Aku terbiasa melihatnya tersenyum, dia seperti bukan Galih yang aku kenal, melihatnya terluka, aku sakit.
°°°
Ada saat di mana manusia merasa dunianya berhenti berputar, langit runtuh menimpanya, padahal lalu lalang orang di sekitar masih tampak normal, seakan menunjukan bahwa hanya dia yang merasa hancur. Hanya dia yang retak, patah, dan lumpuh, sendirian. Memberi tahu nyata paling kejam, bahwa dia tak punya pilihan lain selain mati.
Mereka pernah ada di titik itu.
Apa yang sempurna dari Alinea? Mereka pikir segalanya, tapi tidak lagi ketika semua orang tahu tentang mamanya dan yang ada di balik kemejanya. Alasan Raga membiarkan Abel masuk ke dalam kehidupannya adalah karena gadis itu hangat, tapi kehangatannya jadi tak lagi sama ketika dia tahu tentang papanya. Lalu dengan tanpa afirmasi mereka mengira Galih adalah manusia paling beruntung dan bahagia, tanpa mereka tahu tentang penyakitnya.
Ini tentang kesempurnaan yang tidak sempurna. Maksudnya, nothing perfect. Segalanya akan terlihat sempurna hanya karena ketidaksempurnaan yang tidak terlihat. Jadi, saat orang bilang mengejar yang sempurna, percayalah, dia sedang mengejar yang tidak ada.
Kosong.
Karena manusia hanya diberi pilihan untuk jadi yang terbaik, not to be perfectly.
Masih banyak yang ingin Alin sangkal tentang kata sempurna. Tapi dia rasa, kisah ini sudah cukup menjelaskannya. Tentang patah-patah yang lain, dan banyak rapuh.
Waktunya seakan berhenti ketika bunda menarik, membawanya pergi dari Galih, juga satu orang yang entah sejak kapan selalu berdiri di sana, oma. Walau dia seperti tak merasa pijakannya menyentuh tanah, tapi dia sadar, bunda baru saja menjauhkannya dari nyata paling sakit. Bahwa Galih sakit, bahwa waktunya tidak akan lama lagi, bawah dia akan pergi, dan bahwa hanya Alin yang tidak mengetahuinya.
Tapi sekarang, tadi sudah terlewat. Sudah tidak ada lagi bunda di sampingnya. Yang ada, hanya sebuah pintu tertutup yang seperti terkunci rapat oleh ragunya sendiri. Tangannya berkali-kali gagal membuka, meski Abel tak hentinya meyakinkan, karena bayang-bayang ingatan perkataan bunda tak henti menyerang pikirannya.
"Galih terlahir dengan satu ginjal."
Susah payah dia menelan ludahnya sendiri. Berusaha meraih oksigen di sekitarnya. Karena sesak terlalu banyak memenuhi paru-paru.
"Dulu, dokter bilang dia akan baik-baik aja. Katanya dia bisa hidup seperti orang normal. Tapi ternyata ginjalnya sudah kehilangan fungsi sejak tiga bulan terakhir."
Tanpa permisi, tiga kalimat bunda menghantam kesadarannya sekaligus. Tidak ada pergerakan lagi setelahnya, selain mengusap wajahnya penuh emosi. Lagi-lagi, dia gagal membuka pintu kamar rawat inap.
Satu lagi, satu kalimat terakhir. Bukan milik bunda, tapi miliknya sendiri. Sebuah tanya yang tidak diberikan jawabnya. Karena ketika Alin bertanya...
"Bunda.."
...pada bunda...
"Alin orang terakhir yang tahu ini?"
...bunda hanya diam, yang diamnya adalah sesuatu yang paling Alin benci.
Butuh banyak waktu untuk memberi kekuatan pada tangannya agar knop itu berhasil dia buka. Tapi tak perlu berlama-lama untuk menemukan seseorang yang duduk di atas bed, menatapnya takut. Gadis itu melenggang lantas menaruh sekantong buah-buahan di atas nakas.
Langkah santainya, caranya memainkan bola mata dan menghindari tatapan, seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal Galih sudah harap-harap cemas. Bagaimana respon Alin ketika tahu tentang kelainannya, tentang penyakitnya, tentang hidupnya, dan tentang kebohongannya. Galih takut gadis itu berubah pikiran. Tapi melihatnya tanpa ekspresi, Alin terlalu abu-abu untuk ditebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alinea
Genç KurguKata orang, Alinea punya segalanya. Dia cantik, pandai bermain musik, juga dikelilingi orang-orang yang mencintainya. Mulanya mungkin begitu. Hingga Alin terbangun dari mimpi buruknya yang panjang. Dan dia kehilangan semuanya. °°° Tidak perlu panjan...