19. Restu

697 75 57
                                    

Eren membuka matanya saat merasakan berat di tangannya. Hal yang pertama ia lihat adalah rambut raven yang berantakan, ia tersenyum saat melihat wajah tidur Levi. Jemarinya terangkat untuk menyentuh kelopak mata itu dan mengusapnya dengan lembut. Ah membayangkan setiap bangun pagi di suguhkan pemandangan surga seperti itu membuat Eren seperti melayang hingga keluar dari bumi.

" Eren? " suara khas bangun tidur keluar dari bibir penuh milik Levi, usapan di kelopak mata pun terhenti.

" Oohayou, waifu~" goda Eren seraya mendekatkan hidung mereka.

Levi mendengus geli, perlahan ia bangun lalu duduk, " Kita tidur di sini semalaman?"

" Bukankah itu tak apa? Sesekali kita tidur di atas matras bukan di kasur, hehe..." Eren duduk di hadapan si raven seraya terkekeh geli, rambut brunette panjangnya berantakan mirip seperti hantu yang ditonton mereka dulu.

" Aa...mendekatlah."

Eren menggeser duduknya sampai di dekat Levi yang mulai meratakan rambut brunette sesekali memijatnya agar rileks sebelum melakukan pertandingan dengan Kenny. Setelah puas memijat kepalanya, Levi menguncir rambut brunette itu kemudian ia berdiri.

" Aku akan menyiapkan air panas untukmu. Kau tunggulah di kamar."

Eren mengangguk seraya tersenyum," Terimakasih."

Setelah Levi keluar dari tempat itu datanglah wanita berambut merah, yeah siapa lagi kalau bukan Nifa. Satu-satunya harapan Eren, jika dia tidak ada maka mungkin saja Eren tidak bisa berlatih taekwondo. Wanita itu menghampiri Eren dan menyuruhnya untuk melakukan pamanasan sebelum babak sebenarnya di mulai.

Setelah mempersiapkan sikap kuda-kudaan, kedua orang berbeda gender yang berhadapan satu sama lain itu mulai melayangkan tendangan. Walaupun Nifa lebih pendek daripada Eren tapi percayalah tenaganya sangat besar hingga membuat Eren seringkali terpukul mundur setelah terkena serangannya.

" Bagus, tingkatkan lagi tenagamu. Jika tidak, tuan Kenny akan mudah mengalahkanmu." ucap Nifa, duduk bersila sambil menikmati teh hijau.

Eren mengelap keringatnya, sedikit kesal karena kalah bertarung dengannya. Sepertinya raut wajahnya yang murung tertangkap oleh kedua mata Nifa, membuat wanita itu tertawa remeh.

" Kekanakan sekali."

" Ma-maksudmu diriku?"

Nifa memiringkan bibirnya," Memang siapa lagi. Hanya kalah bertarung denganku, kau menjadi seperti ini. Seperti wanita saja."

" Hei tarik kata-katamu itu, aku ini laki-laki jantan kau tahu!"

" Aku tidak mendengarmu."

" Eren, kenapa kau masih ada di sini? Bukankah aku menyuruhmu menunggu di dalam kamar?"

Sebuah suara datar menghentikan aksi perkelahian, Levi memasang wajah datarnya ketika bersitatap dengan Nifa. Memberinya tatapan peringatan agar tidak melewati batas, dan tentu saja sekali tatap Nifa paham akan itu, wanita berambut merah itu segera pergi meninggalkan Eren yang keheranan. Tatapan pria brunette mengarah ke pria raven, senyuman hangat langsung muncul di wajahnya.

" Aku baru saja berlatih sebentar dengan Nifa, jangan marah." jawabnya, seraya mendekati Levi dan menyentil pelan hidung mancungnya.

Mendapati perlakuan manis seperti itu membuat kemarahan Levi lenyap begitu saja, memalingkan wajahnya kesamping guna menyembunyikan rasa malunya. Tangan kananya terulur untuk menyerahkan handuk kepada Eren.

" Cepat mandi, kau bau."

" Siap Haichou!"

Eren segera mengecup cepat pipi Levi sebelum melangkah pergi dari ruangan itu. Rona merah menjalar keseluruh wajah si raven, setelah memastikan jika Eren telah pergi jauh Levi memberanikan wajah malunya terpampang jelas. Toh tidak ada siapapun yang melihatnya, pikirnya.

Fall In Love Again? [ ERERI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang