Kehadiran Risa di depan rumahnya dengan tiba-tiba pada pukul sepuluh malam layaknya mimpi di siang bolong mengingat pembicaraan mereka terakhir kali dengan menyepakati untuk saling menjauh.
Bisa saja malam itu Karin mengusirnya karena ia harus memanjakan dirinya dengan perawatan wajah, lalu tidur sepanjang malam agar esok pagi ia memiliki tenaga yang cukup untuk kembali menjalani aktivitasnya, ketimbang meladeni Risa yang mungkin ingin memperdebatkan sesuatu dengannya hingga pagi. Namun, wanita itu menampilkan ekspresi yang tidak biasa. Keningnya berkedut, pipi hingga ujung hidungnya memerah, bibirnya bergetar, mata berkilaunya amat mendung. Risa tidak sedang mabuk akibat minum alkohol, kemudian dengan setengah sadar mendatangi kediaman Karin. Ia bahkan tak mencium sama sekali aroma tajam nan pahit dari Risa. Karin menduga sesuatu terjadi pada wanita itu, barangkali soal ibunya yang ia dengar dari Seki bahwa ibu wanita itu harus menjalani operasi dan melakukan perawatan di rumah sakit. Hal yang sangat mengejutkan bagi Karin adalah bagaimana tangis Risa seketika pecah di rengkuhannya bak balita yang menangis karena kehilangan ibunya di pusat perbelanjaan.
Itu hal yang tak pernah ia ketahui mengenai Risa. Bukankah selama ini Risa hanya dapat terlihat dingin dan tengil?
Bagaikan baja yang perahan-lahan berkarat, lalu rapuh. Perasaan luluhnya tumpah ruwah.
Duduk di sofa ruang tengah seraya membersihkan masker miliknya dan yang menempel di wajah dan rambut Risa berkat pelukan di depan pintu, wanita itu bersama isakannya bercerita mengenai dirinya, keluarganya, dan alasan hubungan mereka berakhir. Isakannya terhenti dan suasana hati wanita itu mendadak cerah saat mereka bersama-sama menyantap mi instan tiga bungkus yang masing-masing ditemani sekaleng bir. Risa membersihkan dirinya di kamar mandinya, mengenakan pakaian miliknya, dan mereka gosok gigi bareng. Sembari mengusap kepala Risa, wanita itu tertidur pulas di ranjangnya seperti penderita gangguan tidur yang baru saja sembuh. Paginya mereka sarapan bersama, bertukar id LINE, saling mengirim pesan, terus bertemu setelah pulang kerja, hingga sekarang...
Terkadang ia meragukan dirinya sendiri, apakah karena ia terlalu banyak memikirkan Risa, karena itu ia bisa berhalusinasi maupun bermimpi sepanjang ini?
Sekarang mereka berada di game center, memainkan permainan arkade bersama-sama di mana ia berada di dekapan Risa dalam kebingungan yang berlarut-larut, sementara Risa sibuk menggerak-gerakan control mesin dan menekan-nekan tombol di sana. Ini persis seperti awal mereka dekat. Hanya saja, bila hari itu mereka berusia 19 dan 21 tahun, sekarang mereka berusia 27 dan 29 tahun.
Kebingungan dengan situasi yang ada dalam beberapa hari ini, menimbulkan satu pertanyaan besar di dalam benaknya...
Hubungan mereka sekarang, sebenarnya apa?
Apakah itu sebatas teman saja?
Ah, rasanya tidak mungkin... siapa yang ingin berteman dengan mantanmu? Baiklah, mungkin satu dari kalian ada, tapi, rasanya agak aneh seorang teman terus diberi kabar dan ditemui setiap pulang kerja. Teman juga punya batasan. Seperti ia dan Hikaru, misalnya.
Apakah sebenarnya mereka kembali berpacaran?
"Karin?"
Bak tombol kesadarannya baru saja ditekan, Karin segera menoleh ke samping. Risa menelisik raut wajah melamunnya. Napasnya sempat terpotong sebentar menyadari bahwa wajah mereka nyaris tak berjarak.
"Hm?"
"Permainannya tidak seru, ya?" tanya Risa. "Agaknya kita tidak perlu memainkan ini. Bagaimana kalau main dance dance revolution atau air hockey?"
Karin mengulum bibir, lalu berkata dengan napas yang tertahan.
"Hubungan kita sekarang apa?"
Sesaat Risa mengerjap, seolah pertanyaan itu merupakan serangan mendadak. "Kembali seperti dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade
Fiksi PenggemarFujiyoshi Karin dipertemukan kembali dengan Watanabe Risa setelah hubungan mereka sebagai sepasang kekasih berakhir tujuh tahun lalu berkat film pendek mereka yang mendadak viral. Sementara itu, Seki Yumiko yang merupakan pelaku pengunggah film pend...