SEPERTI ORANG BODOH

215 60 2
                                    

Masa lalu di kediaman keluarga minho.

Puas berkeliling dahyun menggantikan kedua rekannya untuk menjaga pintu kamar sana.

Sebentar lagi saatnya makan malam, saat sana dan minho makan malam kelak ia bisa beristirahat sejenak di dalam kamarnya.

Ingat kamar, dahyun mulai menyadari sesuatu jika kini ia tidak merasa mengantuk, lelah, lapar apa lagi haus.

Bahkan seingatnya, ia belum makan sekalipun.

"Apa aku ini tidak nyata?" gumam dahyun lalu mulai sibuk dengan pikirannya sendiri. ia sampai tidak sadar jika sana sudah membuka pintu dan berdiri persis di sebelah dirinya.

Bahkan sana pun mendengar ucapan dahyun barusan.

"Apa yang tidak nyata dahyun?" tanya sana dan berhasil membuat dahyun terkejut.

Dahyun lalu mengambil jarak agar tidak terlalu dekat dengan Nona muda nya ini.

"Bukan apa-apa Nona, Anda ingin turun? mari saya antar," ucap dahyun sekaligus menjawab pertanyaan sana

Tapi mendengar jawaban itu sana merasa tidak puas. Ia mendengar dengan jelas ucapan dahyun tadi. Namun ingin memaksa sana merasa tidak sopan. Akhirnya sana kembali melanjutkan langkah untuk turun ke lantai 1. Sementara dahyun langsung mengekori sana dari belakang.

"Apa kamu sudah menikah?" tanya sana lagi memecah keheningan yang ada diantara keduanya. Sana bertanya dengan kakinya yang terus melangkah, mulai mendekati anak tangga yang akan membawanya turun.

"Belum Nona," jawab dahyun singkat dan memang begitulah adanya. Menikah tidak ada di dalam kamus hidup dahyun yang ada di benaknya selama ini hanyalah ingin menghabiskan hidupnya sendiri. Menikmati kesendiriannya.

Bahkan apa itu cinta, dahyun tidak mengenalnya.

"Kenapa? harusnya saat ini kamu sudah memiliki anak-anak yang lucu-lucu, bayi-bayi mungil," tanya sana lagi dengan antusias, ia bahkan menoleh kebelakang melihat dahyun dengan senyumnya yang terkembang.

Hanya membayangkan wajah menggemaskan bayi sudah bisa membuat sana sebahagia ini.

Dan dahyun tidak menjawab apapun, lebih tepatnya ia tidak berniat untuk menanggapi.

"Apa kamu tidak ingin menikah?" tanya sana lagi dan lagi.

Membuat pertanyaan tentang menikah itu terekam jelas di ingatan dahyun

"Tidak Nona."

"Ha? tidak?" sana terkejut, ia bahkan menghentikan langkahnya dan berbalik menatap dahyun

Mendongakkan wajahnya karena saat ini dahyun berada di anak tangga atas, sementara ia berada di bawah.

Berhenti dan saling tatap di tengah-tengah itu.

"Dahyun tidak mau menikah? kenapa?"

"Kenapa Anda banyak sekali bertanya?" batin dahyun

Ditatapnya kedua netra sana yang berbinar, mata coklat itu begitu mengisyaratkan sebuah ketulusan. Bahkan hanya dengan menatap matanya dahyun bisa merasakan sebuah ketenangan.

Ternyata mata sana begitu berbahaya. Seperti sebuah hipnotis yang membuatnya membeku. Hanya diam dan menikmati kedua mata indah itu.

"Dahyun! kenapa anda tidak mau menikah?" tanya sana yang suaranya lebih tinggi karena dahyun malah melamun.

"Karena saya tidak ingin memiliki keluarga," jawab dahyun. Dia bahkan tidak sadar saat mengucapkan kata-kata itu. Sebuah jawaban yang spontan ia utarakan.

Trauma kehilangan seluruh anggota keluarganya membuat dahyun tidak ingin memiliki keluarga, tidak ingin memiliki seseorang yang berarti dalam hidupnya.

Namun jawaban dahyun itu, membuat sana kembali banyak bertanya.

Dan malam ini dipenuhi dengan banyaknya pertanyaan dari sana. Niat hati dahyun ingin beristirahat namun akhirnya urung. Karena akhirnya malam ini ia habiskan untuk menjawab semua pertanyaan nona mudanya. Lalu berakhir ia berdiri lagi di depan pintu gadis ini saat sang gadis masuk ke dalam kamarnya.

"Aku seperti orang bodoh." Batin dahyun




















Jangan lupa vote ya

[END] Time PassageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang