Pagi hari tiba, Gracia terbangun Karna alarm ponselnya, ia meraihnya dan mematikan alarmnya, ia beranjak dari tempat tidurnya dan segera membersihkan diri.Setelah selesai mandi, Gracia memakai seragamnya, ia sedikit memoleskan lipbalm dibibir kecilnya.
Gracia menuruni anak tangga namun ia tak menemukan ayahnya, ia coba menanyakan pada artnya.
"Mba, ayah mana ya?"tanya Gracia
"Tuan udah pergi satu jam yang lalu non"ucap mba Rana
"Oh gitu ya, ini sarapan buat aku?"ucap Gracia menunjuk piring dimeja
"Iya non, mba yang masakin buat non"ucap mba Rana
"Mba makan aja ya, Gracia belum boleh makan"ucap Gracia, namun mba Rana hanya diam menunduk
"Yaudah Gracia pamit ya mba"ucap Gracia
"Hati² non"ucap mba Rana
Gracia menyalakan mesin mobilnya dan segera mengendarainya kesekolah, ia sedikit takut jika ia akan disiksa lagi.
Gracia memaksakan dirinya agar tidak takut, dengan tubuh setengah bergetar, Gracia berjalan dikoridor kelas 12.
"Eh, masih berani Lo munculin muka Lo disekolah ini, tapi ngomong² cakep juga pipi Lo, sini biar tambah cantik"ucap Elena mencengkram pipi Gracia
"Awww, l-lepasin Len"ringis Gracia
"Sakit ya? Kasian, Lo emang pantes sih dapetin ini haha"ucap Elena tertawa
Pipi Gracia terus dicengkeram kuat oleh Elena, bahkan Elena dengan teganya menampar pipi Gracia, lalu ia membisikkan Gracia sesuatu.
"Hari ini, gue belum liat Lo sama mereka, tapi kalo gue liat Lo sama mereka, gue gabakal segan² buat kasih perhitungan sama Lo"ucap Elena
Elena pergi meninggalkan Gracia yang terduduk lemas, wajahnya terasa ngilu, namun rasa sakit diwajahnya tak seberapa dengan rasa sakit hatinya.
"Cia, yaampun kamu kenapa?"ucap Gilang yang tiba² datang
"Lepasin, aku gapapa kok, mulai sekarang kamu jauhin aku ya, aku mohon"ucap Gracia
"Tapi aku udah bilang sepulang sekolah bakal ajak kamu jalan2, trus itu pipi kamu kenapa?"ucap Gilang
"Gapapa, cuma luka kecil"ucap Gracia
"Yaudah nanti pulang sekolah Sama aku ya, kamu bawa mobil?"ucap Gilang
"Iya"ucap Gracia
"Yaudah nanti ke taman jalan kaki, ga jauh juga kan dari sekolah"ucap Gilang
"Iya, oke"ucap Gracia
Gracia dan Gilang menuju kelas karena bel akan berbunyi sebentar lagi, Gracia duduk dibangkunya, sebenarnya ia takut jika Elena akan nekat padanya.
"Cewe sialan, udah gue bilangin berkali², tapi Masih aja Gatau diri"ucap Elena dari pintu kelas
Akhirnya waktu istirahat tiba, Gilang menarik tangan Gracia pelan ke arah kantin.
"Katanya SMA kita bakal ngadain beberapa pertandingan ya?, Kamu ikut?"ucap gracia
"Tentu, em sekarang aku bakal panggil kamu Ra, karna pertengahan nama kamu"ucap Gilang
"Kenapa gitu?"ucap Gracia
"Karna, kalo aku panggil Cia, sama aja dong gada bedanya"ucap Gilang
"Yaudah terserah kamu"ucap Gracia
Gracia melanjutkan acara makannya, namun seseorang menghampirinya.
"Boleh gabung ga lang?"ucap Wiliam
"Duduk aja"ucap Gilang
"Gue juga ya"ucap Gavin
"Ada apa nih mendadak jadi pada kesini?"ucap Gilang
"Ya karena ada Cia lah, ykan Cia"ucap Wiliam
Gracia hanya menunduk dan terdiam.
"Oke, no problem"ucap Gilang
"Karna gue yang bakal menang"bisik Gilang ditelinga Wiliam
•••
Gracia tengah duduk ditepi danau dengan Gilang disampingnya, Gracia menatap genangan air yang begitu tenang yang disebut Danau, Gracia menyenderkan kepalanya pada sebuah pohon yang ada dipinggir danau.
"Ra, cerita sama aku tentang pipi kamu"ucap Gilang
"Sudah aku bilang, ini cuma luka kecil , gausah terlalu khawatir"ucap Gracia
"Ra, disini didanau ini, aku cuma mau ungkapin perasaan aku Ra, selama ini aku cinta sama kamu Ra"ucap Gilang
"T-tapi a-aku-"ucap Gracia terpotong
"Gapapa, jadilah sahabat aku, aku ga nuntut kamu buat jadi pacar aku Ra"ucap Gilang
Lagi2 Gracia hanya terdiam sembari menunduk, ia memang memiliki rasa pada Gilang namun ia tak mau elena berbuat nekat padanya.
"Thanks ya"ucap Gilang
Hari sudah semakin gelap, Gilang segera membawa Gracia ke parkiran untuk mengambil mobil Gracia dan motornya.
TBC
Hai
Sorry ya, aku buat pendek chapternya, tapi tenang banyak kok drafnya.
Jangan lupa follow author, vote, coment, and share
See u 🧡🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
JUTAAN RASA SAKIT [End]
Teen Fiction"Bun, kenapa bunda ninggalin cia?" Gadis ini harus hidup didunia yang kejam ini dan tidak adil padanya, hidupnya sudah sangat penuh dengan banyaknya jutaan rasa sakit. Mulai dari sang ayah yang selalu menuduhnya sebagai pembunuh sang ibu bahkan deng...