Dua mahasiswi yang tak lain adalah Aidera, bersama dengan asistennya, Clara sedang berjalan menyusuri gedung A sebelah barat. Mereka hendak pergi ke suatu tempat yang sepertinya spesifik. Sehubungan dengan langkah kaki yang berjalan beriringan dengan detik jam, raut muka semakin dibuat cemas. Berkali-kali ia menarik pelan lengan baju Aidera untuk menanyakan kejelasan.
"Anda yakin ingin bertemu orang ini? Saya dengar banyak rumor tidak menyenangkan yang selalu menyertainya."
"Hush~ tidak baik berkata begitu. Tenang saja, lagipula kami sudah berteman baik."
"Jadi anda sudah mengenal orang ini?"
"Well, ya... tidak juga sih. Kan kita hanya bertemu jika ada keperluan semisal rapat organisasi."
Mereka sampai pada sebuah ruangan yang cukup besar. Tertera pada plat keterangan dimana tertuliskan Himpunan Mahasiswa sebagai identitas tempat itu. Memiliki pertigaan koridor yang cukup luas didepan lantas tidak membuatnya menjadi area ramai. Terasa begitu sepi disini. Aidera mencoba menyentuh display kecil pada ujung ruangan yang berfungsi sebagai bel. Beberapa kali disentuh namun tetap saja tidak ada siapa-siapa yang keluar.
"Sepi sekali, pada kemana ya?"
"Mungkin mereka istirahat makan siang, atau bisa juga sedang tidak ada keperluan menggunakan ruangan," jawab Clara.
Tidak ada cara selain menghubungi salah satu pengurus organisasi yang seharusnya ada didalam. Clara pun mengeluarkan gawai seperti biasa, berniat untuk menghubungi seseorang, akan tetapi sebuah suara dari kejauhan menarik perhatian mereka berdua.
"Sabar hoi! Aku baru akan masuk."
Dari ujung koridor sebelah kanan, seorang pemuda berbadan lumayan besar dan kekar menghampiri mereka. Berbaju putih hitam layaknya mahasiswa biasa, hanya saja terkesan tidak rapi dan asal pakai. Muka seram yang menjadi ciri khas dengan gaya rambut Pompadour berantakan. Ditambah sebuah bekas luka jahitan lebar yang telah mengering pada leher sebelah kirinya. Baru sampai ia malah bersandar ria pada pintu dan hanya melihati dua gadis didepannya santai.
"Jadi apa yan bisa dibantu oleh orang sepertiku pada dua malaikat cantik seperti kalian?"
"Kau!... jaga bicaramu pada nona Ai. Dasar ma-"
"Clara!" bentak Aidera pelan.
"T'tapi..."
"Lama tidak jumpa Jack, kamu terlihat sehat seperti biasa ya."
"Hahahaha! Apa itu sebuah pujian? Okelah, langsung masuk saja."
Orang ini menggesekkan kartu seperti ATM disamping pintu dan terdengar sebuah suara seakan engsel yang mengunci pintu telah terbuka. Satu persatu dari mereka akan memasuki ruangan, tetapi Clara lagi-lagi menahan lengan Aidera untuk melangkah.
"Nona Ai, apakah anda yakin? Sepertinya orang ini tidak meyakinkan," bisik Clara.
"Hadeh~ kamu ini ya. Padahal kamu sendiri yang ada ide untuk kemari. Sudahlah..."
Pada akhirnya mereka bertiga masuk kedalam ruangan. Model interior yang memanjang dengan karpet merah besar yang membentang dari depan pintu. Pada area kanan banyak bangku dengan beberapa display papan tulis digital, di sisi kiri tertata sofa dengan bentuk melingkar untuk ruang santai lengkap dengan rak buku dan dapur mini. Kemudian bangku besar dengan jendela bergaya Eropa yang mewarnai ujung karpet. Pada bangku inilah tempat dimana pemuda itu biasa bernaung.
"Silakan duduk dimanapun kalian suka. Mau minum kopi atau teh?"
"Tidak perlu repot, kan kami disini hanya untuk bertanya," jawab Aidera
KAMU SEDANG MEMBACA
The Endless Hollow ID
Teen FictionTidak ada yang pernah berpikiran jika populasi orang-orang yang disebut "ESPER" bisa meningkat. Sialnya, beberapa aktivitas metafisika akibat kecelakaan kerja itu juga menjadi problema global. Selama bertahun-tahun pula PBB harus berbohong pada duni...