HAPPY READINGG
------------
Sesering mungkin,Kris berusaha untuk bersyukur disetiap detiknya untuk kehadiran si kembar tarandra menjadi putranya. Putra yang sekarang bertugas menjadi selayaknya ibu dalam keluarga zayaksa ini begitu berperan besar untuk seluruh keluarga. Sosok tarandra yang begitu lugu dimata keluarganya membuat tarandra begitu dijaga layaknya anak kecil polos yang takut terjamah. Tarandra juga sosok yang lemah lembut dan sabar dalam mengurus saudara-saudaranya, daripada pada askara si sulung, kris lebih percaya pada tarandra dalam hal mengurusi segala urusan. Dalam rumah tangga maupun dalam merawat saudaranya.
Tarandra itu, dulu, saat masih kecil, pernah di diagnosis memiliki gangguan pernafasan, sempat henti jantung karena kehabisan oksigen, sekitar berumur 7 tahun saat itu. Tarandra itu sama saja dengan sosok bunda, yang meninggal 7 tahun lalu karena gangguan asma. Untungnya, tarandra bisa sembuh, meski sampai saat ini masih harus dijauhkan dari lelah berlebih dan kerumunan orang banyak yang dapat menimbulkan kurangnya oksigen. Ya meski namanya tarandra, kembaran askara, tingkah laku sel darah merahnya juga tak jauh berbeda.
Kadang, tarandra juga merasa tak enak pada askara, sulung itu sering sekali tak mendapat bagian untuk menjadi tempat cerita bagi adik-adiknya. Adik-adiknya lebih sering meminta solusi padanya, tak jarang, tarandra selalu berusaha melibatkan askara di dalamnya. Kebiasaan 'keputusan itu, harus atas ijin yang paling tua. Mamas disini juga sebagai adik, jadi, kita juga harus minta keputusan dari abang aska. Harus dihormati juga, nggak enak dong kalau cuma mamas.' selalu tarandra terapkan pada adik-adiknya hingga kini jadi kebiasaan.
Perihal cerita adik-adiknya yang beraneka ragam, tarandra pernah melalui semuanya. Dari si bungsu yang dulu selalu di panggil BK karena terlibat perkelahian atau tawuran membuat tarandra harus hadir sebagai wali, selalu mengingat bekal kedua adiknya terutama si bungsu yang selalu pelupa dan terburu-buru-- terkadang askara juga sama seperti hugo,juga bagaimana tarandra yang selama ini menemani pelik sang ayah dalam sendirinya.
Bercerita perihal mengapa kini askara semakin sering saja menghabiskan stok keripik di mbak sukma, tentang artha yang entah kenapa kini suka sekali ikut hugo bermain layangan di komplek sebelah, dan perihal si bungsu yang sudah menjadi guru ngaji bocah-bocah komplek selama beberapa minggu terakhir ini, dan sudah berulang kali juga tara maupun aska memergoki hugo yang dinasehati mentari karena sering bertengkar adu mulut dengan anak kecil yang hugo ajari-- hanya karena pelafalan huruf hijaiyah yang beda pemahaman antara hugo dan si anak, membuat hugo emosi rupanya. Dan itu sering sekali. Kata mentari, 'kalau udah kayak gitu kak, mentari ngelihat hugo sama si anak jadi nggak ada bedanya. Kalau adu mulut sama-sama kelihatan bocahnya. Mentari mau marah tapi hugo nya lucu juga kalau ngomel-ngomel.' Artha menjadi pendengar mentari selepas habis maghrib saat itu.
"Kak? Eh, belum tidur?"
Tarandra memasuki kamar si tengah, sekitar ruangan sudah gelap, hanya tersisa lampu belajar diujung meja yang artha tempati. Artha menoleh, "eh, mas ganggu gak?" tarandra tau artha tidak bisa diganggu saat belajar, jadi dia bertanya.
Artha menggeleng dalam diam, "kenapa, mas?"
Tarandra melirik jam di dinding, "udah jam 11 malem kak, belum mau tidur?" tarandra berdiri di samping artha, melihat banyak coretan angka diatas kertas yang berserak di meja depan artha. Artha menggeleng, "nggak ngantuk."
"Kamu udah dari seminggu yang lalu kayak gini, istirahat dulu lah."
"Belum mau tidur mas, matanya nggak mau dibuat merem." jelas artha, tarandra terkikik, "Algoritma nya kebawa mimpi ya?" dan artha tertawa kecil. Artha sedikit meregangkan tubuhnya, melenguh kecil merasa pegal, jujur saja, matanya juga sudah lumayan perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐚𝐬𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐛𝐚𝐡
أدب المراهقينTentang lika liku kehidupan ayah duda dan ke-empat kurcaci laki-lakinya.