[6]

178 15 2
                                    

Jika kau bertanya bagaimana Risa kepada Karin, ia akan menjawab seperti ini...

"Dia egois, seenaknya, hanya mementingkan diri sendiri, dan senang menggangguku... Semenjak aku balas menyiramnya di acara dies natalis kampus, Risa seperti ingin terus menggangguku. Misalnya, saat anggota klub film bermain dodgeball di belakang ruang klub, dia akan menarikku untuk bermain dan dia pula orang pertama yang menyerangku dengan bola karet. Dodgeball klub film--atau hanya karena ada Risa saja--tidak memiliki aturan, aku yang sudah gugur bahkan masih diserang bola karet olehnya. Aku sebenarnya tak mau membalas, tapi dia terus melakukannya dan dodgeball klub film berakhir menjadi perang bola karet antara aku dan Risa.

"Selain itu, dia juga pernah tiba-tiba melempar kodok mainan ke arahku setelah rapat klub film berakhir. Aku pikir benda itu asli dan saat benda itu mendarat di pangkuanku, aku meloncat hingga naik ke atas sofa. Aku hampir saja menangis bila tak kutahu kalau Risa sudah terbahak-bahak bersama Ozeki-senpai... benar-benar kekanak-kanakan! Tapi tenang saja, hari itu aku meloncat ke arahnya dan menjambak rambutnya. Pokoknya, jika kau ingin tahu bagaimana dia, hanya satu kata yang bisa kukatakan, menyebalkan."

Lalu, jika kau bertanya mengapa ia mau berpacaran dengan Risa, ia akan melamun sebentar sebelum tersenyum kecil dan menjawab, "Entahlah... Mungkin karena dia orang yang tak terduga."

Sebagai eksistensi yang sempat diabaikan, lalu menjadi dipusingkan, Karin sering menerka-nerka mengapa Risa tak pernah absen mengganggunya. Apakah sebenarnya Risa tipikal pengganggu? Namun, bila dilihat-lihat, Risa tidak mengganggu anggota lain, kecuali bila ia sedang bergurau dengan Ozeki. Kalau bukan itu, apakah Risa sebenarnya terpikat padanya... uh, memikirkan hal begitu membuatnya merinding. Tapi, semakin ia pikirkan, bayang-bayang wajah usil Risa yang sukses melenyapkan imej seriusnya terus berkelebat di benaknya. Karena itu pula, ada perasaan aneh yang bersarang pada dirinya--semacam agak gugup dan salah tingkah bila bertemu, namun sesak dan penasaran bila tak bertemu.

Sehabis kegiatan klub film yang sejujurnya tidak ada yang penting-penting amat, Karin mengunjungi restoran keluarga dekat Horihara Sport Park. Alih-alih lapar dan ingin mengisi perut, Karin hanya ingin memastikan keberadaan Risa setelah lama tidak memunculkan batang hidungnya di klub film. Dan ia tak perlu repot-repot mencari Risa, karena gadis itu menyambutnya di depan pintu masuk. Ia sempat tercenung memperhatikan penampilan gadis itu: seragam kerja garis-garis pink-putih dengan bawahan rok selutut mengembang yang ditutupi celemek krim dan bagian tangan yang tak sampai siku berbentuk balon, high heels yang barangkali berukuran lima sentimeter membaluti telapak kakinya, rambut cokelat sedadanya digerai bersama pita warna-warni yang dijepit di masing-masing sisi kepalanya, dan riasan tebalnya begitu cerah. Rasanya aneh, seperti melihat Risa dalam versi lain, karena Risa yang ia tahu hanya mengenakan kaus sedikit kebesaran atau kemeja yang dipadukan dengan celana panjang berbahan denim, mengenakan sepatu kets, rambut dikuncir ekor kuda, dan nyaris tak memakai riasan--bahkan pernah beberapa kali.

Susah payah bagi Karin menahan tawa, Risa cemberut dibuatnya.

"Kau mengejek penampilanku?" tudingnya. Karin spontan menggeleng, meski tawanya masih tertahan di ujung bibir. "Tahu dari mana aku bekerja di sini? Kau menguntitku?"

"Tentu saja tidak!" elak Karin, setengah tak terima. "Aku saja tidak tahu kalau kau bekerja di sini..."--padahal ia pernah tak sengaja mendengar Ozeki dan Seki membicarakan tempat kerja Risa--"Aku hanya ingin coba mampir ke sini setelah direkomendasikan teman seangkatanku. Memangnya salah?" ia berkilah.

Risa mendengus, mencoba tak mau ambil pusing. Dituntunnya Karin menuju meja makan. Usai memilih pesanan dan Risa berpindah melayani pelanggan lainnya, Karin diam-diam memotret gadis itu dengan ponselnya. Seakan tahu, Risa menoleh, spontan ia menjatuhkan punggung di sofa bersama ponsel di depan wajah, berpura-pura tengah bermain sesuatu di sana.

LemonadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang