bagian sebelas

2.1K 207 20
                                    

"Sayang.. aku udah sehat, ayo kita ke pantai."

Melihat Junghwan yang menentang ucapannya dan ingin menghampiri ia yang duduk di atas sofa, Yoshi buru-buru menahan Junghwan untuk tetap berbaring di tengah tempat tidur mereka.

Memang Yoshi amat sangat bersyukur suaminya diberi daya tahan tubuh yang luar biasa kuat, meski terkadang Vertigo nya kapan saja bisa kambuh tetapi Junghwan tetap semangat untuk mengajaknya rekreasi ke pantai.

Dua hari sudah berlalu padahal, Yoshi juga mengira kalau Junghwan udah lupa. Apa karena Junghwan mengira kalau itu.. Arghh Yoshi malu sendiri jadinya.

"Aku cuma becanda Junghwan.. bahu kamu masih sering kebas juga kan?"

"Aku sehat."

"Kapan-kapan aja.."

Junghwan menundukkan kepalanya, tangan yang sempat ia kepal perlahan terbuka. "Aku cuma mau bawa kamu ke pantai, besok, kita berdua, main sama-sama kesana."

Tapi. "Nanti kamu drop aku yang sedih."

"Ngga akan."

Yoshi menarik nafasnya dalam, begitu berat untuk membujuk suaminya yang kalau sudah menginginkan sesuatu pasti harus terwujud.

Ditangkupnya rahang tegas Junghwan kemudian membawanya untuk menatap kearahnya. "Oke deh, tapi kalau kamu cape nyetir nanti gantian sama aku ya."

"Kalau itu bolehlah..."

Junghwan menarik senyum cerahnya, begitu senang karena Yoshi akhirnya setuju untuk main ke pantai. "Aku sayang kamu, Yoshi." ucap Junghwan tepat di perut Yoshi yang ia peluk erat.

Merasa nyaman dalam dekapan suaminya Yoshi pun menganggukkan kepalanya sayang, mengusap rambut belakang Junghwan yang halus. Namun, Junghwan tiba-tiba saja menarik tubuhnya sampai sampai Yoshi ikut terhempas ke tengah tempat tidur.

Yoshi langsung mengecek Junghwan, khawatir Vertigo nya kambuh tapi untunglah Junghwan malah nyengir sambil senyum-senyum sendiri.

"Jangan diulangi ya." peringat Yoshi yang kini merapihkan rambut Junghwan yang berantakan.

Junghwan mengangguk dan menarik Yoshi untuk masuk dalam dekapannya, selimut yang di bawah mereka juga Junghwan tarik untuk menyelimuti mereka berdua.

Tepat di hadapannya, Junghwan masih juga terjaga. Hal itu membuat Yoshi semakin khawatir karena Junghwan semakin terlihat kurus sedangkan ia sendiri malah semakin gemuk.

"Yoshi.."

"Iya?"

"Udah jalan empat hari, kamu ada ngerasa mual ngga?"

"Hah!? Apa?"

Yoshi memberontak dari dekapannya kemudian beranjak dari posisinya untuk bisa duduk dan menatap wajah suaminya dengan jelas.

"Kamu.. ada mual ngga?" ulang Junghwan dan kali ini ia terlihat mulai mengantuk.

"Kalau mual sih belum, tapi... berat badan aku naik 5 kilo padahal yang aku makan sama kayak yang kamu makan."

"Hmmm.."

Junghwan me-pout kan bibirnya malu, tetapi dirinya tidak tahan untuk mengatakan kalau kemarin dia mimpi kalau ada bayi yang tidur di tengah-tengah mereka.

"Kakak mau dengar sesuatu, ngga?" tanya Junghwan yang berusaha untuk memberanikan diri.

"Apa itu?"

"Aku mimpi gendong anak."

"Junghwaaaaaaan˚‧º·(˚ ˃̣̣̥⌓˂̣̣̥ )‧º·˚."

"Lho kenapa nangis?"

Tidak tahu, itulah jawaban yang bisa Yoshi katakan saat ini karena kemarin dia sudah coba testpack tapi hasilnya negative. Yoshi jadi takut kalau dirinya malah buat Junghwan kecewa, padahal orang tuanya Yoshi udah ngode dari lama.

MUDA [Hwanshi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang