02. MASIH DUKA

1.5K 151 164
                                    

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik."

(QS. Al Hujurat: 11).

 Al Hujurat: 11)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Langit pagi ini, berani menyingsing sang surya. Alam semesta, seakan tersenyum lebar.

Sungguh langit hari ini berbeda, memunculkan warna yang tak biasa.
Cahaya surya mampu menembus, jendela kamar gadis cantik. Gadis itu berdiri di depan cermin, seraya menyelipkan jarum pentul di kedua sisi kain kerudungnya.

Satu minggu berselang, harusnya Madina kembali ceria dan melaksanakan resep usai akad nikahnya.

Dia baru hari ini mau pergi berangkat ke kampus, sedari lima hari yang lalu dia tidak berangkat sama sekali.

Sebab, setelah pemakaman Fauzi gadis yang bernama Madina masih sedih tak mau makan dan akhirnya jatuh sakit. Madina menyiksa dirinya sendiri, kan? Mungkin benar, seharusnya dia bisa ikhlas.

Gadis itu menghela nafas, melangkahkan kaki keluar kamar.
Madina menuruni anak tangga satu persatu dengan kecepatan yang relatif cepat dan langsung menuju meja makan di mana Papa dan Mamanya menunggunya tuk menyantap sarapan.

"Assalamu'alaikum, pagi semuaaa ...!" sapa Madina dengan penuh semangat. Ternyata betul apa yang pernah diucapkan oleh orang tuanya ini sudah menjadi takdir dari Allah untuknya.

Orang tua Madina serempak menjawab salamnya dan tersenyum lebar. Orang tua Madina sangat senang ketika melihat, putri tunggalnya telah usai dalam pilu dan tidak berlarut-larut.

"Alhamdulillah ... putri papa dan mama sudah sembuh dan kembali tersenyum," ucap Hamdan dan Lia lega dan bersyukur.

"Alhamdulillah ... betul apa yang diucapkan papa sama mama," balas Madina langsung memberi pelukan kepada kedua orang tuanya.

Kini keluarga hangat itu sarapan dengan tenang. Usai sarapan, Madina membantu Lia mencuci piring dan membersihkan dapur.
Sembari menunggu sang papa bersiap-siap.

"Mama, Madina masih sedih ..."

"Madina ... Madina nggak boleh gitu, itu semua takdir Allah ..." nasehat Lia agar Madina tenang.

"Mas Fauzi meninggal bukan karena Madina kan, Ma? tanya Madina dengan mata yang telah berbinar-binar.

"Bukan, Madina nggak boleh merasa kalau kematian Fauzi itu penyebabnya Madina. Madina harus ingat mati tidak akan bisa dihindari kalau sudah waktunya," jelas Lia secara rinci dan beri pelukan hangat pada sang anak.

Madina berucap terima kasih dan menemui sang papa yang menenung menantinya di teras rumah, seraya menenteng tas kantor. Madina berpamitan pada sang mama dan mobil Madina telah melaju.

Sejenak menghilir di kampus, Madina minta izin pada papa dengan mencium punggung tangannya. Madina berangsur-angsur melangkah, mengarah kelasnya seraya merunduk.
Sampai depan kelas, Madina terdiam sejenak untuk menghela napas. Lalu , masuk dengan berangsur-angsur " Assalamu'alaikum," salamnya, otomatis semua mata tertuju padanya.

"Wa'alaikumussalam, Madina ...!" teriak gadis berkerudung coklat berpakaian syar'i tanpa berpikir panjang datang dan memeluk Madina dengan erat.

Madina tersenyum.

"Sudah, ayo duduk ..." selepas itu, menggugurkan pelukan mereka dan menuju ke bangku mereka.

Gadis tadi bernama Syifa atau lebih tepatnya Ajwa Asyifa Almahira . Dia sangat dekat bahkan telah menjadi sahabat Madina sejak menempuh perguruan tinggi. Syifa salah satu orang, yang tidak canggung dekat dengan Madina.
Dia sama seperti Madina, memakai kerudung, memakai pakaian syar'i, berbadan mungil, berparas cantik,dan berhati baik.

" Madina, aku dengar suami kamu meninggal sesaat setelah kalian akad ya? Kok bisa?! Kamu sih, pakai acara nikah di usia muda!" celetuk seorang mahasiswi berambut lebat dan terurai dibelakang sana yang langsung membuat Madina menghela napas, sudah terduga pasti hal ini akan terjadi.

Berita tentang suaminya meninggal dunia sesaat setelah akad, telah terdengar di telinga bahkan sampai ke teman-temannya.

"Eh iya, benar apa kata kamu! Aku dengar dari teman mamaku, suami Madina meninggal soalnya kena serangan jantung tiba-tiba dan banyak yang menduga kalau Madina penyebab dari semua itu!" sambar salah satu mahasiswi yang memakai kemeja di depannya seolah-olah bersemangat.

"Heh ! Kalian kalau ngomong, jangan asal nyangkem ! " balas Syifa dengan nyolot jawanya dan bibirnya telah maju. Syifa harus membela sahabatnya, tatkala di bully.

Syifa? Gak usah kaget kalau Syifa gitu, sebab dia memang anak gadis namun, kelakuan dia lumayan kayak anak cowok. Tapi tetap baik kok, kalau emosi aja keluar tuh omongan yang kasar.

"Loh kok jadi kamu yang nyolot, sih?! Oh iya, mereka-kan sama-sama tukang ceramah gaess ..." terlihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi tertawa. Namun,ada juga yang tak peduli dengan kondisi sekitar.

"Cangkem mu, gak isok dijogo yo ...! Ngejak geger, arek iki ! Ayo maju sitok-sitok raimu !" Syifa makin nge gas tangannya sudah dikepalkan, sebelum kelasnya kayak pasar sebab aksi Syifa.

Madina langsung menggenggam pergelangan tangannya agar mereda emosi dan tidak hiraukan ejekan temannya.

"Sudah ... kamu gak akan ada habisnya, kalau musuhnya orang kayak dia!" tegas Madina.

Madina hanya akrab dengan beberapa orang di kelas,bukan karena sifat Madina yang tak karuan. Namun,mereka saja banyak yang menjauhi Madina,entah apa alasannya. Mungkin,Madina dan Syifa memakai pakaian syar'i ,hingga dianggap tak gaul. Satu-satunya orang yang sangat dekat dengan Madina hanya Syifa sahabatnya.

"Eh, Madina ! Aku turut berduka cita, ya!" ucap Andita, gadis berkerudung pashmina itu dengan memegang pundak Madina.

Madina tersenyum simpul dan mengangguk berterima kasih.

"Madina, kenapa sih kamu mau nikah muda?" tanya Kiara mahasiswi berambut lebat dan terurai berucap membuat hati Madina pilu.

Madina menoleh ke arah gadis itu dan tersenyum simpul.

"Agar terjaga dan menjauhkan diri dari maksiat," jawabnya.

"Ribet ah, kamu ! Palingan kalian menikah itu, soalnya habis mesum di hotel!" saut Kiara memfitnah Madina.

"Astagfirullah ... jaga omongan kamu, Kiara ! Kamu jangan fitnah ! " kini Madina tak tinggal diam dan langsung membantah kalimat Kiara yang tak benar.

Sementara gadis yang merupakan sahabatnya, sangat tidak terima dengan perkataan Kiara.

"Ancen congor mu, njalok tak cungkil gae obeng!" nyolot Syifa dengan mata melotot, lagi dan lagi Madina mencoba menahan Syifa, tak lama kemudian kelas dimulai.

---

----

Hallo, kesayangan aku ...✨
Bantuin ramein, yuk ! ❤️

Jangan ninggalin jejak tanpa :

VOTE, COMENT DAN FOLLOW. Nanti jatuhnya kayak ditinggalin pas LAGI SAYANG-SAYANGNYA sedih bukan? 🥺

Cerita ini, berkonflik ringan ya!

Jadi maaf, kalau kalian kurang suka sama konfliknya yang ringan 😔

No copy paste ya, kesayanganku .

Tahu hukumnya, kan? Nanti kena UUD sama denda loh🔥
Cobalah, berpikir dan bertanggung jawab ya! 😊

Sekian dan terima gaji, eh salah maksudnya terima kasih 🤍🙈








Bunda Untuk Syafa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang