1

865 57 6
                                    

Malam minggu adalah malamnya bagi anak muda. Seperti halnya dengan sekarang, banyak sekali anak muda tengah berkumpul di tempat balap motor.

Black Wolf

Siapa yang tidak tahu dengan geng motor itu. Bahkan namanya sudah terkenal di kawasan Jakarta sampai Bandung. Geng motor yang paling ditakuti oleh semua geng motor. Kecuali Angel Devil.

Di pinggir jalanan tempat balap motor, si ketua Black Wolf tengah duduk di motornya dengan para anggota inti di sebelahnya.

"Vis, bentar lagi giliran lo," ucap Agas.

"Siapa lawan gue?" tanya si ketua.

"Gue juga belum tau, tapi kayaknya bentar lagi lawan lo sampe," jelas Agas.

"Oi Vis," panggil Justin.

Si ketua hanya mengangkat satu alisnya, seakan-akan berbicara "apa".

"Kalo lawan lo Angel Devil gimana?"

"Ya lawan,"

Justin hanya menghela nafas tidak heran dengan ketuanya yang sangat irit bicara.

"Lo gak ada niatan buat taruhan gitu," ucap Arsen.

"Gini lohh, kalo misal dia kalah lo mau apa dan sebaliknya," lanjut Arsen.

"Boleh juga ide lo," ucap Travis.

Tak lama kemudian, dari arah barat nama geng yang dibicarakan datang dengan mengendarai motor besarnya. Dengan posisi sang ketua geng ditengah dan anggota inti di kanan kirinya.

Semua anggota inti geng Angel Devil membuka helm full face nya. Kecuali sang ketua.

"Ray, lawan lo kali ini ketua Black Wolf," ucap Naura.

"Udah tau," sahut Raya santai.

"Gue harap lo menang Ray," ucap Rea.

"PASTILAH!! RAYA KAN ALWAYS MENANG!!" teriak Lea membuat mereka di sebelahnya menutup telinga karena teriakan cetar membahana milik Lea, si gadis mulut boncabe.

"Lambemu tak lakban sisan," kesal Zey dengan logat jawanya.

Translate:

(Mulut lo gue lakban sekalian)

"Hehe punten," ucap Lea cengar-cengir.

"Udah buruan sana, kita bakal di pinggir situ," ucap Naura sambil menepuk bahu si ketua.

Raya hanya mengangguk lalu menjalankan motornya menuju ke tengah jalanan untuk memulai balapan.

Di sisi kanannya, sudah ada ketua Black Wolf yang terlihat santai menatap lurus ke depan. Tak lupa dengan sorot matanya yang tajam.

"Gue mau taruhan,"

Ucapan Travis tersebut membuat Raya menoleh ke ketua Black Wolf.

"Cih, taruhan?"

"Biar lebih seru," ucap Travis dengan suara beratnya.

"Yang kalah harus turuti permintaan yang menang dan yang menang boleh minta taruhan apa aja. Gimana deal?" tawar Travis sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Oke deal," jawab Raya tanpa beban dan mengabaikan uluran tangan ketua Black Wolf itu.

Keduanya langsung bersiap-siap untuk memulai balapan. Lalu perempuan dengan baju kurang bahan sudah berdiri di depan dua ketua geng itu dengan membawa bendera start.


One....


Two....


Three.....


TRAVISRAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang