Chapter 6: Commencement

33 7 0
                                    

Pertemuan penting selalu memiliki tujuan tertentu. Diskusi dan musyawarah akan menjadi jalan dalam menyelesaikan masalah. Tidak peduli meski kadang akan terjadi pertikaian, sebelum adanya konflik lebih dalam, maka rapat memang harus digalakan. Ibarat gelombang air laut yang datang jarang-jarang, pertemuan yang tidak selalu ada seperti sekarang akan menjadi gelombang yang membawa perubahan.

Bendera-bendera tiap bangku menjadi identitas tak semu. Pemimpin dari berbagai belahan dunia tidak mempunyai pilihan lain selain mengutus seseorang untuk menghadiri rapat. Ruangan lebar layaknya stadion bola mini dengan ekosistem tertutup, menjadi saksi dimana orang-orang berpakaian rapi tengah duduk diam sesuai tempatnya masing-masing dalam harmoni.

Nuansa gelap dimana penerangan hanya berfokus pada area tengah, ada satu orang berjas lab putih. Dia masuk ketengah mimbar untuk menjadi pembicara.

"Selamat datang di markas besar AMER. Maaf atas undangan yang begitu mendadak tapi memang kami tidak bisa menunggu lebih lama untuk memberitahukannya pada kalian"

Seiring dia berbicara, tentunya tidak semua orang memahami Bahasa Indonesia. Oleh karena itu hampir semua perwakilan dari beberapa negara mengenakan smartglass dimana difungsikan untuk auto-translation.

"If you called everyone here, does that mean there's something so important?"

"Saya hargai pertanyaan anda, perwakilan dari negara adidaya. Tapi sebelum itu izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dulu"

Dalam saku celana orang tersebut mengeluarkan sejenis gadget, Sebuah laser dari berbagai titik menembakkan partikel cahaya hanya untuk menampilkan laman kartu namanya layaknya sebuah layar presentasi.

"Kalian bisa menyebut saya Prof. Lenn, meski anda semua tahu itu hanya codename. Saya adalah salah satu ilmuan dalam proyek Amer. Hadirnya saya disini adalah untuk memberitahukan hasil pencapaian kami selama hampir dua dekade"

Seiring dengan pemaparan pria yang mengenalkan diri sebagai Prof. Lenn sekarang, semua yang ada disana mendadak serius dan semakin menajamkan telinga.

"Seperti yang anda semua ketahui, sebagai manusia kesalahan terbesar kita adalah terlalu penasaran. Rasa penasaran yang pada akhirnya membuka kehancuran, sampai kita yang harus berusaha untuk membereskannya sendiri"

"This too ridiculous", kata seseorang dari dalam gelap dimana ia masih duduk santai pada bangkunya. "Why do we all have to share the blame?"

"Correct! Indonesia itself is creating problems. Why should the world share the burden?"

Berusaha mendengar komplain yang datang dari berbagai penjuru, Prof. Lenn pun menghela napas bosan.

"Jangan khawatir, pemaparan saya setelah ini mungkin akan mengubah pandangan kalian"

Layar proyektor mulai naik, presentasi pun akan dilanjutkan sesuai agenda. Beberapa laman laporan pertemuan yang sudah lampau kembali ditampilkan sebagai pembukaan.

"Gerbang antar dimensi, titik dimana seharusnya jarang diketahui manusia mendadak memperbanyak diri akibat insiden 18 tahun yang lalu. Kestabilan alam yang semula normal menjadi goyah, atas munculnya para makhluk yang seharusnya tidak kita lihat"

Lenn memaparkan materi menggunakan gadget yang ia bawa. Dari samping mimbar, lantai kosong yang luas terbuka dalam bentuk lingkaran. Suara-suara mekanik terdengar nyaring dan dari bawah tanah muncul sebuah tabung kaca raksasa yang kosong.

"Sayangnya, makhluk yang kita sebut hantu ini tidaklah semisterius yang kita kira. Selama hampir 20 tahun penelitian, pada akhirnya ilmu pengetahuan kita dapat mencapai ke mereka. Mungkin terdengar lama, tapi memahami dimensi lain yang ternyata itu hanyalah bagian kecil dari dimensi kita itu memang sulit"

The Endless Hollow IDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang