26

1K 23 0
                                    

Keesokan paginya, Rhey bersiap pergi bekerja dan Cherry sudah bersemangat karena nanti sore dia akan pulang ke rumah masa kecilnya
"Ada yang semangat sekali kayaknya  seneng banget mau ninggalin suaminya sendirian di rumah" celetuk Rhey melihat tingkah Cherry yang daritadi bersenandung dan bergoyang kecil dengan perut buncitnya
"Kan Kak Rhey bisa pulang kesana juga kalo ga mau sendirian, tapi ya...terserah sih, kalo emang mau sendirian atau..." sambil melirik Rhey sedikit sinis
"Atau apa? Jangan mulai deh" seolah Rhey paham arah pembicaraan Cherry
"Atau bisa ajak Bu Anneth kesini dan bisa berduaan" jawab Cherry sambil manyun mengingat saat Cherry mendapati Rhey mengantar Anneth pulang ke rumahnya
"Sayang...udah dunk, aku kan udah minta maaf dan janji ga bakal ngulangin lagi. Tapi itu aku emang benar2 terpaksa karena orang2, kan ga semua pegawai di sekolah tau kalo kita udah nikah apalagi kalo kamu lagi hamil"
"Au ah...pokoknya nanti sore aku harus Kakak anterin titik, awas aja kalo ampe Kak Rhey ga bisa anter, aku naik taksi aja!"
"Iya iya sayang, jangan naik taksi dunk. Pokoknya nanti tunggu kabar dari Kakak. Okey Kak Rhey berangkat dulu ya, Papah kerja dulu ya sayang, bilang ke mamah jangan marah2 terus, muach" Rhey berpamitan kepada Cherry dan calon bayinya untuk bekerja, Cherry yang masih manyun tetap menerima kecupan dari Rhey.

Selepas kepergian Rhey, Cherry bersantai di sofa sambil menonton TV. Lalu HP nya berbunyi, ternyata ada panggilan video dari Sisca.
Sisca sudah berada di London dan sebelum pergi kesana dia dan Ewing sudah menikah secara sederhana karena tidak sempat untuk menyiapkan acara besar, tapi menurut Cherry acara pernikahannya sudah cukup meriah, walaupun hanya dihadiri oleh orang terdekat saja.

"Oooiiikkkk" jawab Cherry saat dia mengangkat sambungan video callnya
"Bestiiiiiii.....hiks" Sisca terlihat terisak
"Kenape loe, telpon nangis2"
"Cherr gua kenapa sih, stress banget, males mau ngapa2in, ga ketemu Ewing bentaran doank rasanya udah pengen samperin aja, cengeng banget gua"
"Kalo kata orang tua itu bawaan bayi, ato kalo secara medis itu efek hormonnya bumil"
"Gaya banget loe, mentang2 bumil senior"
"Yee...dibilangin"
"Gua mesti gimana? Sekarang gua rasanya sange banget, pengen di goyang ama Ewing"
"Loe tuh ya, pengen gituan ama laki loe, ngapain loe telpon gua, telpon laki loe sana"
"Dia lagi ada kelas pagi, dan sekarang jadwal dia presentasi. Ga mungkin lah gua ganggu, bisa ngancurin masa depan gua juga nanti"
"Ya udah coli aja sana loe, tapi jangan sambil telponan sama gua, enak aje loe"
"Huft...eh eh...si Ewing udah selesai nih kelasnya, ya udah gua mau coli dulu sambil telponan ma laki gua, BYE"

"Dasar hyper, kok bisa gua punya temen macem Sisca" gumam Cherry sendiri, saat Cherry hendak mengambil minum dia merasa perutnya sedikit tegang dan sakit
"Akh...ssshhh...kenapa sayang? Masa udah mau keluar? Tunggu Papah pulang dulu ya, hhuufftt..." Cherry mengatur posisi duduk dan nafasnya, sambil memegang perut bagian bawahnya sambil mengelusnya lembut
"Huuufffttt.....sabar ya hhuufftt...."

----------------

Di sekolah, Rhey berkegiatan seperti biasanya. Dia meminta ijin kepada kepala sekolah agar tidak dilibatkan pada kegiatan penerimaan siswa baru, tapi dia berusaha membantu apapun itu yang bisa dia bantu, karena dia merasa tidak enak sendiri sebagai pegawai baru tapi dia sudah terlalu banyak permintaan semenjak kedapatan bahwa Cherry hamil. Untungnya kepala sekolah bisa memakluminya dan hanya beberapa kolega saja yang mengetahui status Rhey saat ini.
Sedangkan kolega lain yang tidak tahu selalu menjodoh-jodohkan Rhey dengan Anneth, yang sudah banyak orang tahu kalau dia menaruh hati kepada Rhey. Meskipun Rhey sudah menanggapinya dengan cuek, namun orang-orang malah menganggapnya sebagai jual mahal atau jaim saja.
Rhey yang enggan menjelaskan statusnya itu juga masa bodoh dengan orang-orang itu, yang penting dia tidak memberikan harapan saja dia anggap sudah cukup, tidak perlu harus memberikan penjelasan panjang lebar.
Rhey berada di meja kerjanya sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh bagian kesiswaan, karena Rhey juga memiliki kemampuan komputer yang mumpuni, jadi dia sering dimintai tolong oleh beberapa guru senior. Saat Rhey konsentrasi dengan pekerjaannya, tiba-tiba Anneth menghampirinya
"Ehem...anu Pak Rhey"
"Ah...iya bu, ada apa? Ada yang bisa saya bantu?"
"Oh...enggak Pak Rhey, apa Pak Rhey tidak makan siang?"
"Oh...sudah jam makan siang ya?"
"Iya, apa Pak Rhey mau gabung?"
"Terima kasih Bu, saya masih harus menyelesaikan ini dulu, tanggung tinggal sedikit, biar saya hari ini bisa pulang tepat waktu. Saya makan roti ini saja"
"Gitu ya, baiklah kalo begitu, kita makan siang dulu ya"
"Baik"
Anneth berlalu dengan sedikit kecewa, dan terdengar sedikit bisik-bisik dari kolega lain yang bersamanya
"Semangat Bu, coba lagi nanti"
Rhey pura-pura tidak mendengar ucapan koleganya itu, toh itu juga tidak ditujukan kepadanya. Namun dalam hati Rhey juga merasa bersalah pada Cherry karena ada wanita lain yang berusaha menggodanya, lihat saja nanti kalau dia sudah bisa mengumumkan ke khalayak umum mengenai status pernikahannya ini. Tidak akan ada satu wanitapun yang boleh menggodanya.
Rhey melanjutkan kegiatannya sambil memakan bekal roti bakar yang dibuatkan Cherry tadi pagi. Setelah semuanya beres, segera dia menyerahkannya ke bagian kesiswaan dan pamit pulang lebih dulu, karena hari juga hampir sore jadi dia harus segera pulang.

---------------

"Sayang......suamimu pulang..." Rhey memasuki rumah dengan heboh mengharapkan sambutan dari istrinya, namun ternyata tidak ada tanda-tanda. Dia mencari keberadaan Cherry dimana, dan ternyata dia ada di kamar sedang berbaring dengan perutnya yang dibiarkan terlihat, sepertinya sedang dirawat, karena Rhey melihat ada masker diatasnya. Semenjak perutnya semakin membesar, Cherry semakin rajin merawatnya -agar tidak kendor dan banyak strechmarknya nanti- begitu katanya. Tapi anehnya saat Rhey melihat raut wajah Cherry yang merengut seperti menahan sakit, melihat itu Rhey langsung menghampiri dan mengusap rambut Cherry lembut.
Merasa ada yang memegang kepalanya, Cherry terbangun
"Kakak udah pulang, eennggmm...." sambil sedikit meregangkan tubuhnya
"Iya barusan aja, kamu kenapa? Ada yang sakit? Kok merengut gitu boboknya?" Tanya Rhey khawatir
"He em...ini tadi dekbay nendang nya keras banget, kayak udah mau keluar, sakit banget perut sama pinggul aku" cerita Cherry sambil sedikit merengek dan memeluk Rhey yang duduk di samping ranjang
"Ough....cup cup...masa dekbay nya udah mau keluar, katanya masih bulan depan?"
"Gak tau hiks..."
"Sekarang masih sakit?"
"Udah engga"
"Terus kenapa masih nangis?"
"Laper"
"Astaga sayang...kamu bikin aku takut aja. Ayo kita beli makan, sekalian kita periksa ke dokter"
Cherry lalu membersihkan dirinya dan berganti pakaian, lalu mereka keluar untuk membeli makan sekalian ke dokter. Sebelumnya Rhey sudah mendaftar saat Cherry mandi, sekalian menelfon nenek Cherry kalau mereka tidak jadi kesana hari ini karena Cherry harus ke dokter, Rhey menjelaskannya dengan seksama agar nenek dan kakeknya tidak khawatir.
Mereka makan ditempat biasanya, lalu pergi ke rumah sakit untuk periksa apa yang sebenarnya dialami oleh Cherry tadi.

-----------

"Sepertinya ibu sudah mulai mengalami kontraksi2 palsu, tapi tidak perlu khawatir selama kontraksinya hanya berlangsung sesekali saja. Kalau sudah sering itu baru sudah mendekati kelahiran"
"Jadi kemungkinan anak saya lahir dalam waktu dekat ini dok?"
"Bisa jadi seperti itu pak, karena dari yang saya lihat ini posisi bayinya juga sudah ada di jalan lahirnya"
"Sudah harus di rumah sakit ya dok?"
"Tidak perlu pak, karena ini masih kontraksi palsu, dan ibu belum ada pembukaan, jadi masih belum perlu"

----------

My Little Wife (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang