Chapter 10: First Sister

29 5 0
                                    

Seharusnya Zeyn masih berada di hutan mengingat ia juga baru datang. Setelah siluman tadi menyentuhnya, kini ia malah berada disebuah lorong gelap yang sangat luas. Sebuah koridor satu arah dimana di kanan kiri hanya terdapat pilar-pilar besar dengan ornamen kepala ular bersamaan dengan obor yang tertancap beriringan. Dari ujung sana terdapat sebuah pintu raksasa.

Cukup seram karena tidak ada siapapun disini, bahkan tidak terasa adanya tanda kehidupan... kecuali satu yaitu dibalik pintu tersebut. Bila kita berada di posisi yang sama, yang kita rasakan hanyalah sebuah keheningan yang tak ada ujungnya.

'Masuk saja'

Sebuah suara perempuan menyambutnya dari dalam. Kembali ia melihat siluman tadi kini sedang menyisir rambutnya diatas ranjang. Didalam sini ternyata adalah sebuah kamar yang sangat luas. Beda dengan yang tadi, kini penampilannya lebih santai hanya mengenakan kemben tradisional tanpa dibalut perhiasan beraneka ragam.

"Bisa kau lepaskan kedua orang tadi?"

'Sshh... jangan kau pedulikan mereka. Sini!'

Perempuan ini menepuk-nepuk kasurnya seakan memberikan isyarat agar Zeyn menghampirinya. Hal ini malah membuat pemuda ini keringat dingin sedikit takut dan waspada. Wajar saja, karena yang ada didepannya kini bukanlah manusia, terlepas dari parasnya yang sangat rupawan. Zeyn segera duduk disampingnya, hanya terdiam menunduk belum berani membuka suara lebih lanjut.

Perempuan ini kembali melilit dengan tubuh ularnya, tapi bukan untuk mencelakai. Kali ini ia membelit seseorang karena ia ingin lebih dekat. Dilanjutkan dengan ia yang langsung memeluk pemuda ini dari belakang sembari mengelus-elus rambutnya.

'Kamu terlihat semakin dewasa. Bagaimana sekolahmu?', tanya siluman ini pelan.

"Kuliah, mbak. Kuliah beda dengan sekolah"

'Loh? Katanya kemarin masih sekolah'

"Iya... sudah lulus"

Zeyn menyebut siluman ini dengan sebutan "Mbak", yang kita ketahui bahwa itu adalah julukan untuk saudara perempuan yang dituakan. Selaras dengan perkataan siluman ini dimana ia datang ke hutan untuk menemui adiknya.

'Lalu, bagaimana kegiatan kuliahmu?'

"Tidak ada yang menarik sebenarnya. Masih biasa saja"

'Hmm...? Kamu lupa kalau kamu ga akan bisa bohong sama mbak'

"Unm..."

'Kamu sedang ada masalah dengan ayah angkatmu?'

"Mana ada"

'Gimana gimana? cerita sini sama mbak', ucap siluman ini sembari menyeringai.

Zeyn jadi terganggu karena ia sedang digali. Sebenarnya ia datang kemari bukan untuk membahas masalahnya sendiri. Tambah repot lagi karena ia juga baru tahu ada dua orang yang tadi asal masuk ke hutan.

"Sebenarnya ada perlu apa Mbak Bella mencariku?"

Pertanyaannya dibalas dengan sebuah pelukan dan kecupan di keningnya. Sejak tadi perempuan siluman tersebut hanya terus mencumbunya dengan sayang. Paling tidak wajah rupawannya tidak harus nampak seram karena murka seperti sebelumnya. Dia nampak cukup bahagia sejak ia sudah bertemu dengan Zeyn. Mungkin sekarang kita harus menyebutnya dengan nama yang sudah dia sebut sebagai... Bella?. Nama plesetan yang dia karang sejak kecil karena membaca buku mengenai dewa dewi Yunani. Tentunya karena pemuda ini tidak berani memanggil nama aslinya yang sebenarnya sangat sakral.

'Tidak ada. Aku hanya ingin melihat kondisi adikku sekarang. Wajar kan jika aku rindu denganmu, apalagi kita sudah lama tidak berjumpa. Meski aku bukan manusia aku juga punya rasa kangen lhoo'

The Endless Hollow IDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang