3

317 32 3
                                    

Setelah bel terakhir berbunyi, siswa-siswi SMA Pattimura langsung keluar kelas menuju parkiran untuk pulang ke rumah. Travis dkk langsung menaiki motornya kemudian menuju ke rumah sakit. Tempat dimana dia dirawat.

Sekitar 15 menit Travis dkk sudah sampai di lokasi. Tanpa berlama-lama, mereka langsung melenggang pergi masuk ke bangunan yang berisi orang dirawat. Di bagian resepsionis, Travis bertanya terlebih dahulu untuk memastikan ruangan dia berpindah atau tidak.

"Atas nama Gerald Regansyah," ucap Travis to the poin.

"Dirawat di kamar tulip nomor 245, ruangan tersebut ada di lantai dua," ucap resepsionis dengan sopan.

Travis langsung bergegas menuju kamar itu tanpa mengucapkan kata terimakasih ke resepsionis tadi.

"Makasih ya mbak, maapin bestie saya ya emang suka gitu," ucap Justin.

"Iya tidak apa-apa, saya maklumi," balas resepsionis itu seraya menundukkan kepalanya sopan.

"Udah buru, ntar kita ketinggalan Travis," ucap Arsen menggeret Justin yang masih mematung di tempatnya.

Sesampainya di depan pintu ruangan itu, dengan pelan Travis membuka pintu tanpa membuat seseorang yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit terbangun.

Pemandangan yang ia lihat pertama kali yaitu kakak kembarnya yang selisih hanya 10 menit tengah terbaring lemah dengan selang yang menyambung di beberapa anggota tubuhnya.

Sahabat Travis memandangi objek di depannya dengan raut wajah sedih. Bahkan Agas hampir menitihkan air matanya.

"Lo gak mau bangun? Lo gak kasian sama kembaran lo? Ck, gue keliatan lemah kalo udah berkaitan sama lo," ucap Travis seraya memandangi kembarannya dengan tatapan berkaca-kaca.

"Vis, gue tau gimana perasaan lo. Tapi lo jangan gini," nasehat Dimas.

"Kalo tau gini, mending gue aja yang sakit-sakitan bahkan kalo bisa mending gue yang gak ada aja," ucap Travis semakin tidak terarah.

"Lo ngomong apaan sih, kita disini mau jenguk Gerald tapi lo nya jangan ngomong gituan dong," ucap Arsen sedikit tegas.

"Gue kira punya kembaran itu seru bisa main bareng, cih ternyata gue gak seberuntung itu,"

"Rald, ayo bangun, ayo lo bisa sembuh. Ntar kita bisa balapan motor bareng, jahilin bunda, full time bareng," lanjut Travis yang sudah menangis.

"Lo jangan nangis dong Vis, gue nya jadi ikutan mewek anjir, hiks hiksrot," ucap Agas sesegukan.

"Lo percayakan sama alur takdir sang pencipta, lo harus yakin kalo Gerald bisa sembuh," ucap Yohan meyakini Travis.

"Gue yakin Gerald bisa sembuh," lirih Travis seraya mengelus rambut hitam legam kembarannya.

Travis Geraldsyah adalah kembaran dari Travis Regansyah yang hanya berselisih 10 menit. Gerald sering dirawat di rumah sakit karena penyakit jantungnya yang sudah melekat sejak bayi. Nasib kedua anak kembar itu berbeda, Travis hidup dengan kebebasannya tanpa harus bolak-balik cek kesehatannya, sedangkan Gerald pemuda itu hidup dengan penuh obat-obatan dan hanya berbaring di ranjang rumah sakit semenjak jantungnya mudah melemah.

Ceklek.....

Pintu ruangan Gerald terbuka menampakkan seorang wanita baya tengah membawa buah tangan.

"Loh bunda mau kesini gak bilang dulu," celetuk Travis lalu menyalami tangan kanan bundanya, begitu juga dengan sahabat Travis mereka sudah menganggap bunda Travis seperti bundanya sendiri.

"Apaan sih adek selalu posesif sama bunda," kekeh bunda.

Travis sedikit terkaget karena panggilannya ketika di rumah diumbar secara terang-terangan.

TRAVISRAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang