Chapter 3: First Contact

40 7 0
                                    

Namanya Zeyn Tendou Zaine, pemuda yang kemarin malah tertidur di pinggiran cafe. Usianya baru 18 tahun, cukup tinggi, dan seorang mahasiswa baru suatu institut. Rambutnya hitam agak abu-abu dengan model comma, sedikit berantakan dan sengaja tidak pernah disisir, tipikal orang yang jarang potong rambut, toh dia juga kurang memperhatikan penampilan sendiri. Wajah layaknya orang Asia mongoloid biasa dengan dagu yang meruncing. Hal yang membuat dirinya unik ialah mata berwarna merah saga yang selalu tajam dan dingin. Tidak seperti di film-film dimana orang bermata merah biasa diidentikkan dengan kemampuan atau ras khusus, sialnya itu hanyalah cacat lahirnya.

Usai jam kuliah seperti sekarang, Zeyn sering kali kelayapan meski tidak tahu juga ia akan pergi kemana. Dia tetap berjalan menyusuri koridor kampus, dengan tangannya yang membelai perlahan jendela. Alasan berjalan didekat jendela tentu saja agar tidak mengganggu civitas akademika yang lalu lalang. Cukup bisa merasakan sekeliling tidak mejadi jaminan bahwa ia tidak akan menabrak. Paling tidak menghindari masalah akan jauh lebih mudah, Ribet juga jika harus meminta maaf dan menjelaskan kondisinya pada orang lain.

Tidak membawa kacamata hari ini memang membuatnya sedikit kerepotan. Toh memang kelupaan sesuatu adalah bakatnya sejak lahir.

"Harusnya aku tidak kesiangan hari ini..."

Untuk sejenak Zeyn berhenti, mengamati pergelangan tangannya. Terdapat sebuah gelang pemberian dari orang yang sudah ia anggap sebagai ayah angkat.

Sempat terbesit didalam pikiran untuk melepas gelang tersebut agar pengelihatannya sedikit terbantu. Tapi ya apa boleh buat, ia dipaksa harus tetap memakainya supaya orang lain tidak tahu siapa dirinya. Sebuah gelang untuk menyembunyikan jati diri, suatu jimat yang berfungsi sebagai penghambat, paling tidak begitulah yang dikatakan oleh ayah tirinya.

Sayang selama bertahun-tahun dipakai, tidak ada efek sama sekali yang dirasakan. Seakan memang hanya gelang biasa.

"Huft! lagipula gelang ini terasa tidak spesial dari dulu"

Zeyn coba mengambil nafas dalam dan mempertajam indra perasanya. Pengelihatan mata memang masih tidak bisa mengamati gal sekitar, Tapi... sebuah pengelihatan baru malah muncul. Pengelihatan untuk melihat mereka yang seharusnya tidak bisa dilihat oleh manusia. Hal-hal abstrak yang bersifat metafisik dan tak kasat mata. Makhluk yang biasa disebut dengan hantu? Serta orang-orang disekitar yang melintas bagaikan cahaya warna-warni berjalan, warna aura manusia.

Perlahan mata itu mulai terbiasa dengan pengelihatan barunya. Zeyn tetap mencoba bersikap biasa dan berjalan tanpa ragu. Namun... secara tiba-tiba ia melihat ada sosok yang sedang berlari kearahnya. Seorang gadis?

BRUKK~

"Hwahh...", pekik suara melengking dari arah kiri.

Pada akhirnya mereka bertabrakan. Tetapi entah apa yang terjadi, suasana sekitar langsung melambat usai tabrakan itu. Pergerakan dunia jadi sangat pelan seakan masuk kedalam slow-motion. Perlambatan berlaku baik untuk makhluk hidup maupun benda mati. Mahasiswa sekeliling berjalan lambat. Seekor nyamuk yang tengah terbang pun nampak mengepakkan sayap perlahan. Tanaman diluar yang tertiup angin mendadak tidak bergerak agresif.

"Huft...", gumam Zeyn sebal.

Padahal baru saja ia ingin berjalan normal seperti orang lain, tapi malah jadi seperti ini. Lagi-lagi harus menabrak sesuatu. Menabrak pintu kelas kemarin saja sudah cukup membuatnya sakit kepala.

Secara reflek Zeyn pun meraih pinggul gadis tersebut agar tidak jatuh terjerembab. Dengan cepat mengambil buku-buku dan beberapa kertas yang masih melayang disekitarnya. Anehnya hanya dia yang tidak terpengaruh akan melambatnya dunia dan bisa bergerak bebas.

The Endless Hollow IDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang