18. NASEHAT

808 81 1
                                        

"Sekeras apapun batu, kalau ditetesi air terus-menerus mungkin akan melemah dan pecah."

- Author -

Setelah beberapa hari kemudian, syukurlah Rayyan berhasil bangun dari siumannya. Samar-samar Rayyan melihat sang Umi.

"Umi ..." rintih Rayyan dengan suara pelan dan coba memegang tangan Umi Safi.

Umi Safi yang sadar akan siuman putranya, langsung mengambil tangan Rayyan dan menggenggamnya.

"Alhamdulillah kamu sudah sadar, Rayyan!" ucap syukur dan senyuman lebar berkilauan.

"Umi sendirian? Abah mana, kok nggak kelihatan?" Rayyan meneliti segala sudut tapi tak mendapati keberadaan abahnya.

"Abah lagi pergi ke kantin rumah sakit," jawab Umi Safi tersenyum.

"Madina, di mana Umi?" lanjut tanya Rayyan.

Semula seulas senyum lebar yang berkembang di wajah Umi Safi, berubah menjadi wajah yang kusut seperti kertas kusut.

"Nggak tahu."

"Sudah deh Rayyan, Umi mohon kamu jauhi Madina mulai besok!" tekan Umi Safi menatap wajah Putranya dengan sangat tajam.

"Kenapa, Umi ?" tanya Rayyan pilu.

"Madina itu gadis, pembawa sial! Masa kamu, nggak sadar?" lanjut Umi Safi.

"Kata siapa?" timpal Rayyan secepatnya.

"Kamu tahu gadis yang bertamu ke rumah lima hari yang lalu, kan? Ternyata, dia teman sekelasnya Madina. Dia pernah cerita ke umi, katanya dia gagal beberapa kali dalam nikah, penyebabnya karena Madina adalah gadis pembawa sial!" Umi menekankan nadanya dan penuh amarah.

"Astagfirullah, Umi ..."

"Nggak boleh, gitu!"

"Kalau misal Kia dikatakan oleh orang seperti itu, Umi juga nggak terima kan? Maka dari itu, Umi juga nggak boleh gitu, itu dosa."

"Pokok nya, Umi nggak setuju kalian sampai menikah! Hubungan kalian, sampai sini saja!" bentak Umi.

"Rayyan nggak mau, Umi ...!" rintih Rayyan memaksa.

"Sudahlah, lupakan dia! Kamu akan umi jodohkan," ucap Umi Safi lalu pergi meninggalkan Rayyan sendiri dan berujung bertemu Abah Rayyan dan adeknya.

Brakk !

Terdengar dentuman pintu yang lumayan keras.

"Astagfirullah!" Abah Arya dan Kia yang semula duduk menjadi terpental dari sofa dan mereka mencoba mendekati Umi Safi.

"Umi, kenapa marah?" tanya Kia melihat wajah Umi Safi yang telah kusut.

"Ada apa, Umi?" tanya Abah Arya dengan lembut mencoba menenangkan Istrinya dengan memeluknya dan mengelus kepalanya.

"Rayyan, Abah ... Rayyan susah dikasih tahu!" curhat Umi Safi dalam pelukan Abah Arya.

"Memangnya, ada apa?" tanya Arya yang masih memeluk Istrinya.

"Umi bilang, jangan dekati Madina lagi. Kalau tidak, Rayyan bisa kena sial olehnya!" Umi Safi sangat kesal.

"Astagfirullah."

"Umi, kenapa bilang begitu?"

"Kamu nggak tahu, kalau abang kamu bisa koma sampai dioperasi itu karena Madina?" tanya Umi dengan menekankan nadanya.

"Astagfirullah Umi, Abang Rayyan itu niatnya baik mau menolong Madina dari mobil itu, kan? Mungkin ini semua, sudah takdir."

"Andai saja Rayyan tak menolong gadis itu, pasti Rayyan saat ini masih sehat!" bentak Umi Safi langsung lolos air matanya.

"Umi sayang ... nggak boleh gitu, ya? Umi harus ingat, ini semua sudah takdir yang digariskan sama Allah. Umi harus ikhlas dan nggak boleh menganggap kalau Madina itu gadis pembawa sial."

Arya menasehati Istirnya dengan sangat lembut dan romantis sampai Kia iri melihat adegan romantis itu.

***

Disisi lain, ada gadis remaja yang masih ulet dengan air mata, bantal dan gulingnya. Dari tadi gadis itu masih saja belum berhenti menangis, semenjak peristiwa Rayyan tertabrak mobil.

Entah mengapa, gadis itu mengurung dirinya. Dia sedih berlarut-larut, sampai tak mau makan. Sementara Lia, sangat khawatir bagaimana jika penyakit magh anaknya itu kambuh?

Hamdan dan Lia mencari akal agar putrinya mau makan, mereka mencoba menelfon Syifa agar mengajak Madina keluar refreshing sekaligus mampir di restauran.

Sampailah Syifa di rumah Madina, benar saja Madina mau setelah dipaksa oleh sahabatnya.
Mereka pergi berdua ke mall, untuk menyegarkan pikiran dan hati Madina.

"Masya Allah, adem banget ac-nya!" celetuk Syifa kegirangan seperti bocah saat terkena udara sejuk dari AC sedangkan, Madina hanya diam tak hiraukan sahabatnya.

"Buset dah, kalau rumah aku ac-nya seperti ini pasti mantap! Eitss ... aku kan, bisa tidur di rumah bestie aku Madina! Iya nggak, Madina?"

Syifa celoteh panjang kali lebar kali tinggi, tapi apa balasan dari Madina? Dia hanya membalasnya, dengan mulut yang rapat alias diam.

"Aduhh ... kamu kenapa sih, dari tadi diam?!" kini Syifa mulai sebal dengan sikap Madina yang belum ceria.

"Oy, semangat lah!" Syifa berusaha menepuk pundak dan mencubit pipi sahabatnya agar lolos dari lamunan setan.

"Astagfirullah!" Madina tersentak.

"Gitu dong, jangan ngelamun terus, sedih pula! Gitu aja kerjaannya, bosen deh!"

"Maaf Syif, mau bagaimana lagi Umi Safi nggak setuju dengan pernikahan aku dan Mas Rayyan."

"Kamu haru sabar Madina, terus saja berdo'a. Kalau kalian sudah jodoh, sebanyak apapun orang yang nggak suka dengan hubungan kalian, pasti mereka gagal meski rencana jahatnya sudah disusun begitu rapi."

"Kamu belum makan, kan?" tanya Syifa yang langsung dibalas gelengan kepala Madina.

" Yasudah, ayo kita makan sushi!" ajak Syifa dengan semangat juang dan langsung menarik tangan Madina pergi ke restauran Sushi di dalam mall itu.

---

Hallo, kesayangan aku ...✨
Bantuin ramein, yuk ! ❤️

Jangan ninggalin jejak tanpa :

VOTE, COMENT DAN FOLLOW. Nanti jatuhnya kayak ditinggalin pas LAGI SAYANG-SAYANGNYA sedih bukan? 🥺

Cerita ini, berkonflik ringan ya!

Jadi maaf, kalau kalian kurang suka sama konfliknya yang ringan 😔

No copy paste ya, kesayanganku .

Tahu hukumnya, kan? Nanti kena UUD sama denda loh🔥
Cobalah, berpikir dan bertanggung jawab ya! 😊

Sekian dan terima gaji, eh salah maksudnya terima kasih 🤍🙈


Bunda Untuk Syafa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang