia lakukan. Rasa bersalahnya masih sama besarnya seperti dulu walaupun waktu telah berlalu.

"Hadrian." Harry menoleh memiringkan kepalanya memandang Orion penuh tanya. "Makananmu, kau tidak menghabiskannya dan hanya bermain dengannya." Mata hijaunya menoleh menatap makanan di atas piringnya.

Harry tidak menyadarinya sama sekali. Fokusnya benar-benar teralihkan. Dengan senyuman gelisah Harry kembali menatap Orion, "aku rasa, aku sudah kenyang. Ingin ke kelas?"

__________________

Hal pertama yang Harry ingat adalah kelas pertahanan terhadap ilmu hitam yang diajari oleh profesor Dumbledore sendiri. Sebelum menjadi kepala sekolah Dumbledore mengajar sebagai guru pertahanan ilmu hitam dan transfigurasi. Ini akan menjadi pertama kalinya dia melihat kepala sekolahnya dulu itu mengajari seorang siswa.

Kutukan terhadap posisi itu masih belum ada. Tom Riddle adalah penyebab yang membuat Hogwarts di setiap tahunnya mendapat profesor baru di posisi pertahanan terhadap ilmu hitam. Sifat angkuh dan dendamnya semakin menjadi-jadi bahkan setelah dia lulus dari Hogwats. Tidak berubah sama sekali.

Tom Riddle haruskah aku membunuhnya tepat setelah dia lulus? Batin Harry.

Sebelum dia memecah jiwanya ke dalam Horcrux. Tidak akan sulit untuk membunuhnya.

Meja dan kursi disingkirkan oleh Dumbledore sehingga menyisahkan ruangan kosong yang cukup untuk 30 siswa dari 2 asrama yang berbeda, yaitu Gryffindor dan Slytherin. "Satu kelompok terdiri dari 2 orang dan kalian akan berlatih untuk secara bergantian untuk menyerang dan bertahan."

Sebuah kotak kayu coklat melayang dan mendarat tepat di depan meja Dumbledore. Namanya segera disebut dan yang menjadi pasangannya adalah kakek dari Neville, Algie Longbottom. Harry bisa melihat kemiripan diantara mereka berdua. Hanya saja Algie tidak segugup Neville ketika harus berinteraksi dengan orang lain.

Harry melontarkan mantra expalliarmus yang bisa ditangkis dengan cukup baik oleh Algie. Harry bisa melihat kalau Algie sedikit gugup berpasangan dengannya. Apa karena dia berada di Slytherin? Berpasangan dengan Slytherin membuatnya gugup? Bahkan Harry bisa melihat sebulir keringat seukuran biji jagung di pipi pucatnya.

"Aku tidak akan menyakitimu dengan sengaja, Algie. Jadi santai saja."

"Umm, y-ya aku tahu, aku sudah memperhatikanmu dan kau tidak sejahat beberapa Slytherin yang aku tahu, Peverell."

"Kau bisa memanggilku Hadrian." Algie mengangguk kaku, bahunya sudah sedikit rileks. Harry tersenyum melihatnya.

Suara teriakan terdengar dari barisan paling belakang kelas. Corvus dan yang Harry ingat namanya sebagai Jane berteriak ketika Corvus dengan senyum angkuhnya mengeluarkan mantra Serpensortia. Seekor ular berbisa mendekatinya dan Jane berusaha menyeret tubuhnya yang terjatuh ke lantai menjauh dari ular berbisa itu. Corvus jelas sedang bermain-main dengannya.

Tidak ada yang berani mendekat. Tepat sebelum profesor Dumbledore bertindak. Harry sudah melangkahkan kakinya mendekati ular itu. Secara naluriah dia mendesis. Merasa terpanggil ular berbisa itu mengangkat kepalanya dan menatap kedua mata hijau Harry.

New World, Same ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang