Merelakanmu

42 6 0
                                    

Suara ketukan kamar Nadhira membangunkannya dari lamunannya, gadis itu duduk diatas kasur dan tengah menangis dalam diam.

"Dhira."

Suara lembut dari Rima menghantarkan Nadhira mengusap air matanya dengan cepat. "Masuk, Nek."

Suara decitan pintu terbuka, terlihat perempuan berumuran setengah abad berdiri dengan mata sendu melihat cucu kesayangannya terluka. Ia berjalan menghampirinya dengan getiran hati seperti ia merasakan perasaan Nadhira yang sedang terluka.

Niat hati Rima ingin memberikan video yang sudah lama ia simpan, mungkin hari ini bukan waktu yang tepat untuk memberikannya sepertinya Dhira ingin di tenangkan bukan menambah pikirannya, jika Rima memberikannya mungkin kondisi Nadhira akan bertambah buruk.

Rima memeluk erat cucu kesayangannya, ia merasakan betul nestapa yang kini mulai menyelimutinya. Getaran perih didadanya merasakan pedihnya perasaan Nadhira saat ini.

Semoga kamu kuat, Ra. Batin Rima

"Daniel, Nek," lirih Nadhira. "Kenapa Daniel tinggalin Dhira," isaknya.

Daniel, kau tahu bahwa aku akan mendukungmu. Tetapi bukan ini yang ku mau. Setidaknya perlihatkan wajahmu untuj terakhir kalinya, agar aku mempunyai alasan untuk terus menunggumu ... atau Kau mau aku merelakanmu pergi, begitu, Niel? Batin Nadhira.

"Dhira tahu Dhira salah, tapi, kenapa..."

"Kenapa Daniel nggak berpamitan kepada Dhira," lirihnya, rasa sesak mulai menggerogotinya.

"Kenapa Daniel--" isak Nadhira

"Nenek tahu... Nenek tahu..." Rima langsung mengeratkat pelukannya, menepuk pelan bahu Nadhira.

Seharusnya Nadhira tidak pantas berkata sepeti itu, karena dari awal Nadhira lah yang meminta putus dengan Daniel. Tetapi kenapa kepergian Daniel terasa menyesakkan di dada Nadhira, begitu menghayat hatinya sampai ia tak rela Daniel pergi meninggalkannya dan mungkin Daniel tidak akan kembali ke pelukan Nadhira selamanya.

Rima yang ikut merasakan kepedihan hati Nadhira segera mengeratkan kembali pelukannya, air mata Rima pun perlahan jatuh ke pipi menuju bahu kiri Nadhira. Ia tak kuat melihat Nadhira seperti ini.

"Dhira boleh kok menangis sepuasnya, nenek akan temani Dhira disini,"lirih Rima.

Rima tidak ingin Nadhira depresi seperti 12 tahun yang lalu, masa-masa kelam kehidupan Nadhira dan Rima.

***

2009,
(2 minggu setelah kepergian Dinda, Nadhira masih terbaring koma).

Rima membuka pintu kamar Nadhira, gadis kecil itu masih terbaring manis dengan mata tertutup serta selang medis membalut tubuhnya.

"Dhira nenek datang, maaf tadi tinggalin Dhira sendirian beberapa jam. Nenek harus mengurus beberpa keperluan, Dhira ga marah dengan nenek kan?" ucap Rima, bemonolong.

"Nenek bersihkan kamu dulu ya, Sayang," lanjut Rima.

Rima mulai menyiapkan ember kecil dengan air hangat didalamnya serta handuk kecil untuk membersihakn tubuh Nadhira.

Dengan luwes dan sangan berhati-hatu Rima membersihkan tubuh gadis yang tengah berbarung di ranjang. Sementar Rima membersihkan Nadhira, ia selalu terbayang penderitaan keluarga kecil anaknya yang sangat disayanginya.

Perlahan air matanya menetes tanpa disadari, ia tidak tega dengan Nadhira, gadis sekecil ini harus menangusng semua penderitaan menyakitkan, apakah Nadhirq bisa melewatinya?

Fake DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang