bagian lima belas

2K 182 10
                                    

Benar dugaan Yoshi, sejak tadi Junghwan telah menahan diri untuk tidak menangis. Sehingga setelah kedua orang tua Yoshi pergi, barulah Junghwan mau menghampirinya.

Perlahan merebahkan badan dan menundukkan kepalanya. Junghwan menangis dengan menyembunyikan wajahnya di lengan Yoshi. Badannya bergetar hebat, semua emosinya tercurah saat itu juga.

"Kamu kenapa nangis.. kamu lihat kan aku baik-baik aja sekarang."

"Gak."

Saat ini Junghwan terlihat begitu emosional. Kepalanya terasa ingin pecah karena tak tahan memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi. Apakah ia juga akan kehilangan Yoshi atau malah dirinya yang akan pergi.

"Kamu ngga baik-baik aja, kamu pasti kesakitan tapi kamu bohong ke aku."

Suara Junghwan terdengar lirih, ia tak mau mengangkat wajahnya karena saat ini ia benar-benar merasa berada di titik terendah dalam hidupnya.

Ia masih muda tetapi ia telah kehilangan harapannya yang ada pada Yoshi, seolah-olah Tuhan marah karena selama ini Junghwan telah memperlakukannya dengan kurang baik.

"Jangan nangis dong, malu dilihat sama anak kamu."

Mendengar itu, Junghwan refleks mengangkat wajahnya dan menutupinya dengan kedua tangan.

"Ga usah ngomong gitu." jawab Junghwan yang kini tengah mengusap wajahnya.

Junghwan berniat menarik ujung kaosnya untuk mengelap wajah yang berderai air mata, melihat hal itu Yoshi langsung menahan tangannya dan mengambil beberapa lembar tisu untuknya.

"Kenapa nangis?" tanya Yoshi lagi setelah mengetahui Junghwan sudah sedikit tenang.

"Aku kasihan sama kamu, pasti kamu kesakitan banget waktu itu."

Ohh..

Yoshi berusaha melukiskan senyumnya, melihat Junghwan sensitif seperti ini berhasil membuat hati Yoshi menghangat. Maka ditariknya tangan Junghwan untuk mendekat, kemudian ia mengusap wajah sembab Junghwan perlahan.

"Udahh, jangan dipikirin terus. Tadi kamu dengar 'kan kata Ayah? kita boleh sedih tapi jangan berlalu-lalu."

"Iya."

"Sekarang tarik nafasnya dalam-dalam."

Junghwan menurut perkataan Yoshi. "Huuuuuuuhhhhh.."

"Hembuskan."

"Haaaahhhhhhhh."

"Ihh... bau azab."

"Apa kamu bilangg?" Junghwan langsung menatapnya horror, kemudian tertawa setelahnya.

"Jangan nangis lagi ya.. kamu jelek kalau nangis."

Junghwan hanya menanggapinya dengan deheman kecil karena ia tahu isterinya itu hanya bercanda. Yoshi tertawa melihatnya. Tanpa sadar ia telah berhasil menyembunyikan kesedihannya di hadapan sang suami yang syukurnya masih terus bertingkah manja sekarang.

Mau bagaimanapun juga Junghwan tetaplah anak muda, meski ia sudah biasa bertingkah dewasa di hadapan Yoshi tetapi bagi Yoshi ia tetap menggemaskan seperti saat pertama kali mereka berjumpa.






ㅡ♡







Hari baru dimulai, empat hari setelah dirawat di rumah sakit akhirnya Yoshi diijinkan pulang oleh pihak rumah sakit asalkan dengan syarat rawat jalan yang dilanjutkan oleh Junghwan pribadi.

Sejak saat itu pula Junghwan jadi semakin gencar untuk menjaga isterinya karena ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari kampus.

Yoshi tidak marah, tidak ada yang perlu dimarahi karena ia juga sebenarnya bingung harus bereaksi seperti apa saat melihat dosen yang biasa Yoshi hubungi untuk meminta ijin ketika Junghwan sakit.

MUDA [Hwanshi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang