"Cia bangun, aku mohon, kamu denger suara aku kan, bangun aku mohon"ucap Gilang menciumi punggung tangan GraciaGilang membawa Gracia ke UKS, dan mencoba membangunkan Gracia, sedari tadi Gracia tak membuka matanya membuat Gilang khawatir.
"Cia please jangan kaya gini, aku gamau kehilangan kamu"ucap Gilang meneteskan air mata
Perlahan Gracia membuka matanya, bibirnya pucat, matanya membuka sedikit demi sedikit, tubuhnya benar2 kurus.
"Cia, aku mohon jangan kaya gini, aku gabisa kehilangan kamu"ucap Gilang
"A-aku ga kemana-mana Gilang, kalo emang udah takdirnya aku pergi biarin aku pergi ya"ucap Gracia
"No, kamu bisa sembuh aku yakin"ucap Gilang
"Seyakin itu ya, aku bakal berusaha, tapi tubuh aku menolak, rasanya sakit banget"ucap Gracia
"Cia, biarin aku yang merasakan rasa sakit kamu, aku gabisa liat kamu kaya gini"ucap Gilang
"Bisa antar aku pulang, aku butuh waktu sendiri"ucap Gracia
"Ya, aku akan anter kamu"ucap Gilang menggendong tubuh Gracia
"Weh kurang ajar tuh cewe, makin hari makin ngelunjak kelakuannya"ucap Elena geram
"Awas aja, gue bakal bales ini, liat Lo Cia"ucap Elena
•••
Gracia duduk dimeja belajarnya, Gilang sudah kembali ke sekolah, ia hanya sendiri dirumah dengan mba rana sih, Gracia menulis surat, ia akan meninggalkan sesuatu ketika nantinya tuhan mengambil nyawanya .
"Setiap rasa sakit ini, aku hanya menginginkan sejengkal kebahagiaan, namun setiap kali aku menginginkannya tuhan ga ngijinin aku, aku akan tinggalkan surat ini kalo nantinya tuhan tetap ambil nyawa aku"ucap Gracia
Bait demi bait ia tulis, akhirnya ia merasa lelah, ia merebahkan tubuhnya dan mencoba memejamkan mata, tubuhnya sangat amat lemas, bahkan setiap bangun tidur Gracia selalu melihat helaian rambut yang menempel dibantal akibat kemoterapi.
•••
"Gilang, i Miss you"ucap Elena memeluk lengan Gilang
"Bisa lepas ga? Gue gada waktu buat jalang kaya lo"ucap Gilang
Deg
Elena menahan air matanya, ia melepaskan pelukannya dan menampar Gilang.
"Lo tega, Lo jahat sama gue Gilang, cuma demi membela si Gracia, Lo dengan mudahnya memaki gue dengan sebutan yang bikin hati gue sakit"ucap Elena
"Bukan urusan Lo, Lo bisa kan jauhin gue, karena sekarang gue sama Gracia udah pacaran, dan Lo jauh² dari gue"ucap Gilang dan berlalu pergi
•••
Hari semakin larut, Gracia menyadari seseorang baru memasuki rumahnya, ia tau bahwa itu adalah ayahnya, ibu tirinya dan Angel.
"Hah, terserah mereka Dateng lagipula mereka ga peduli padaku"ucap Gracia mencoba memejamkan mata
•••
Gracia sudah siap dengan seragamnya, ia berjalan menuruni anak tangga, dan ia melihat ketiga orang itu tengah sarapan dengan bercanda tawa.
' aku ga pernah liat ayah sebahagia ini, semoga aku bisa selalu liat senyuman itu ' batin Gracia
Gracia berjalan melewati mereka, ia takut ayahnya akan menyiksanya lagi.
' dasar tidak sopan ' batin Hendra
•••
Gracia turun dari mobil Gilang, Gilang yang menjemput gadis itu, ia tau bahwa mobil Gracia telah diambil alih oleh Angel.
"Yuk"ucap Gilang menggenggam tangan Gracia
Saat tengah berada dikoridor kelas 11, seseorang menghentikan langkah mereka.
"Bro"ucap Wiliam
"Wih lengket aja nih klean, Cia boleh pinjem Gilangnya ga, kita ada urusan"ucap Wiliam
"Boleh, yaudah aku ke kelas dulu ya, bye"ucap Gracia
Saat tengah berada dikoridor kelas 12, Gracia dikagetkan dengan jambakan rambutnya.
"Ups, Lo kanker? sampe² rambut Lo rontok, iyuhh"ucap Elena membuang rambut Gracia yang berasa ditangannya
Gracia mengepalkan tangannya sembari menggigit bibirnya, perlahan rambutnya memang rontok.
"Eh Lo denger ya, gue ga bakal berenti nyakitin Lo, karena cuma Lo bahan yang bisa gue Bully"ucap Elena tertawa
Elena mendorong kasar tubuh gracia membuat ia tersungkur dilantai, Elena memukul wajah Gracia sampai membuat darah segar keluar dari sudut bibirnya.
Brakk...
TBC
Holla bestie, gimana chapternya?
Jangan lupa follow author, vote, coment, share.
See u 🧡🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
JUTAAN RASA SAKIT [End]
Teen Fiction"Bun, kenapa bunda ninggalin cia?" Gadis ini harus hidup didunia yang kejam ini dan tidak adil padanya, hidupnya sudah sangat penuh dengan banyaknya jutaan rasa sakit. Mulai dari sang ayah yang selalu menuduhnya sebagai pembunuh sang ibu bahkan deng...