Rasa Frustasi Daniel

31 5 0
                                    

Perlahan Daniel mendangakkan kepalanya menatap Rima. "Bagaimana dengan Nadhira, Nek? Apa dia baik-baik saja?"

Rima menghela napas berat.

"Dhira sedang mencoba bertahan untuk baik-baik saja," lirih Rima.

Hati Daniel terasa sakit, pasti Nadhira hancur sekali. Daniel semakin merasa bersalah. "Daniel boleh ketemu dengan Nadhira, Nek?"

"Saat ini Nadhira ingin sendiri. Daniel coba mengerti keadaan Nadhira ya," mohon Rima.

Daniel mengangguk pelan, ia akan mencoba mengerti keadaan Nadhira sekarang. Daniel juga tidak bisa memaksakan kehendaknya, ia akan menunggu sampai Nadhira siap untuk bertemu dengannya.

Setelah mengobrol dengan Rima, Daniel memutuskan untuk ke kantornya telebih dahulu. Semoga saja tidak bertemu dengan papahnya.

"Daniel pulang dulu ya, Nek." Rima memgangguk.

Danile langsung berjalan keluar rumah Nadhira, masuk kemobil dan langsung menyalahkan mesinnya.

***

Setelah sampai di kantor, teman-teman kerjanya sedang sibuk dengan proyek terbaru, dan kini yang akan memimpin adalah Gio.

Daniel membuka pintu ruangannya, memang mereka buat ruangan terpisah dengan rekan-rekan lainnya hanya untuk Daniel dan Gio.

Daniel merebahkan badannya ke kursi meja tempat ia bekerja, disampinv terdapat Gio yang sedang merancang desain proyek yang sedang ia kerjakan.

"Kenapa bro? Mukanya kusut amat," santai Gio sambil tetap menatap layar komputer.

Daniel tak bersuara, ia besandar denga tangan menutupi mata.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Gio sekali lagi.

Tak ada sautan kembali, ia yang melihat sesekali kearah Daniel merasa khawatir. Ada masalah apa?

"Masalah sama bokap lu?" tebak Gio.

"Udah kerja aja, gausah perhatiin gua, ji," ketus Daniel.

"Lu ga kerja? Malah santai."

"Ga mood, sekali lagi lu tanya proyek gua batalin," ancam Daniel yang masih menutup mata dengan lengan kananya.

Gio langsung diam, ia tidak ingin membuat Daniel semakin kesal kepadanya. Tidak biasanyaa seperti ini, Daniel yang selama ini Gio kenal orang yang ceria, ambisius dengan kerjaannya dan gamungkin semudah itu ia batalin proyek.

"Atau mungkim karena Nadhira?" gumam Gio.

Suaar pelan Gio masih terdengar oleh Daniel."Lu beneran mau batalin ya."

Daniel membuka matanya menatap tajam ke arah Gio. "Maaf-maaf, gua lanjutin kerja."

Daniel beranjak pergi dari kantornya, ia pikir di kantir akan merasa tenang tetapi keberadaan Gio semakin memperburuk suasana hatinya.

"Lu mau kemana?" teriak Gio.

Tak ada balasan dari Daniel, ia terus berjalan menuju pintu raungannya.

Gio yang merasa bingung dan khawatir dengan Daniel, tapi ia tidak bisa berbuat apapun. Diajak ngobrol pun Daniel marah apaalgi ia susul sekarang pasti suasanan tambah buruk bisa-bisa Gio menjadi sadaran kemarahan Daniel selanjutnya.

Gio memggeleng pelan, ia menciba memebuang pikiran negatifnya dan mulai fokus kembali ke pekerjaannya.

Daniel dengan suasana hati yang buruk, ia selalu kepikiran dengan Nadhira. Bagaimana keadaannya? Apakah Nadhira akan memaafkannya? Bagaimana jika Nadhira tidak ingin bertemu dengannya bahkan perpisahaan yang selama ini Daniel benci akan tiba?

Fake DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang