chapter 23

81 5 0
                                    


"No, Gilang ga akan pernah mau pindah dari sini, aku bakal jauh dari makam Gracia ma, mama tega sama aku hah!!"ucap Gilang

"Nak, pekerjaan mama udah disana, kalo kita tetap bertahan disini kita kesusahan, perusahaan mama yang disana ga ada yang handle, ngertiin mama sekali aja ya"ucap Ranti

"Kenapa ga mama aja yang pindah dari sini, kenapa harus aku juga, aku ga akan pernah mau!!"ucap Gilang

"Nak, mama mohon, kali ini aja kamu ngertiin mama, mama sayang sama kamu, Dan mama gamau ngerasain kehilangan anak mama untuk kedua kalinya"ucap Ranti mulai meneteskan air mata

"Jangan menangis ma, air matamu adalah kelemahanku, tapi kasih aku waktu 1 hari ya ma"ucap Gilang

"Kita akan berangkat lusa, mama kasih waktu buat kamu"ucap Ranti

•••

Malam ini Gilang tengah berada disebuah taman, Dimana dulu ia dan Gracia duduk bersama, hatinya begitu sakit untuk menerima kenyataan bahwa Gracia sudah tak ada lagi, tak ada tangan yang setia ia genggam, tak ada suara lembut yang menyapa pendengarannya.

"Kamu pernah duduk disamping aku, dan sekarang kamu udah bener² hilang, ini menyakitkan buat aku, setiap kenangan, sejengkal pun aku ga akan pernah lupain itu"ucap Gilang

"Gilang, kamu Gilang kan?"ucap Winda

"Iya, kamu bukannya dokter yang pernah merawat Gracia?"ucap Gilang

Winda mengangguk, ia duduk dibangku taman disamping Gilang, Winda mengerti perasaan Gilang sekarang, karena ia juga pernah merasakan kehilangan.

"Kamu ngapain disini malam²"ucap Gilang

"Aku cuma jalan² bentar, cape juga setiap hari harus kerja, besok juga wekeend"ucap Winda tersenyum

"Kamu masih belum ikhlas Gracia pergi?"ucap Winda menatap Gilang yang tengah melamun

"Bagaimanapun, dengan cara apapun orang itu pergi, itu Sama menyakitkannya, lusa aku bakal pindah"ucap Gilang

"Kemana?"ucap Winda

"Aku Gatau, mama aku yang ngajak aku buat pindah dan kuliah disana"ucap Gilang

"Eh, udah malem, kamu jangan lama² disini ya, angin malam ga baik buat kamu, aku pulang dulu ya..."ucap Winda

"Iya"ucap Gilang

Winda melangkahkan kakinya menjauh dari Gilang, Gilang menatap punggung Winda yang semakin jauh, ia kembali menatap bintang dan bulan yang bersinar.

•••

Pagi hari, Gilang tengah dalam perjalanan untuk sampai kemakam Gracia, dengan buket mawar putih disampingnya.

Tak lama, Gilang telah sampai, ia turun dari mobilnya dengan buket mawar putih ditangannya.

"Ra....iya Ra, panggilan istimewa dari pacar kamu, yaitu aku"ucap Gilang

Gilang meletakkan mawar putih diatas gundukan tanah, Gilang merasakan dadanya yang teramat sesak, ini terlalu sakit untuk Gilang, mulutnya bisa saja berkata ikhlas, tapi hati kecilnya menolak.

"Makasi udah hadir dihidup aku, meski singkat tapi itu buat aku bahagia, kenangan sama kamu gaakan aku lupain, aku berjanji pada diriku sendiri untuk mencoba ikhlas, dan akan aku pastikan ga akan ada yang bisa gantiin kamu dihati aku, sampai ketemu dikehidupan abadi cantik, aku akan selalu sayang sam kamu"ucap Gilang

Gilang merasakan tubuhnya bergetar hebat, dadanya terasa sesak seakan tengah dihimpit oleh batu besar, dengan melihat batu nisan kekasihnya saja rasanya sesakit itu.

"Mungkin ini bunga terakhir dari aku, aku bakal pindah Ra, kamu pasti kesepian sendirian disini, aku bisa beliin kasur terlembut buat kamu, tapi kenapa.....Kenapa kamu lebih memilih tidur disini"ucap Gilang parau

"i will miss you ra"

Gilang bangkit, ia melihat ibunya dan wanita disampingnya.

"Mama ngapain kesini"ucap Gilang

"Winda?"ucap Gilang

"Kalian saling kenal? Mama gamau membuat kamu berlarut dalam kesedihan, menikahlah dengan Winda, dia adalah wanita baik, mama udah kenal sama keluarganya"ucap Ranti

"Ma, bahkan makam pacar aku aja masih basah, dan sekarang didepan makam dia mama berkata seperti itu, mama terlalu banyak nuntut sama aku, aku berhak nentuin pilihan aku, dan satu yang harus mama ingat, mama ga akan pernah bisa atur aku lagi"ucap Gilang

"Gilang, tolong! Ini wasiat ayah aku, beliau sudah meninggal, dan aku gamau ngecewain dia"ucap Winda

"Da, kamu tega, bahkan kamu liat saat aku meluk tubuh kaku pacar aku, dengan airmata yang tak henti keluar, kapan sih ada 1 orang yang bisa ngertiin aku!!"ucap Gilang menatap ibunya dan Winda bergantian

Winda terduduk lemas ditanah, ia menatap Gilang sayu.

"Kamu tau Gilang, aku juga pernah kehilangan, sama seperti kamu, dia meninggal beberapa tahun lalu, saat aku masih SMA"ucap Winda menangis

"Kenapa jadi kamu yang nangis, disini aku yang korban, dan kamu ga bisa adu nasib kaya gini, nasib kamu sama aku beda, dan bukan berarti kamu bisa manfaatin ini semua, dasar gila!!"ucap Gilang

"Cukup Gilang!! Winda bangun nak, kamu keterlaluan Gilang, dari dulu, kamu selalu jadi anak pembangkang"ucap Ranti

"Ini juga karena didikan kalian, kalian yang selalu mendidik aku dengan keras, bahkan aku sampai kehilangan adik aku"ucap Gilang

"Gilang"ucap seseorang

Gilang menatap seseorang yang baru saja mengeluarkan suaranya, rahangnya mengeras, Rasa ingin membunuh seseorang didepannya meningkat.

TBC

SIAPA YA?

GIMANA CHAPTERNYA? 


JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR, VOTE, COMENT, SHARE.

SEE U 🧡🧡

JUTAAN RASA SAKIT [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang