JATUH

222 51 1
                                    

Belum sempat kembali berucap terdengar suara tembakan bertubi di lantai bawah. Kemarahan suho ia luapkan pada seluruh tawanannya.

Ia menembak seperti seseorang yang sudah kerasukan setan, membabi buta bahkan menembaki semuanya secara berulang.

Semua para pelayan mati tak bersisa satupun. Hanya meninggalkan suara teriakan mereka saat meregang nyawa.

Sana yang dapat mendengar jerit pedih itu pun menutup mulutnya menggunakan kedua tangan. Sementara kedua netranya membola tak percaya.

Semua pelayan yang sudah ia anggap sebagai keluarga kini mati dengan begitu mengenaskan.

Sesaat pun sana seperti kehilangan kesadaran, merasa mimpi dengan apa yang terjadi hari ini. Kesadarannya kembali saat merasa pundaknya di guncang dengan begitu kuat. Dahyun meraih bahu sana dan membuatnya tersadar.

"Aku akan mengalihkan mereka, lalu setelahnya kamu yang akan menembak," ucap dahyun. Waktu mereka tak banyak sebelum suho kembali menyerang mereka harus segera bergerak.

"sana, berikan pistol itu pada Ayah," ucap minho, ia tak kuasa saat melihat sang anak memegang pistol itu dengan tangannya yang bergetar. Meski tak seahli sana, setidaknya ia bisa menggunakan senjata itu.

Dilihat oleh minho dan dahyun, sana yang menggelengkan kepalanya.

"Tidak Ayah, aku akan melakukannya," jawab sana meski dengan hatinya yang meragu. Gadis berhati lembut ini tak akan mampu melihat sang ayah turun tangan melawan para musuh.

"Kamu siap?" tanya dahyun dan sana mengangguk.

Dahyun lantas melepaskan genggamannya pada pundak sana dan  ingin melangkah namun tertahan oleh sana

"berjanji lah untuk tidak terluka dahyunie" ucap sana lirih menatap lekat dahyun

Deg.

Jantung dahyun berdebar kuat merasakan ketulusan dari sana, entah kenapa ada rasa nyaman saat sana mengkhawatirkan nya

Dahyun pun mengangguk kepala dan mengelus kepala sana lembut

"kau juga berhati-hati lah" ucap dahyun tersenyum hangat untuk pertama kalinya lalu mengambil langkah.

Berlari, menghindar, bersembunyi adalah keahlian dahyun.

Menggunakan kecepatan kakinya dahyun mulai menyerang. Suho dan 3 anak buahnya yang tersisa pun langsung membidiknya dengan banyak tembakan.

Hingga, Crash!!

Satu tembakan mengenai lengan dahyun menembus begitu saja dan tak mengenai tulang. Darah langsung mengalir dengan begitu deras.

Sana yang melihat itu pun membuat tangannya semakin bergetar tak karuan. Pistol itu nampak tak tenang berada di tangannya.

"sana, jika kamu tidak bergerak dahyun juga akan mati," ucap minho, membuat sana mau tak mau mulai mengambil pergerakan.

Dia berjongkok dan mengambil posisi siap seperti itu. Melihat dahyun yang terus memancing para musuh untuk mendekat dan sana yang akan menembak.

Dor!

Dor!

2 musuh berhasil sana tembak. Hanya bersisa satu lagi dan suho. Sementara dahyun terus menggenggam erat tangan kirinya, menahan perih yang begitu menyiksa di lengan.

"Dahyun!!" teriak sana. Saat melihat dahyun tak mengetahui jika musuh sudah berada di dekatnya.

Mendengar suara sana, anak buah suho pun langsung mengarahkan pistol ke tubuh wanita cantik itu.

Namun dengan cepat dahyun menendang kaki musuh hingga tumbang. Tembakan meleset dan sana balik bersembunyi.

"Bangsatt kau dahyun!" umpat bambam, anak buah suho yang tersisa.

Pertarungan pun terjadi, memperebutkan pistol bambam yang jatuh tak jauh dari mereka. Namun luka dahyun membuat pergerakannya terbatas, berulang kali pukulan bambam mengenai tubuhnya.

Sementara di ujung sana mulai membidik, namun sasarannya selalu berubah-ubah antara musuh dan dahyun

Sampai akhirnya sana pun tak menyadari jika suho sudah membidiknya dari kejauhan.

"wanita cantik yang malang, matilah dengan tenang," gumam suho dengan senyum smirk.

Lalu tanpa menunggu lama, ia segera mematik pistol di tangannya.

Dor!

Tembakan itu mengenai tepat di area bidikkannya.

"SANA!" pekik dahyun dan minho bersamaan.

Saat itu juga sana jatuh.
















Jangan lupa vote ya

[END] Time PassageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang