0.1

25.6K 1.2K 13
                                    

Seorang pemuda tampak berjalan santai pada koridor sekolah dengan rambut acak acakan serta seragam yang sudah tak karuan tampilannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 sudah melewati batas terakhir siswa untuk datang ke sekolah, tetapi bukan Rifky kalau datang tidak terlambat.

Ya, namanya Rifky Cakrawala. Siswa kelas 11 IPA 3 yang terkenal dengan kebandelannya. Semua pelanggaran sudah Rifky langgar dari yang terkecil sampai yang terbesar sekalipun.

Rifky berhenti di depan kelasnya, guru sudah masuk dan sedang menjelaskan materi hari ini. Namun dengan tidak sopan ya Rifky malah nyelonong masuk dengan muka tak bersalah.

"RIFKY TELAT LAGI KAMU?!" tegur Bu Rere, guru Kimia yang sudah setiap hari melihat wajah tengil itu terlambat memasuki kelas.

"Ya, menurut Bu Rere gimana?" tanya Rifky balik yang masih berdiri di tak jauh dari pintu.

"Pergi kamu ke ruang OSIS sekarang!!"

Rifky mendecak. "Mau ngapain si ke ruang OSIS mulu?! Suruh nyapu? Ngepel? Apa ngelap kaca?"

"RIFKY!!"

"Iye elah Bu... Marah marah mulu, cepet tua aja" Rifky pun melempar tasnya ke arah bangku paling pojok dekat dinding dan sialnya tepat sasaran. Memutar balik lalu keluar kelas tanpa mengucapkan salam.

Bu Rere menghela nafasnya. "Astaga anak itu... Bisa darah tinggi aku ketemu dia terus"

Brak!

Siswa yang sedang duduk di kursi OSIS pun terjengit kaget saat Rifky tiba tiba masuk dan langsung membanting tubuhnya di sofa.

Siswa itu bernama Farel, Farel Angkasa. Ketua OSIS SMA Garuda yang dikenal sangat dingin dan cuek.

Namun siapa sangka, dibalik sifatnya yang seperti itu. Ia dan Rifky memiliki hubungan special.

"Kenapa? Telat lagi?" tanya Farel datar.

Rifky mendecak. "Kalo ga telat juga gua bakal ada disini!"

Farel tak menanggapi. Ia kembali fokus pada sebuah map yang Rifky tak tahu isinya apa.

Sebenarnya hubungan mereka sudah cukup lama, dari pertengahan kelas 10. Namun tak ada seorang pun yang mengetahuinya, termasuk orang tua Farel maupun Rifky.

"Ck! Makanya lu kalo berangkat sekolah jemput gua kek, udah tau gua siang bangunnya" ucap Rifky.

"Siapa suruh?"

"Ngeselin!" Rifky pun meluruskan kakinya di sofa tanpa membuka sepatu. Dan itu sukses membuat Farel menghampiri laki laki itu.

Plak!

"K*nt*l!!!" umpat Rifky kaget saat Farel menggebuk kedua kakinya.

"Lepas sepatunya!"

"Yaudah si... Santai gausah mukul bisa kan?" ucap Rifky yang akhirnya melepas sepatu yang ia kenakan.

Setelah itu ia kembali berbaring, sebelum benar benar ia menutup matanya. Tiba tiba Farel ikut tiduran di sebelahnya.

"Ish! Apa si Rel?! Sempit goblok, minggir ah lu" usir Rifky sambil mendorong Farel. Bagaimana tidak, mereka berdua berbaring di 1 sofa yang tak terlalu besar itu. Mana muat?! batin Rifky.

"Kalo gua gamau?" tanya Farel. "Lagian ini bukan punya nenek lu, jadi gua bebas dong mau tidur dimana aja"

Rifky menghela nafas. "Rel... Ayolah gua ngantuk, lu bisa tidur dimana kek. Di sofa yang itu juga bisa, udh minggir sana"

Farel tak bergeming. Seakan akan ucapan Rifky hanya angin lalu.

"Udah lah, kalo gamau pindah yowes gua aja yang pindah" akhirnya Rifky memutuskan untuk pindah daripada ga bisa tidur. Tapi saat Rifky ingin duduk, Farel menahan badannya hingga ia tak bisa bangun.

"Jangan pindah"

"Ck... Rel, apaan si lu?! Minggir ah monyet, gua mau tidurrr" Rifky mencoba menjauhkan tangan Farel dari perutnya tetapi nihil tenaga cowok itu lebih kuat darinya.

"Farel ih!! Minggir bangsat!! Ihhh kalo ga minggir juga gua-"

"Gua apa? Hm?"

Ucapan Rifky terputus saat suara deep Farel tepat berada di kuping membuat bulu kuduknya merinding.

"Gua apa? Kok ga dilanjutin?"

Rifky menelan ludah. Kenapa jadi serem gini si? Kan gua cuma mau tidur nyenyak..

Tiba tiba tangan Farel mulai masuk ke dalam perutnya melalui kancing seragam yang terbuka membuat Rifky sontak kaget.

"Rel jangan ih, geli goblok" ujar Rifky, tangannya menahan tangan Farel yang sedang bergerak menuju dadanya.

"Ky.. bentar doang ya? Gua ga bisa tidur"

Rifky terdiam mendengar jawaban itu. Akhirnya ia melepas tangannya membiarkan tangan Farel mulai menyentuh dadanya.

Tak hanya itu tangan Farel yang satunya lagi ia gunakan untuk menarik kepala Rifky menempel pada tengkuknya.

"Tidurnya gini aja ya, gapapa kan?" tanya Farel.

Rifky mengangguk, walau sebentar ia keberatan harus tidur di 1 sofa tapi ia lebih kasian melihat Farel.

Farel mulai menciumi rambutnya, dan mulai merasakan lembutnya aroma vanila dari rambut Rifky yang sedikit berwarna biru itu.

"Ky... Jangan tinggalin gua ya"






Farifky [[BoyxBoy]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang