Yoshi lelah, menangis dan mengerang nikmat secara bersamaan nyatanya langsung membuat semua energinya terkuras dalam semalam. Tenaga Junghwan begitu besar sampai-sampai tubuh Yoshi tak mampu untuk menerima cintanya.
Matanya sembab dan terasa panas, sulit baginya untuk berjalan di tengah kegelapan. Tapi sepertinya pekerjaannya belum juga selesai, burung-burung gagak itu belum terkumpul semuanya dalam satu kandang.
Kembali, Yoshi merasa lelah. Kuatnya hentakan membuat tubuhnya bergerak kacau berlawanan dengan dirinya, padahal ia sangat yakin tubuhnya hanya diam.
"Junghwan?"
Seketika semua terasa nyata, sekelilingnya mulai jelas dan Yoshi sadar bahwa dirinya sudah berada di kamar. Matanya terbuka dan dilihatnya tepat di hadapan mata, suaminya tengah terlelap sembari mendekapnya erat tanpa sehelai benang pun.
"Apa-apaan ini???? Aku... HAHH!?"
Semburat merah memenuhi pipi, tubuhnya seketika merinding bukan main. Diingatnya kembali kejadian kemarin malam yang begitu panas, bukan karena apiㅡ melainkan karena rasa penasarannya Junghwan yang akhirnya terbayarkan.
Anak muda itu, astaga. Yoshi tak habis pikir, dirinya dan anak muda itu benar benar telah melakukannya pada kemarin malam. Pantas saja sampai terbawa mimpi, ternyata Junghwan benar benar berhasil membuatnya menyerahkan diri.
"Sayang.. kamu udah bangun?" tiba-tiba saja Junghwan bersuara.
"Hmm.." Yoshi ragu, dirinya mendadak gugup.
"Kenapa?"
"APANYA KENAPA?"
"Hahaha.." Junghwan terkekeh pelan, entahlah.. melihat wajah isterinya yang memerah seakan menjadi hiburan tersendiri baginya.
"Malah ketawa, ihhhh ngeselin."
"Aaduhh.. jangan nyubit, dong."
Junghwan menarik lengan Yoshi yang baru saja mencubit pinggangnya kemudian membawanya untuk mengusap rambut tebalnya. "Aku ngantuk, jangan bangunin aku."
"Tapi ini hari rabu, Hwan.. kamu ngga berangkat? nanti terlambat lho."
Bukannya menjawab, Junghwan justru menggerakkan tubuhnya yang mana otomatis membuat tubuh Yoshi ikut terangkat. Yoshi diam sejenak, diliriknya ke bawah sana dan betapa tidak menyangkanya ia bahwa tubuh mereka ternyata masih menyatu.
"Hㅡhhwan.. jjadi dari kkemarin kamu ngga lepasin jugㅡgga yah??"
Tanpa merasa bersalah Junghwan menganggukkan kepalanya dan tersenyum bahagia. "Kamu nangis terus sih, aku jadi ga tega."
"Jadi ini gimanaaaa?"
"Gimana apanya?"
Yoshi menunjuk daerah selatan mereka, sialnya Junghwan malah mengikuti arah tangan Yoshi dan ikut melirik kearah pinggangnya. "Ya aku cabut lah."
"Tㅡtapi hwan itU SAKIT BANGEET Hhaaaaaa."
Nafasnya berat sesaat, rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya. Junghwan memanfaatkan moment itu untuk mengangkat tubuh lemah isterinya menuju kamar mandi.
Dibaringkannya perlahan Yoshi kedalam bathub kemudian memberikan sebotol sabun cair padanya. Setelah shower menyala, Junghwan pun menyiramkannya kearah tubuh Yoshi yang sama polosnya.
"Kamu ngga mandi juga?" tanya Yoshi selagi membiarkan Junghwan memandikannya.
"Aku mandiin kamu dulu."
Sebuah jawaban yang cukup mengejutkan, bibirnya seketika melengkung sedih kebawah. Menyadari Yoshi yang kini terdiam, Junghwan pun mengusapkan busa yang berkumpul di tangannya pada pipi halus itu.