Poison

886 122 1
                                    

Disclaimer: Harry Potter! J.K. Rowling

A/N : gak tau kenapa pas buat ch ini sedikit lebih susah dari ch ch sebelumnya.

Hope you like it! Happy reading.

________________

Harry dengan ekspresi wajahnya yang datar memegang vial kecil berisi racun Basilisk. Dia tahu betapa tingginya nilai jual racun itu di pasaran. Tapi Harry tidak memiliki keinginan untuk menjualnya. Basilisk telah memberikan racunnya secara sukarela dan Harry setidaknya berhasil mendapatkan tiga vial.

Butuh waktu dua tahun, sampai Harry memasuki tahun ketiganya untuk menyetujui undangan yang diberikan Slughorn kepadanya. Sebenarnya undangan itu sudah dia terima di tahun keduanya tapi Harry tidak meliriknya sama sekali. Pikirannya dipenuhi oleh banyak hal dan klub Slug bukanlah salah satunya.

"Waktu itu kau mengatakan petualangan yang menegangkan dan akan membawa kami ke sana. Apa yang kau maksud adalah kamar rahasia milik Salazar Slytherin?" Mata Harry beralih dari vial di tangannya ke Avery.

Mereka duduk saling berhadapan kedua punggung tangan Avery menumpu dagunya, memandangnya dengan tatapan yang sulit dia artikan.

Harry mengangguk meletakkan vial itu di atas meja. "Dan kau tau ini apa?"

"Racun Basilisk?" Sekali lagi Harry mengangguk. Malam sudah sangat larut profesor ramuannya tertidur di atas meja dengan dengkuran kecil. Hanya ada Harry dan Avery yang masih sadar dan menetap di sana. Harry sedikit berharap untuk melihat Tom tapi sepertinya dia tidak datang.

Avery hanya memandang teman sekamarnya dalam diam. Ketika pertama kali bertemu dengannya, dia tahu kalau Hadrian Peverell adalah gambaran Slytherin yang sempurna. Seorang parseltongue, darah murni, cerdas, licik, dan tahu bagaimana menggunakan kartunya dengan baik. Tentu saja, selain fakta kalau Harry membela muggle yang tidak bisa dimengerti olehnya.

Di antara mereka berempat, Harry sangat dekat dengan Orion, beberapa kali dia memergoki keduanya berpegangan tangan atau tertidur di ranjang yang sama. Bukannya Avery keberatan dengan hal itu, dia senang melihat Harry tersenyum begitu cerah ketika bersama dengan Orion. Meskipun senyuman itu tidak ditunjukkan untuknya.

Avery memiliki ketertarikan dengan Harry tapi bukan dalam artian yang sama dengan Orion. Bagaimanapun bersaing dengan pewaris Black jelas bukan yang diinginkan olehnya. Keluarganya memang kaya dan berkuasa tapi Black adalah salah satu keluarga yang tidak ingin dia musuhi.

"Mau kembali ke asrama?" Perlahan Avery mengangkat kepalanya menatap mata hijau Harry di bawah cahaya lampu yang mulai redup. Tidak pernah dia melihat mata yang begitu cantik tapi juga mematikan di saat yang bersamaan.

"Ya, Orion pasti bertanya-tanya apa yang membuatmu begitu lama di sini." Harry memutar kedua bola matanya dan mulai berjalan meninggalkannya. Seringai Avery hanya semakin melebar ketika sekilas dilihatnya rona merah tipis di kedua pipi Harry saat dia menyebut nama Orion.

Meskipun masih di pertengahan bulan November udara dingin bisa mereka rasakan dibalik jubah yang mereka kenakan. Malam di mana semuanya tertidur dan hanya ada suara langkah kaki mereka yang bergema di sepanjang koridor ruang bawah tanah, dan itu semakin membuat mereka ingin berlindung di balik selimut tebal dan hangatnya tempat tidur.

Di tengah perjalanan, mereka sempat bertemu dengan prefek Slytherin dan ketiganya hanya tersenyum satu sama lain. Kemudian prefek tahun ke-6 itu hanya menyuruh mereka untuk segera kembali ke asrama. Prefek Slytherin tidak pernah mengambil poin milik rumah mereka sendiri. Tidak adil memang tapi tidak ada yang terlalu memedulikan hal itu.

New World, Same ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang