HAPPY READING
DON'T BE SILENT READERS☠️
😄
----------------
Membahas perihal bagaimana zayaksa bersaudara di setiap harinya, sepertinya lumayan membosankan. Tidak jauh dari remaja pada umumnya, ke-empat zayaksa bersaudara ini juga pasti setiap hari nya tidak jauh-jauh dari yang namanya tugas. Hanya saja, cara mereka menangani tugas yang didapat dengan cara berbeda-beda, si sulung yang suka sekali melembur tugas ditemani suara musik keras yang banyak berasal dari genre reggae, si mas tara yang termasuk jajaran orang nugas pada umumnya, tidak terlalu sepi tapi juga bisa jika diselingi bicara. Kalau si tengah, lebih suka sepi dan benar-benar hening, pernah, bukan sekali dua kali ia harus dilanda frustasi karena kerisuhan askara dengan musiknya, juga ributnya hugo dan askara yang sering kali membuat artha melempar sendal ke keduanya hingga terdiam. Pernah juga artha harus rela mengerjakan tugasnya saat shubuh datang, dimana suara ribut apapun dari saudara-saudaranya tidak lagi hadir. sesunyi itu ia ingin.Jika si bungsu, bagaimana menjelaskan nya. Alih-alih tugas, seluruh anggota keluarga sepertinya tak pernah melihat batang hidung hugo mengerjakan tugas atau memegang buku. Kerjaannya jika bukan main layangan, ya pasti main perang sarung di musollah. Karena tidak ada panggilan dari sekolah perihal itu, kris juga tidak pernah mempermasalahkan juga. Asal putra-putranya tau bagaimana menghargai jasa ayah untuk menyekolahkan pendidikan mereka.
Tapi di sore ini ada yang menarik, si bungsu kita alias hugo zayaksa entah kenapa terlibat pembahasan serius dengan si tengah artha yang bertempat di teras dengan ayah kris yang hanya duduk diam menyaksikan keduanya seraya menikmati kopi nya.
"Berarti, kemungkinan kehidupan makhluk di planet lain selain bumi itu, beneran ada, kak?"
Artha mengangguk,"iya."
"Mereka kegiatannya sama kayak kita gak sih? Jadi kepo." Hugo mengusak rambutnya. Artha mengernyit, "maksudnya?"
"Misal nih," Hugo membenarkan duduknya, menghadap artha sepenuhnya dengan tangan terbuka, "kalau di film-film alien kan ada pesawatnya, berarti disana ada bandara dong? Ada pramugari? Gue kepo, disana ada junk food gak sih, atau semacam dhrive thru gitu? Eh, seru gak sih kalau mereka jualan cilok disana. Kalau kita mau kesana ada devisa buat kesana nggak ya kak? Naik roket apa naik pesawat?"
Artha memandang datar adiknya ini, tak sanggup berkata-kata. "Naik buroq." jawabnya asal dengan kesal.
"Hah? Serius?", malah ditanggepin serius sama si bocah,"eh, iya juga kan, kesana kan jauh naik buroq'an kayaknya cepet." Kris tertawa mendengarnya.
"Heh, fikiranmu ituloh. Kok bisa kayak gitu."
Hugo menoleh, "hah?"
"Mana ada sih naik buroq buat nyebrang planet dekkk, buroq itu cuma ada di kisah Rasulullah, sekarang ya mana ada. Kalau mau ke planet lain ya pergi sana ke Amerika, ke NASA biar bisa terbang ke planet-planet."
"Nasa anaknya mang jujul?"
Artha mendengus, "NASA tuh badan penerbangan Amerika! Tugasnya buat program di luar angkasa sama antariksa! Bukan nasa anaknya mang jujul yang suka lu ajakin sambitan layangan, hugo."
Hugo mencengir, kemudian terdengar suara langkah dari arah gerbang. Diikuti kemunculan si sulung dengan kedua kresek besar di masing-masing tangannya, "Aska pulanggg."
"Habis beli apa, bang?" Hugo melirik isi dalam kresek.
"Belanjaan dapur,disuruh Tara."
"Haduhh capekkkk! Abah aska mohon pisan inimah, motornya jangan lama-lama atuh disitanyaaa." Askara merebahkan dirinya di dinginnya teras, meluruskan otot-ototnya yang serasa kaku sehabis berjalan jauh dari minimarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐚𝐬𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐛𝐚𝐡
Teen FictionTentang lika liku kehidupan ayah duda dan ke-empat kurcaci laki-lakinya.