Trauma

34 7 0
                                    

"Daniel."

Tenyata Daniel yang sedari tadi mengklakson motor, membuat Nadhira kesal.

"Maaf, Ra. Gua kesiangan," sesal Daniel.

"Hm."

Nadhira kembali melangkahkan kakinya ke halte, ia tidak menghiraukan Daniel yang terus mengklakson dan memanggilnya. Daniel masih mrnyalahkan mesin motornya dan menggas tipis tipis.

"Ra, maaf," ucap Daniel sekali lagi.

"Udahlah batal aja perjanjiannya, nggak pake kertas hitam di atas putih ini."

"Dih lu mah gitu, jahat banget."

"Lu yang mulai, kalo gamau jemput ya bilang. Jadi gua nggak nungguin lama."

"Ya, maaf gua begadang kerjain proyek. Trus bagun udah jam 9 pagi."

Nadhira memutar matanya jengah.

"Mau kemana, Neng? Sini abang anter," canda Daniel tetapi nyatanya tidak mendapat respon baik oleh Nadhira.

"Nggak lucu," ketus Nadhira.

"Udah apa, Ra. Gua kan udah minta maaf," ucap Daniel sambil menaiki motor mendorongnya pakai kaki.

"Hm."

"Ra, maaf," mohon Daniel.

"Iya."

Daniel tersenyum, ia menyalahkan kembali mesin motornya. "Yaudah ayo gua anter pulang."

"Gausah, gua bisa sendiri."

"Beneran ni?"

"Hm."

"Yaudah oke, gua balik."

Danile langsung menyalahkan kembali motornya, berlaju meninggalkan Nadhira.

"Ih, Dasar Daniel!!"

Nadhira kesal sekali dengan orang yang baru saja pergi meninggalkannya, ingin rasanya ia maki-maki tuh orang, bukannya di baikin malah pergi gitu aja.

Tapi, sebenernya salah Nadhira kenapa hafus gengsi toh dia butuh tumpangan Daniel. Uh, udahlah intinya  semua salah laki-laki!

Nadhira kini duduk di halte bis sedang menunggu bis yang tak kujung datang, di tambah lagi Daniel benar-benar meninggalkannya.

"Awas aja Daniel, perjanjian batal," gerutu Nadhira.

Tiba saja ada suara motor tepat di depannya, dan itu Daniel. Ngapain dia ke sini lagi?

Daniel mematikan mesin motornya dan menstandarkan motornya di pinggir jalan, ia turun dari motor dan berjalan menuju Nadhira duduk di sebelahnya.

"Nih, gua beliin air. Pasti lu haus kan?"

Sebenarnya Daniel tidak tega meninggalkan Nadhira sendiri di halte, disana pun sepi tidak ada orang yang menunggu bis juga. Daniel melihat Nadhira seperti kehausan dan ia berniat membelikan minuman.

Benar saja, hari ini suasana pas sekali di tambah hatinya karena kelakuan Daniel. Nadhira langsung membuka tutup botol dan meminumnya sampai setengah.

"Makasi," ucap Nadhira  perlahan kekesalannya reda.

"Udah ga kesel lagi kan sama gua?" canda Daniel.

"Hm."

"Lu mau sampai kapan nunggu disini?"

"Sampe bisnya dateng lah."

"Udah lah, Ra. Gua nater aja ya, sekalian tebus kesalahan gua tadi pagi."

Fake DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang