Sebuah Surat

39 7 1
                                    

Selama perjalanan menuju bandara hati Daniel merasakan kesedihan yang mendalam, setelah meninggalkan surat, bunga dan hadiah yang di berikan khusu untuk Nadhira.

Setelah sampai dibandara, Daniel segera mencari orang tuanya tang sedanv menunggu kedatanyannya, terdapat Gio yang tengah berdiri.

"Ma, pah... " panggil Daniel.

Mereka bertiga menengok bersama, tersenyjm mengarah Daniel. Sepertinya kepergiannya bukan hanya tentang kesedihan tetapi rasa bangga dan juga kebahagian.

"Gimana, Bro. Udah ketemu Nadhira?" tanya Gio berada di bandara untuk mengantarkan Daniel.

Daniel menghela napas panjang, menggeleng.

"Nadhira sedang pergi acara kantornya," pasrah Daniel.

Gio melihat Daniel kasihan, menepuk pundaknya. "Lu masih bisa ketemu lagi kok, makanya cepetan selesain S2 nya biar bisa balik ke Indo lagi," sahut Daniel menyemangati.

Daniel tersenyum, "Gua titip kantor ya sama pembicaraan kemarin jangan lupa buat di jalanin," pesan Daniel.

"Siap," ucap Gio.

Daniel kembali mentap Karina, ia pasti akan merindukan sosok ibu saat berada di Berlin, apalagi Di sana Daniel tidak mempunyai kerabat atau saudara. Ia harus belajar mandiri tanpa menyusahkan orang lain.

"Hati-hati ya, Sayang," ucap Karina memeluk putra kesayangannya. "Cepat kembali, Ya."

"Pasti, Ma."

Karina tersenyum, melepaskan pelukannya kembali menatap Daniel. Tangannya terulur memegang pipi Putra satu-satunya. "Mama pasti kangen."

Air mata Karina sudah menggenang di pelupuknya, siap siap terjatuh kepipi. "Daniel juga, Mama  jaga kesehatan, jangan sakit-sakit."

Daniel mengusap pipi Karina yang sudah basah oleh air mata. "Janagan khawatir, Ma. Daniel akan baik-baik saja."

Karina lagi-lagi memeluk putra kesayangannya, ia masih berat melepaskan putra kecilnya berada di negara orang lain.  sebelum berpamitan dengan sang papa.

Sekarang berbalik menatap Dani, tersenyum. "Papa jaga kesehatan."

"Cepat selesai study-nya, pulang ke Indo meneruskan perusahaan Papa," ucap Dani.

Daniel mengangguk. "Iya, Pah."

Dani memeluk anak kesayangannya, berat rasanya melepaskan anak tunggalnya pergi ke luar negeri.

Daniel melihat jam tangannya. "Udah mau boarding, Daniel pamit ya," pamit Daniel.

Karina, Dani dan Gio mangagguk bersamaan. Melepaskan Daniel.

Air mata karina mengenang di pelupuknya, sebenarnya ia tidak rela membiarkan anak semata wayang pergi ke negara orang, tetapi ua tidak boleh egois, Karina tahu pendidikan S2 sangatlah sulit dan butuh perjuangan. Jadi, Karina tidak ingin menghalangi cita-cita Daniel.

Kini saatnya Daniel pergi, melanjutkan pendidikan yang selama ini ia impikan. Selamat tinggal Indonesia, mama, papa, Gio, teman-teman dan kamu Nadhira...

Langkah kaki berat menuju Boarding,sesekali melihat kebelakang terdapat Dani, Karina dan Gio yang memandang Kepergian Daniel. Gio melambaikan tangan, Mamanya yang senitihkan airmata, papanya hanya tersenyum.

Daniel hanya membalas tersenyum sambil melambaikan tangannya, terus melangkah kedepan menuju Boarding. Ia tak melihat tanda-tanda Nadhira di sana, Daniel ingin sekali melihat perempuan yang sangat ia cintai saat detik-detik kepergiannya walapun hanya sekedar mengucapkan selamat tinggal.

Fake DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang