Kesedihan

18 4 0
                                    

Nadhira masih tidak percaya kenapa harus Daniel? Kenapa harus keluarganya yang menjadi penyebab salah satu kehancuran keluarga Nadhira.

"Kenapa?" lirih Nadhira.

Bagaimana bisa Keluaga Daniel seperti itu? Orang yang sangat Ia sayangi adalah keluarga yang membuatnya menderita dan membuat trauma seumur hidup.

"Nggak.... Nggak mungkin kan, Nek," sangkal Nadhira. Ia segera melepaskan pelukan dan menjauh dari neneknya.

"Dhira... " lirih Rima.

Hatinya terasa sakit seperti ribuan jarum menancap di tubuhnya, rasa sesak kini menhampiri seperti dalam dunia ini tidak ada oksigen untuk bernapas lega. Nadhira berjalan gontai, kakinya pun sudah tidak kuatenompang tibuhnya, hanya dindinglah yang menjadi penompang tubuhnya saat ini.

"Nggak... Nggak mungkin," lirih Nadhira, ia masih tidak bisa menerima bahwa keluarga Daniel awal mula Nadhira menderita dan kehilangan semuanya.

Nadhira sudah tak kuat lagi berjalan, ia terduduk dilantai, kakinya sudah mati rasa untuk bangun kembali, air mata masih saja menetes membasahi lantai-lantai.

Rima masih duduk di kursi meja makan, ia sudah tak sanggup untuk mengahmpiri Nadhira dan memberikan ketenangan baginya.

Luka lama yang sudah mengering kinj basah kembali dan mjngkin akan lebih menyakitkan. "Maafkan nenek, Dhira," lirih Rima.

***

Setelah Daniel sampai di rumahnya, ia memakirkan mobilnya di bagasi, kelura dari mobil dan berjalan menuju pitu rumahnya. Daniel langsjng melangkahkan kakinya ke kamar Karina.

Saat pintu dibuka sudah ada Om nya, yang sedang memriksa Karin dan 2 pembantu yang sedang disana. "Gimana om?"

"Mama kamu cuma syok aja, uah diberi obat penenang, biarin mama kamu tidur dulu ya, Niel," sahut Dr. Bram.

"Makasi ya, Om."

Bram berpikir, karena kakanya tidak mungkin seperti ini jika tidak ada sebab dan akibat.

"Apapun yang terjadi, jangan pernah tinggalin mama kamu ya, Niel," pesan Bram, menepuk bahu kanan Daniel.

Daniel mengangguk, dari arah belakanganya terdapat Dani yang bafu saja pulang dari kator. "Ada apa, Niel?'

"Ka," sapa Bram.

"Karina kenapa Bram?" panik Dani.

Daniel memang sempat kabari ayahnya, ia juga mengabari Bram untuk memeriksa Karina sebelum mengantarkan Nadhira pulang.

"Tadi sempat syok, Ka. Sekarang sudah di beri obat penenang, biarin istirahat dulu. Saya pergi ya, Ka. Nanti kalau ada apa-apa langsung kabari aja," jelas Bram.

"Terima kasih, Bram,"

Bram mengangguk dan pergi meninggalkan Daniel serta Dani.

Dani melihat Karina dadi jauh yang sedang tertidur lelap dijagain oleh asisten rumah tangganya.

"Papa mau ngomong sebentar di ruang tamu, Niel."

Daniel mengangguk, mereka berdua berjalan menuju ruang tamu dan duduk disana.

"Mama kenapa bisa kaya gitu? Ada masalah apa?" tanya Daniel.

Daniel bingung harus mulai cerita dari mana. "Tadi kan mama mau ketemu Nadhira, mereka ke halaman belakang pas Daniel susul mamh udah kaya gitu," kelas Daniel.

Daniel menceritakan apa yang ia lihat saja. "Daniel tanya sama Dhira, katanya, mamah langsung nangis setelah lihat foto keluarga Nadhira."

Dani kaget, pasti ada sesuatu denagn keluarga Nadhira yang membuat Karina seperti itu.

Fake DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang