Perjodohan

128 22 26
                                    

Selama di perjalanan mereka berdua hanya diam, Daniel yang biasanya memulai topik kini pikirannya blank. Sementara Nadhira hanya melihat lampu-lampu jalan yang berjejer sangat cantik menghiasi malam. Saat mereka melewati taman bermain terlihat anak-anak kecil sedang bermain kembang api dan pemuda pemuda sedang menyalahkan petasan terlihat orang-orang disana bahagia sekali walau hanya sederhana.

"Kita kesana dulu yuk, liat kembang api," Ajak Daniel.

"Emang ada?" tanya Nadhira, Daniel langsung menunjuk ke arah kananya.

"Itu." Nadhira hanya mengangguk, segera Daniel membelokkan stirnya ke arah taman bermain yang cukup luas.

Terlihat 1 keluarga sedang berbahagia orang tuanya duduk diatas rumput dan 2 anaknya sedang bermain kembang api. Dan terdapat dua orang pemuda, laki-laki sedang menyalakan petasan dan perempuannya melihat petasan itu berkembang diatas langit dan beberapa pasangan sedang berbincang-bincang menghabiskan malamnya disini.

"Seru ya?" tanya Daniel, Nadhira hanya mengangguk.

Mereka duduk di bangku panjang pinggir taman. "Dari dulu gua seneng banget bermain kembang api."

"Dulu gua juga sering bermain kembang api sama ayah dan bunda, tetapi sekarang ... Nggak akan pernah terjadi lagi."

"Maaf, nggak maksud buat lu sedih, Ra," sesal Daniel.

"Gapapa, Niel. Kata nenek gua, melihat orang bahagia itu bisa menular ke kita loh," lirih Nadhira, entah kenapa kata-kata Nadhira membuat Daniel bersedih padahal orang tuanya lengkap.

Daniel mencari ide untuk membuat Nadhira tersenyum kembali. Di sebrang jalan terlihat penjual kembang api, Daniel segera menuju kesana.

"Sebentar ya." Nadhira hanya mengangguk.

Daniel membeli beberapa bungkus kembang api, ia segera menuju ke tempat duduk Nadhira. Setibanya di samping Nadhira ia meyodorkan 1 bungkus kembang api untuk dimainkan.

"Ayo kita main."

"Hah, gausah bercanda, Niel. Udah tua masa masih main kembang api."

"Ya gapapa dong, sekali-kali aja kok," jawab Daniel, ia membuka 1 bungkus kembang api dan menyalahkan dengan korek gas yang ia baru beli.

Setelah nyala, Daniel langsung memainkan kembang api itu. "Seru tau, Ra," sahut Daniel, Nadhira hanya tersenyum melihat Daniel yang sedang bermain kembang api.

Setelah satu batang habis, Daniel menyalahkan kembali kembang apinya dan menarik tangan Nadhira untuk ikut bermain. "Nggak asik kalau cuma liat gua main doang, Ra."

Daniel memberikan 1 batang kembang api yang sudah di nyalahkan, mau gamau Nadhira mengambilnya dan Daniel menyalahkan 1 batang lagi untuknya. Mereka bermain bersama, Nadhira terlihat bahagia tanpa harus melihat bahagia orang lain.

"Kita bisa ciptakan bahagia sendiri, Ra. " Nadhira tersenyum dan mengangguk.

"Tidak salah melihat orang lain bahagia, tetapi lebih baik ciptakan bahagia kita sendiri."

***

Keesokan harinya saat Daniel ingin menemui client dari tempat perusahaan magangnya untuk bekerja sama dalam proyek yang akan Daniel kerjakan. Dani, sang ayah sedang duduk santai di ruang keluaga bersama secangkir kopi dan beberapa makanan ringan.

"Daniel," panggil Dani.

"Iya, pah."

"Sini, Nak. Ada yang mau papah bicarakan." Daniel melihat jam tangan sebentar, masih ada waktu untuk mengobrol dengan sang papah. Ia segera duduk di samping papahnya dan mendengarkannya berbicara.

Fake DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang