" Jangan lakukan kekerasan kepadanya." ucap Levi, kedua matanya tak lepas dari pria bertopi yang malah asyik menertawai pria brunette yang terkapar mengenaskan di lantai.
" Oi oi memangnya siapa dia?" Kenny membenahi topi koboinya.
Levi mengusap cincin yang tersemat di jari tengahnya, kemudian berlari kecil menuju Eren untuk membawanya ke lantai atas. Kenny tetap memberinya beberapa pertanyaan yang semakin lama membuat Levi muak. Alhasil Kenny mendapatkan tendangan dari Levi.
" Aishh kau sangat durhaka terhadap ayah kandungmu sendiri." ucap Kenny sambil merotasikan matanya.
" Jangan menggangguku, dan biarkan aku membawa Eren di kamarku."
" Yaya terserah kau...tetapi bocah lemah itu harus berhadapan denganku setelah sadar nanti."
" Aa..."
Perlahan Levi mengangkat Eren yang pingsan...atau mungkin tertidur? Entahlah. Dengan mudahnya pria raven itu membawa Eren yang memiliki tubuh lebih besar darinya menuju lantai dua.
Akhirnya keduanya sampai di kamar masa kecilnya Levi yang bernuansa elegan dengan didominasi oleh warna biru muda. Ruangannya pun sangat bersih dan tertata rapi, tidak ada debu satu pun yang menempel. Tidak seperti kamar milik Eren yang sudah mirip seperti kapal pecah. Sebelum Levi mengurusi perusahaan Survey Corps ia berpesan kepada pelayannya untuk tetap membersihkan kamarnya. Jadi itulah mengapa kamarnya sampai sekarang masih bersih dan enak dipandang.
Si raven menaruh pelan Eren di atas kasur, ia berlari tergesa-gesa menuju kotak medis yang terpajang di sudut ruangan. Melihat wajah Eren yang babak belur, mengingatkan dirinya pada saat ia menghajar habis-habisan dia. Rasa bersalah masih saja menghinggapinya, kalau tidak salah ingat waktu itu gigi Eren juga ikut terlepas.
Kapas yang telah dilumuri alkohol menekan lembut lukanya. Levi melakukannya sambil terisak kecil, jarang sekali ia menangis kalaupun itu terjadi mungkin hanya dua kali seumur hidupnya. Yang pertama karena ibunya meninggal dan yang kedua karena dirinya bisa bersama dengan Eren. Dan sekarang menjadi ketiga kalinya karena melihat luka lebam di wajah tampan pria brunette.
Yami o haratte yami o haratte
Levi cepat-cepat menghapus air matanya dan segera mencari ponsel Eren yang berdering. Ia menarik ke atas tombolnya hingga layar berubah warna hijau, menampilkan ketiga manusia yang melotot kearahnya.
" Levi!!! Kau lihat tadi? Apakah Eren sering menggosipkan Superman hingga dia datang untuk meninjunya?!" teriak Hanji, mereka masih berada di kafe tidak menyadari para pegawainya yang gemas untuk segera mengusir mereka.
" Sudah kubilang sebelumnya, jangan bergosip tentang hal yang aneh-aneh." sahut Hannes sambil menyedot kopinya.
Levi menatap mereka tanpa ekspresi, tangan satunya masih aktif mengolesi kapas di luka pria tan. Hingga suara wanita berambut pirang itu membuatnya terkejut.
" A-ano Levi-san habis menangis ya?" tanyanya membuat Hanji dan Hannes reflek mendekatkan wajahnya ke layar ponsel.
" Hontouni?!! Cebol menangis? Hannes, ba-bagaimana caranya screenshot, aku lupa!"
Hannes berdecak kesal, " Dasar manusia purba."
" Aiyooo diriku terlalu terkejut melihat cebolku menangis—"
Tutt
Sambungan telepon diputuskan.
Ketiganya saling bertatapan satu sama lain sebelum keduanya berteriak histeris. Apalagi Hanji masih belum berhasil melakukan keinginannya. Hannes menggigiti kukunya dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love Again? [ ERERI ]
FanfictionEren dibingungkan oleh dua pilihan. Kembali pada cinta pertamanya atau menetap pada pria yang akhir-akhir ini mengisi kekosongan hatinya? © Hajime Isayama Art credit : @inunekosukii Warning BxB ‼️ OOC⚠️ Adult Content🔞