9

213 28 23
                                    

Pagi harinya setelah insiden Zey semalam membuat sahabatnya khawatir. Pasalnya, dari semalam mereka sudah berusaha mencari keberadaan Zey namun hasilnya nihil. Percuma juga jika mereka menghubungi Zey karena ponsel milik Zey tertinggal beserta tas selempang kecilnya.

Mereka sepakat untuk menginap di rumah Raya karena jika mereka pulang ke rumah masing-masing yang ada nanti mereka akan dihujami berbagai pertanyaan dari Papah Zey.
Jadi lebih baik mereka cari aman untuk saat ini.

Lea yang tidak tau kronologi kejadian itu hanya bisa menangis. Ia mencemaskan keadaan Zey yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri.

Di meja makan, mereka duduk melingkar dengan tatapan sendu. Mamah Raya yang sudah tau kejadian itu juga ikut sedih. Terlebih lagi Zey, anak itu sudah tidak memiliki ibu dan ayahnya yang gila kerja sampai lupa jika masih mempunyai seorang anak gadis yang butuh kasih sayang dari orang tuanya.

"Udah ya, jangan sedih mulu. Mending kita sarapan abis itu baru deh lanjut nyari Zey," ucap mamah Raya namun tidak ada yang merespon.

Mamah Raya menghela nafas, ia mengerti bagaimana perasaan mereka. Namun dengan sabar, mamah Raya berusaha membujuk agar mereka mau sarapan. "Gak baik lohh makanannya diacuhin gitu," ucapnya.

"Maaf mah, kita khawatir sama keadaan Zey," ucap Raya dengan berani menatap mata mamahnya.

"Iya mah, sama aku juga. Ishh kenapa sih semalem aku ngebo, tau gini aku mau melek sampe pesta ulang tahunnya selesai," ucap Lea sedikit menyesal.

"Musibah kan gak tau kapan datangnya Lea, kita sebagai manusia biasa cuma bisa jaga-jaga waspada aja," ucap mamah Raya lembut.

Pandangan mamah Raya tertuju ke Naura dan Rea yang sedari tadi diam saja. "Naura, Rea kalian diem aja dari tadi, kenapa?" ucapnya.

"Ohh gak papa mah, aku cuma khawatir sama keadaan Zey," ucap Naura.

"Aku juga gak papa kok mah, jangan khawatirin aku," ucap Rea.

"Ohh gitu, yaudah dilanjutin aja sarapannya. Inget kalian harus butuh tenaga buat nyari keadaan Zey," pinta mamah Raya.

"Iya mah," jawab mereka kompak.


note : sahabat Raya udah terbiasa manggil mamah Raya dengan sebutan 'mamah' karena mamah Raya sendiri yang minta mereka memanggil dirinya seperti itu.







Di apartemen bernuansa modern dan simpel, di kasur king size terdapat dua makhluk berbeda jenis kelamin tengah tertidur pulas dengan selimut tebal yang menyelimuti tubuh mereka.

Hingga suara deringan ponsel milik pemuda itu yang di atas nakas tepat di sebelah kasur, membuatnya terbangun dari tidurnya dan dengan nyawanya yang baru saja terkumpul berusaha mengangkat telepon dari seseorang.

"Hmm siapa?" tanyanya dengan mata terpejam.

"INI GUE JUSTIN YANG PALING GANTENG SEJAGAT RAYA, HEHH LO SEMALEM KEMANA AJA HAN, DICARIIN KAGA ADA," teriak Justin di seberang sana.

"Ohh anu gue...g-gue....," ucapnya terputus-putus.

"ANA ANU, NGOMONG YANG BENER," kesal Justin.

"Gue tunggu kedatangan lo di markas siang ini, soalnya pas lo keluar, Zey juga ikut keluar dan ngilang," ucap Arsen yang sudah mengambil alih telepon.

"Gue harap lo gak ada kaitannya sama kejadian Zey semalem," ucap Travis dengan nada seriusnya.

"Emang Zey kenapa?" tanyanya.

"Panjang ceritanya, intinya ntar siang lo dateng ke markas," ucap Agas.

"Iya oke,"

Panggilan terputus secara sepihak. Kemudian, pemuda itu mengalihkan pandangannya ke wajah seorang gadis yang sedang tertidur pulas. Ingatan kejadian semalam membuat dirinya merasa bersalah pada gadis di depannya.

TRAVISRAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang