bagian empat belas

1.8K 174 8
                                    

Di kamar, Yoshi memainkan ponselnya, perhatiannya begitu fokus ke layar sampai-sampai ia tidak sadar bahwa Junghwan sudah berdiri di dekatnya.

Junghwan melepaskan dasi beserta kancing kemejanya, dengan wajah lesu ia memasuki kamar mandi dan menyalakan shower. Terdengar dari luar suara Junghwan yang bergumam tidak jelas, ingin sekali Yoshi menghampirinya tetapi ia justru takut membuat suaminya itu merasa tidak nyaman.

Maka Yoshi memutuskan untuk menunggu sampai Junghwan keluar dari kamar mandi dan bantu mengeringkan rambutnya sehabis keramas.

Pergerakan tangan penuh keraguan dari Yoshi seakan mudah terbaca oleh Junghwan, buktinya anak muda itu sudah menarik pergelangan tangannya dan membawanya untuk diletakkan di atas dahi.

"Aku capek."

Yoshi tertegun mendengarnya, buru-buru ia membenahi posisinya menjadi duduk menghadap kearah Junghwan yang berbaring. "Kamu habis ngapain?"

"Dihukum, dipermalukan, hampir didepak dari kampus juga kayaknya."

Detik itu juga Yoshi langsung menarik bahu Junghwan untuk fokus menatap matanya, tatapannya benar-benar horror seakan ingin menginterogasi Junghwan sekarang juga.

"Siapa?"

Tentu Yoshi tahu maksud dari kalimat dipermalukan dan hampir didepak dari kampus itu adalah tentang pernikahan mereka yang disembunyikan dari pihak kampus.

Yoshi tidak mengerti. Sebelumnya tidak ada seorangpun yang berani mengungkit masalah ini, tetapi melihat Junghwannya yang kacau seperti ini tentunya membuat Yoshi penasaran.

"Bukan salah siapa-siapa, memang udah saatnya aja kebongkar semua."

Yoshi berusaha menggenggam tangan suaminya. "Junghwannnn.. maaf ya, harusnya kamu ga perlu mengalami ini semua."

Junghwan menggeleng dan meraih tangan Yoshi untuk dicium. Saat ini Junghwan hanya ingin tidur, semua energinya terkuras untuk memendam amarahnya yang bisa merusak segalanya.

Sejak mengetahui Yoshi mengandung anaknya, entah mengapa hal itu berdampak baik bagi emosi Junghwan yang semakin lama semakin terkontrol. Tidak ada lagi Junghwan yang egois, Junghwan yang kekanakan dan mudah marah.

Perlahan matanya mulai terpejam, usapan Yoshi pada rambutnya semakin membuat matanya kian berat. Junghwan tak dapat lagi menahan kantuknya dan berakhir tidur tanpa mengenakan baju.

"Kasihan ayah, nak.." gumam Yoshi pelan mengusapkan tangan Junghwan pada perutnya.

Tak bertahan lama, Yoshi merasa saat ini ia ingin sekali menangis. Takut membangunkan suaminya, Yoshi pun memutuskan keluar dari kamar dan berdiam diri di teras depan.

Merenung, membayangkan seperti apa tekanan yang Junghwan terima dari lingkungan kampusnya. Yoshi bertanya-tanya apakah ada seseorang yang membela, setidaknya seseorang yang membawa Junghwan pulang dengan selamat.

Jika itu adalah Niki, sekarang juga Yoshi ingin menemuinya dan berlutut untuk mengatakan terima kasih sebesar-besarnya karena telah membantu Junghwan untuk mengabaikan celaan warga kampus.

"Arghh.. jangan sekarangㅡ hikss.." Yoshi meringis merasakan nyeri pada perutnya karena jujur saja sejak tadi siang belum ada satupun makanan yang masuk ke dalam mulutnya.

Semua itu karena ia ingin makan bersama suaminya, tapi sayangnya Junghwan malah pulang dengan keadaan hati dan pikiran yang tidak baik.

Terpaksa Yoshi mengurungkan niatnya untuk bermanja-manjaan dengan Junghwan karena ia justru dua kali lebih takut apabila Junghwan membentaknya tanpa sadar.

MUDA [Hwanshi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang