bagian enam

3.1K 274 13
                                    

Bukannya bersiap pergi kelas, Junghwan justru masih ketiduran dengan berbalutkan selimut tebal yang sengaja Yoshi berikan padanya.

Kedatangan Yoshi langsung berubah histeris karena sebelumnya ia mengira bahwa Junghwan hanya ingin molor saja, tapi ternyata suaminya itu mendadak demam.

"Lho! Junghwan?? badan kamu panas.."

Yoshi langsung membuka balutan selimut yang menggulung tubuh suaminya dan meletakkannya di atas lantai. Dibukanya kancing baju Junghwan satu persatu hingga hanya menyisakan singlet putih saja.

Badannya menggigil, bibir Junghwan pucat bukan main. "Kamu ijin aja ya hari ini, biar aku hubungi temen-temen kamu." ujar Yoshi begitu panik saat meraba sekujur tubuh suaminya.

Baru saja ia ingin pergi, Junghwan tiba-tiba menahan lengannya sampai sampai tubuh Yoshi terhuyung dan jatuh tepat di sebelah tempat tidur.

Untungnya Junghwan masih memiliki sisa tenaga untuk menahan jatuhnya Yoshi agar tidak mengenai pinggiran tempat tidur, setelah berhasil membantunya akhirnya Junghwan pun mulai mengadu.

"Kak.. kepalaku sakit."

"Iya sayangg, kakak ambilin air hangat sama paracetamol dulu yaa.."

Bergegas Yoshi mengambil persediaan obat yang sebelumnya ia simpan di atas lemari pakaian, kemudian mengisi segelas penuh air hangat. Dibawanya gelas itu ke kamar dan meletakkannya diatas nakas.

Junghwan tampak memperhatikan, mungkin denyut di kepalanya sudah mereda. Tetapi bukan berarti Junghwan sudah tidak perlu meminum obatnya, justru kalau denyutnya sudah mereda itu adalah saatnya Junghwan minum obat agar tenggorokannya tidak menolak obat itu masuk.

Menyadari Yoshi mulai membuka bungkus pil paracetamol yang ia pegang, tiba-tiba saja Junghwan menepisnya sampai sampai semua yang dipegang Yoshi berhamburan ke lantai.

"Junghwan!"

"Gak mau."

"Tapi kamu harus!"

"Gak."

tck! Yoshi mengepalkan tangannya sebal. Selalu saja begini, setiap Yoshi coba membantuㅡ Junghwan selalu saja mengatakan tidak. Yoshi muak, padahal jelas di sini suaminya itu lah yang membutuhkan bantuannya.

"Terserah kamu mau minum obatnya atau nggak! nanti kalau pusingnya kambuh lagi aku gak mau bantuin kamu! awas aja.."

Yoshi pergi. Kesabarannya sudah habis berjatuhan bersama obat paracetamol yang Junghwan hamburkan tadi, berserakan dan menghilang.

Di kamar itu Junghwan terdiam. Memang kepalanya tidak lagi berdenyut, tetapi mungkin saja itu belum. Karena detik berikutnya tiba-tiba saja kepala Junghwan serasa berputar.

Perutnya memompa makanan yang tersisa dan mulutnya mulai terasa masam. Tenggorokan Junghwan serasa penuh, dan ketika ia terbatukㅡ muntahnya pun tak lagi terelakkan.

"Uuuurrhwoekk."

Seketika kasur dan pakaiannya dipenuhi oleh muntahan. Junghwan bingung harus apa, kepalanya masih pusing dan matanya berkunang-kunang.

"Yoshi. Iya Yoshi!!" batin Junghwan berusaha untuk bangkit tetapi tubuhnya sama sekali tak dapat bergerak.

Brakkh!

Hingga akhirnya Junghwan terjatuh dari atas kasur, hantaman keras memukul kepalanya. Tubuhnya terasa kaku, dan tenggorokannya tercekat tak bernafas.

"Tolong.." lirih Junghwan sekuat yang ia bisa.

Tangannya menjulur kedepan, memukul mukulkan lantai berusaha membuat kebisingan berharap Yoshi mendengarnya.











MUDA [Hwanshi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang