Bel tanda waktunya pulang telah berbunyi 5 menit yang lalu, kini Gracia tengah ditoilet, namun geng Elena itu datang lagi untuk menyakiti Gracia."Woy, cewe murah kek Lo ga pantes hidup"ucap Elena
Elena menarik rambut Gracia hingga Gracia meringis kesakitan, Elena tertawa puas melihat Gracia kesakitan.
"Lo ga pantes buat cowo² itu, Lo tuh cewe kampungan dan ga pantes Deket² sama mereka, gue udah ingetin Lo tadi pagi, Lo lupa atau amnesia hah!!"ucap Elena menarik Gracia kedalam toilet
Elena menyalakan keran air, dan membiarkan Gracia menggigil kedinginan dibawah air mengalir, Gracia tak bisa melakukan apa², tubuhnya gemetar, tangannya dengan setia memeluk tubuhnya yang tengah kedinginan.
"Makannya tau diri dikit kalo dibilangin"ucap Amanda
"Kayanya kurang kalo cuma gini, mendingan Lo buat sayatan dipipinya"ucap Aldara pada Elena
"Ide bagus, Lo bawa cuterr?"ucap Elena
"Adalah, yakali gada"ucap Aldara
"Mungkin pipi Lo yang mulus ini kalo dikasih sedikit lukisan bakal bagus"ucap Elena
"J-jangan l-lakuin itu, a-aku mohon"ucap Gracia terbata-bata karna tubuhnya yang bergetar
Elena tak mendengarkan gracia, Elena menggores pipi kanan Gracia dengan perlahan, Gracia hanya bisa menangis sekarang, ia berharap seseorang menolongnya, namun itu mustahil sekolahan sudah sepi tak ada orang.
"Nah kan kalo gini cantik"ucap Elena tersenyum miring
"Eh kayanya sebelah doang ga bagus Len, tambahin lah satunya"ucap Amanda
"Ide bagus"ucap Elena kembali menggores pipi Gracia
Gracia tak bisa apa², tangannya dicekal oleh Aldara dan Amanda, ia hanya bisa meringis kesakitan, namun dengan teganya Elena tetap menggores pipi Gracia, darah segar sedari tadi sudah mengalir dari kedua pipi Gracia.
"Inget ya, ini belum seberapa, kalo Lo masih Deket² Sama mereka, gue ga bakal segan² bikin perhitungan lebih dari ini!!"ucap Elena
"Yaudah yok balik"ucap Elena meninggalkan Gracia sendirian
Gracia terduduk lemas, wajahnya serasa kaku menahan sakit, ia berusaha bangkit dan jalan dengan tertatih-tatih.
"Luka itu ada dimana-mana ya, ga disekolah ga dirumah, semuanya sama, mungkin bagi oranglain rumah adalah tempat kita pulang, disaat dunia luar ga berpihak sama kita, tapi bukan untuk aku, rumah adalah penjara bagi aku, luka, pukulan yang terus aku dapatkan dari seorang ayah yang katanya cinta pertama anak perempuan"ucap Gracia dengan air mata yang mengalir dipipinya
Lagi dan lagi Gracia meringis merasakan sakit luar biasa dipipinya, ia mampir disebuah apotik untuk membeli Betadine dan plester.
"Makasi mbak"ucap Gracia berlalu pergi
Saat ini Gracia tengah berada dipinggir danau, menikmati pemandangan menenangkan, ia sudah membalut lukanya dengan betadine Dan plester, hatinya perlahan merasa tenang, perlahan ia akan melupakan yang telah terjadi.
"Rasanya begitu menenangkan, seandainya kebahagiaan datang padaku"ucap Gracia
"Bun, Cia kangen bunda, Cia pengen Bunda ada disamping Cia hanya sekedar meluk Cia, saat ini Cia lagi rapuh serapuh-rapuhnya, Cia hanya butuh pelukan sekarang Bun, ayah ga pernah kasih itu buat Cia"ucap Gracia dengan air mata yang mengalir
Hari mulai gelap, sebenernya Gracia takut untuk pulang, namun ia tak punya pilihan lain, ia menguatkan dirinya dan segera masuk kedalam mobil untuk pulang.
Perlahan Gracia membuka pintu, namun ia mendapati ayahnya yang mengambil langkah mendekatinya, Gracia menelan salivanya susah payah, sudah pasti ia akan mendapat pukulan lagi.
"DARIMANA KAMU, PULANG MALEM, JADI ANAK GA TAU DIRI, MASIH UNTUNG SAYA MAU NGURUS KAMU YA, MAU JADI APA KAMU HAH!!"bentak Hendra mencengkram dagu Gracia
Gracia sembari tadi meringis, cengkraman ayahnya menambah sakit luka yang belum sembuh dari Elena, Gracia hanya bisa menangis sembari berusaha melepaskan cengkraman ayahnya.
"KALO DASARNYA PEMBUNUH BAKAL TETAP JADI PEMBUNUH, KAMU GA BAKAL MAKAN SAMPE BESOK, KALO SAYA SAMPE LIAT KAMU MAKAN, SAYA GA BAKAL SEGAN² PUKULIN KAMU LAGI PAHAM!!"bentak Hendra
"A-ayah, tapi Cia laper, tadi disekolah Cia cuma makan dikit dikantin"ucap Gracia
"SAYA GA PERDULI, GAUSAH BANYAK OMONG KAMU, MAU SAYA PUKUL KAMU!!"bentak Hendra
"N-ngga ayah, Cia ke kamar dulu"ucap Gracia melangkahkan kakinya ke kamar
Gracia menatap dirinya dicermin, cengkraman ayahnya masih membekas dipipinya, bukan hanya fisiknya yang sakit, namun hatinya juga.
"Tuhan sebenarnya apa rencanamu, sehingga aku harus melewati prosesnya sesulit ini, rasanya sakit, melihat orang lain seumuranku bisa memeluk ayahnya bahkan bermanja padanya, lantas aku Kapan?"ucap Gracia terisak
"Harus sesakit ini ya, dimana aku menginjakkan kaki, luka selalu datang dengan tiba², luka fisik aku Memang tak seberapa, tapi luka dihati aku? Itu sangat sakit sekali"ucap Gracia terisak
Ia memukul-mukul dadanya yang serasa sesak, seakan tengah dihimpit oleh batu besar, rasanya untuk bernafas saja susah untuknya, apalagi Gracia mempunyai penyakit asma, ia segera mengambil inhalernya dan segera menggunakannya agar bisa bernafas normal lagi.
Bunyi notifikasi ponselnya membuat Gracia menoleh kearah ponselnya, ia membuka ponselnya dan ternyata Gilang mengiriminya pesan.
Gilang
Hai cantik, udah tidurkah? Besok sepulang sekolah aku mau ajak kamu jalan² sekitar taman, gimana kamu mau kan?
Liat nanti ya
Oke, aku tunggu ya
ReadGracia menatap ponselnya, ia juga benci terhadap 3 cowo itu, mereka menambah luka dihidupnya, namun Gracia tau, ini bukan sepenuhnya kesalahan mereka, hanya 3 cewe itu yang terobsesi memiliki mereka.
Gracia mencoba memejamkan matanya, namun ia tak bisa, ia mengambil obat tidur, Dan menelannya, entah kenapa sekarang Gracia harus mengonsumsi obat tidur agar ia bisa tertidur nyenyak tanpa memikirkan lukanya.
TBC
Hallo, gimana chapternya?
Mau ngomong apa sama Gracia?
Sama Hendra?
Sama Elena and gengnya?
Sama gilang?
Jangan lupa follow author, vote, coment, share juga.
See u 🧡🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
JUTAAN RASA SAKIT [End]
Teen Fiction"Bun, kenapa bunda ninggalin cia?" Gadis ini harus hidup didunia yang kejam ini dan tidak adil padanya, hidupnya sudah sangat penuh dengan banyaknya jutaan rasa sakit. Mulai dari sang ayah yang selalu menuduhnya sebagai pembunuh sang ibu bahkan deng...