Cinta punya makna yang berbeda di setiap bentuknya. Ada yang berarti memiliki, namun ada juga yang memilih melepaskan.
Namun, bagaimana jika yang kedua bukan lagi menjadi pilihan, melainkan sebuah keharusan?
°°°
Ketika langit sudah menghitam dan bulan sibuk dengan cahayanya, silat lidah dalam ruang di mana ada Alin dan mama dapat didengar sangat jelas. Setelah lama berada di sana, mereka yang saling semakin tak terkendali. Suara gebrakan bertabuh kencang, berkat Alin yang sengaja membanting keras pintu utama. Kemudian yang dapat dia dengar selanjutnya, mama memanggil namanya lantang. Getir terjamah dalam nada bicaranya. Bahkan sejak saat itu, Alin sudah tidak mengenali Yasmin sebagai mamanya lagi. Yasmin sudah menjelma menjadi sosok lain. Sosok yang bahkan lebih menyakitinya dari segala hal yang Alin benci.
Alin beranjak pergi, berlari sejauh mungkin menuju tempat di mana tidak ada seorangpun yang dapat menemukanya. Meninggalkan luka lama yang tak kunjung sembuh, juga keluarga yang tak pernah utuh.
Sampai saat sebuah taksi yang melewat di depannya. Alin lantas masuk ke dalam mobil seraya terisak. Pikirannya kacau sekali. Karena yang dia harapkan saat itu hanyalah sebuah akhir.
Setetes air keluar dari bendungannya, segala bentuk pertahanan sudah dihancurkan saat itu juga. Untuk pertama kalinya, Alin melihat mamanya berbuat sesuatu bersama pria lain. Persis seperti yang dia saksikan malam kemarin.
Alin sangat terkejut. Hingga tanpa dia sadari, mobil yang dia tumpangi sudah berhenti di depan kelab malam, sesuai permintaannya. Kelab yang saat itu tengah ramai pengunjung, dengan pelanggan pria yang mendominasi.
Gadis itu turun dan langsung masuk ke dalam ruangan penuh gemerlap nafsu. Dia memesan sebotol minuman beralkohol. Dan tak lama, tampak beberapa lelaki mendekat ke mejanya. Mereka mengajak Alin berbincang, lalu membiarkan Alin menangis sejadi-jadinya.
Selepas meneguk sebotol minuman yang dia pesan, Alin tidak tahu lagi apa yang terjadi setelahnya.
Alin sudah mengutuk dirinya sejak saat itu. Dia telah melakukan kesalahan terbodoh dalam hidupnya, dan dia tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaikinya.
Kenapa setiap menatap iris mama, ingatan itu selalu muncul dalam bentuk yang menyakitkan? Tadi, sebelum berakhir terduduk di lantai kamarnya, Alin menemui Yasmin di halaman rumah. Dia pikir di sana hanya ada mereka berdua. Tapi begitu seseorang keluar dari dalam rumah, menyapanya ramah dan membelai rambut panjangnya, Alin tidak bisa untuk tidak melarikan diri. Pertanyaan seputar kabar dari laki-laki yang bersama Yasmin, terdengar lebih menyeramkan daripada janji mama untuk setia pada papa. Mereka sakit!
Tangannya Alin gunakan untuk menjambakki rambut. Kepalanya seperti akan pecah karena tekanannya terlalu kuat. Alin menyerah. Dia ingin berhenti bernapas. Saat itu, di dalam tangisnya Alin berdoa agar dunianya segera berakhir. Karena Alin sudah terlanjur benci pada kehidupan, dia benci pada dirinya sendiri.
Sampai kapan mimpi buruk itu terus menyiksanya?
°°°
"Nah, terus kasih nomor di setiap atom C yang ada di rantai utama!"
Tatapan Dito tertuju pada selembaran kertas yang sudah dipenuhi banyak angka dan huruf. Berbeda dengan Dito, Alin menatap kertas itu malas. Meski mereka melakukan aktivitas yang sama, tetapi konsentrasinya sudah bubar sejak tetes tinta pulpen pertama digoreskan.
"Jangan lupa! Penomeran dimulai dari ujung rantai yang paling deket sama ikatan rangkap tiga."
Sungguh, Alin benar-benar tidak mengerti dengan penjelasan Dito. Tidak ada satupun yang masuk ke dalam otak lemotnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alinea
Teen FictionKata orang, Alinea punya segalanya. Dia cantik, pandai bermain musik, juga dikelilingi orang-orang yang mencintainya. Mulanya mungkin begitu. Hingga Alin terbangun dari mimpi buruknya yang panjang. Dan dia kehilangan semuanya. °°° Tidak perlu panjan...