KALUNG

219 54 3
                                    

Disaat dahyun membuka matanya, sana pun demikian. Wanita cantik dengan mata berwarna coklat itupun mulai mengerjabkan matanya secara perlahan.

3 hari ini sana koma dan akhirnya dia tersadar. Minho yang setia berada disamping sang anak pun langsung terbelalak. Tanpa mengulur-ngulur waktu dia langsung memeluk sana erat.

"Ya Tuhan, akhirnya kamu sadar nak!" syukur minho, ia pun segera menekan tombol merah di samping ranjang sana. Tombol yang berfungsi untuk meminta dokter datang ke ruangan ini.

Setelah melakukan pemeriksaan, sana dinyatakan sembuh tanpa kekurangan sesuatu apapun. Bahkan hari itu juga sana sudah diperbolehkan untuk pulang.

"Kita akan pulang kemana Yah? aku tidak mau kita kembali ke rumah," ucap sana lirih, masih terekam jelas di kepalanya peristiwa kejam yang terjadi di rumah itu. Pembunuhan semua pelayannya dan dahyun.

"Dahyunie bagaimana Yah? apa dia selamat?" tanya sana lagi, saat satu nama itu mulai dia ingat. Pria dewasa yang hidup sebatang kara. Bahkan enggan memiliki keluarga membuat sana begitu bersimpati, bahkan ingin memperlakukan dahyun bagian dari keluarganya.

Dan minho pun menceritakan semua yang terjadi selama sana koma. Dahyun memang selamat dari pembantaian yang terjadi di rumah mereka saat itu.

Namun setelahnya minho memberikan sebuah tugas untuk membunuh mark, seseorang yang menjadi dalang penyerangan keluarga mereka.

Mark berhasil mati, namun dahyun pun menghilang semenjak saat itu. Desas desus mengatakan jika dahyun pun tertembak, namun mayatnya tidak ditemukan.

Air mata sana jauh, dadanya sungguh terasa sesak. Namun enggan percaya jika dahyun sudah meninggal.

Sana yakin dahyun masih hidup disuatu tempat. Sebuah tempat aman yang digunakannya untuk pelarian.

Hari itu juga sana dan minho keluar dari rumah sakit. Mereka pun memutuskan untuk tinggal di rumah mereka yang lain.

Namun sebelum itu mereka lebih dulu pulang ke rumah lama mereka. Rumah yang sudah dikelilingi dengan garis polisi. Minho dan sana menuju ruang bawah tanah, membuka peti berisikan barang-barang peninggalan ibu sana dan membawa beberapa yang bagi mereka begitu penting.

Minho hanya mengambil satu dri banyaknya barang sang istri, hanya sebuah foto pernikahan mereka 25 tahun silam.

Sementara sana masih terus mencari sampai ia menemukan sebuah kotak yang menyerupai kotak perhiasan.

Sana membuka kotak itu dan melihat sebuah kalung perak dengan bandul berbentuk matahari. Melihat bandul matahari itu ingatan sana langsung tertuju pada dahyun, bukan pada sang ibu.

Teringat saat dahyun menggambar matahari di telapak tangannya sendiri sebagai tanda, sebagai kode bahwa dia adalah pelindung sana.

"Ayah, apa ini milik ibu?" tanya sana dan minho menganggukkan kepalanya.

"Kalung itu ada ditangan ibu saat ibu meninggal," jelas minho. Ia memang tidak pernah melihat sang istri menggunakan kalung itu, namun minho mengira jika itu adalah kalung baru yang istrinya beli. Ia tak berpikir jauh tentang kalung itu.

Kalung yang ternyata adalah milik dahyun

Dan sana memutuskan untuk mengambil kalung itu sebagai barang berharga milik sang ibu yang dia bawa.

Sana memakai kalung itu dan tidak akan ia lepas sampai kapanpun.

Setelahnya sana dan minho benar-benar meninggalkan rumah ini. Membuka lembaran baru di rumahnya yang lain. Dan sebanyak waktu berjalan, sana selalu berdoa agar dahyun suatu saat nanti menghampiri dirinya.

[END] Time PassageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang