Pagi hari, Gracia tengah bersiap dengan seragam putih abu²nya, hari ini, ia harus terlihat ceria.Gracia menuruni anak tangga dan melihat ayahnya yang tengah sarapan, ia menghampiri ayahnya walau ada sedikit rasa takut.
"A-ayah"ucap Gracia
"Apa uang? Udah saya transfer, udah saya mau pergi"ucap Hendra berlalu pergi
"Hmm, padahal aku pen ngerasain sarapan bareng sama ayah"ucap Gracia
Setelah selesai sarapan, Gracia menuju halaman rumahnya, ia mulai mengendarai mobilnya, ya Gracia memang selalu menggunakan mobilnya, ayahnya yang membelikannya, ayahnya tak mau direpotkan oleh Gracia.
Tak lama, akhirnya Gracia sampai diparkiran sekolahnya, ia menghembuskan nafas sebelum menuju koridor sekolah.
Gracia jalan dikoridor kelas 11 dan hanya menaiki satu tangga lagi, namun langkahnya terhenti, karena ia melihat 3 cowo yang ia kenali, yaitu Gavin, Wiliam, Gilang.
"Hai Cia"ucap mereka bersamaan
"Em, hai"ucap Gracia berlalu pergi
Ia merasa risih akan 3 cowo itu, kenapa mereka menyukai dirinya, padahal kan dirinya tak secantik Elena, Aldara, dan Amanda, buat yang belum tau mereka siapa? Mereka adalah pembully, walaupun mereka cantik namun sikap mereka membuat 3 cowo populer itu ilfil.
Saat Gracia tengah berjalan dikoridor kelas 12, tangannya dicekal oleh seseorang, Gracia menoleh.
"Eh, Lo denger ya, Lo gausah Deket² sama 3 cowo itu"ucap Elena
"Iya, cewe kaya Lo ga pantes buat mereka, udah mah Lo jelek, cupu, ga punya temen lagi, kasian banget sih"ucap Amanda
"Lagian apa susahnya jauhin 3 cowo itu, sampai kapanpun, Lo ga bakal pantes buat mereka"ucap Aldara
Gracia gak menanggapi mereka, ia melepaskan cekallan tangan mereka dan berlalu pergi.
"KURANG AJAR LO"teriak Elena
Bel berbunyi, menandakan pelajaran akan segera dimulai, Gracia duduk di kursinya dengan santai, ia merasa tak peduli ocehan demi ocehan dari 3 cewe itu, faktanya Gracia tak pernah mendekati mereka.
Beberapa jam kemudian, Bel kembali berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba, Gilang menghampiri Gracia.
"Ke kantin yok"ucap Gilang menggenggam tangan Gracia
Gracia hanya terdiam sembari menunduk berusaha melepas genggaman Gilang.
"Udah gausah takut sama 3 cewe itu, udah ayok ikut gue"ucap Gilang kembali menggenggam tangan Gracia dan membawanya ke kantin
Sesampainya dikantin, mereka duduk disalah satu meja dikantin, Gracia memesan makanan karena perutnya sangat lapar.
"Gimana makanannya, enak?"ucap Gilang, Gracia mengangguk
Gilang mengacak-acak rambut Gracia gemas, Gilang dibuat gemas dengan kelakuan Gracia saat makan.
"Cia, Lo kenapa cantik banget sih"ucap Gilang
"Uhukkk uhukkk"Gracia tersedak makanannya
"Eh, minum minum"ucap Gilang menyodorkan jus Gracia
"Makasi"ucap Gracia
"Pelan² makannya"ucap Gilang tertawa
Bel kembali berbunyi, menandakan jam pelajaran akan dimulai lagi, Gracia berjalan lebih dulu dari Gilang, karena jalannya terlalu cepat hingga dia menabrak seseorang.
"Akhh"ringis Gracia
"Eh sorry², Lo gapapa?"ucap Gavin
"Eh, Gavin, aku gapapa kok"ucap Gracia
"Oh oke, Lo mau ke kelas? Bareng sama gue mau? Kita kan satu kelas"ucap Gavin
"Oke"ucap Gracia
Dari kejauhan ada Gilang yang tengah mengepalkan tangannya, lelaki itu sangat marah saat Gavin mencoba mendekati Gracia.
Gracia duduk dibangkunya, ia menatap Gavin yang juga duduk dibangkunya, Wiliam menghampiri Gracia.
"Hai Cia cantik"ucap Wiliam
"Em, hai, ada apa?"ucap Gracia
"Gada apa² sih, pen liat wajah kamu aja"ucap Wiliam
"Oh oke"ucap Gracia menahan degupan jantungnya
Dari pintu ada 3 gadis yang tengah menatap mereka dengan tatapan marah.
"Ish, apa apaan sih Wiliam pake Deket² sama dia"ucap Aldara
"gue juga kesel tadi dia ke kelas bareng Gavin"ucap Amanda
"Emang cewe gatel dia, semua cowo diembat, Gilang juga, tadi Gilang pake makan bareng Sama dia lagi"ucap Elena
"Gimana nanti kita bales dia sepulang sekolah?"ucap Amanda
"Ide bagus tuh"ucap Aldara
TBC
Hallo gays, untuk chapter pertama, aku buat pendek dulu ya.
See u 🧡🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
JUTAAN RASA SAKIT [End]
Teen Fiction"Bun, kenapa bunda ninggalin cia?" Gadis ini harus hidup didunia yang kejam ini dan tidak adil padanya, hidupnya sudah sangat penuh dengan banyaknya jutaan rasa sakit. Mulai dari sang ayah yang selalu menuduhnya sebagai pembunuh sang ibu bahkan deng...