ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ~~
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Memasuki kelasnya siswa dan siswi penghuni kelas 10 IPS 5 menatap kearah Embun dan Langit, jujur saja Langit semakin minder kelihatannya mereka yang disini orang ber-ada semua takut jika nanti ia akan di sepelekan karena mendapat beasiswa. Tiba-tiba Embun berhenti tepat di depan kelas lalu berucap "Kelas kita ada murid baru dari Bandung, gue harap kita bisa temenan baik sama dia" selesai berucap Embun menoleh mengkode Langit untuk berbicara atau mengenalkan dirinya "Halo kenalin saya Langit" setelah berucap Langit kembali menunduk ini terlalu canggung untuknya.
Embun yang menyadari kecanggungan di kelasnya "Haii halo Langitt, semoga gue sama lo bisa temenan baik ya.. ga usah peduliin mereka yang ga bisa ngehargain lo" ucap Embun dengan keras seolah menyindir teman-teman sekelasnya, lalu membawa Langit untuk duduk di bangku belakangnya. Semua kejadian tadi di lihat oleh Al, kembarannya tak biasanya berperilaku seperti ini kepada seseorang yang baru di kenalinya.
Pelajaran telah di mulai, guru yang mengajar juga mengenalkan Langit sebagai siswa baru di kelas ini. Akhirnya bel istirahat telah berbunyi Langit siap-siap akan keluar untuk pergi ke tempat dimana ia berjanjian dengan Kakaknya, tetapi saat hendak melangkah keluar Langit di hadang oleh beberapa teman kelasnya.
"Lo anak keluarga siapa?" tanya Rio siswa-siswi di kelasnya hanya diam menunggu jawaban dari Langit, Embun merasa tak terima mengapa teman sekelasnya ini harus menanyakan hal-hal tidak penting seperti ini. Hendak menghampiri Rio namun lengannya di tarik oleh kembarannya agar Embun kembali duduk.
Melihat keterdiaman Langit Rio kembali berucap sarkas sembari tertawa sinis "Atau lo anak yang dapet beasiswa?" Langit menatap Rio lalu mengangguk tanpa ragu "Salah kalau saya disini dapat beasiswa?" tanya balik Langit dengan berani, jujur saja ia sebenarnya takut mencari masalah dengan mereka yang disini tetapi apa salahnya jika bersekolah mendapat beasiswa, toh sama-sama belajar untuk mendapat ilmu.
Embun tersenyum mendengar ucapan Langit, laki-laki itu akhirnya membuka suaranya agar tak terus di tindas.
Rio kembali terkekeh merendahkan "Orang yang dapet beasiswa ga pantes disini" setelah berucap Rio mengkode teman-temannya untuk keluar meninggalkan Langit yang masih diam, Embun sendiri saat ini sudah melepas paksa genggaman kembarannya lalu membawa Langit agar ikut keluar kelasnya.
Al hanya tersenyum sinis saat melihat Embun seperti ini, ia tak menyangka jika kembarannya berubah menjadi pahlawan kesiangan untuk seorang yang mendapat beasiswa di kelasnya kkk.. Al akhirnya turut keluar untuk mengejar teman-temannya.
Langit yang di tarik oleh Embun kebingungan ia akan di bawa kemana, lantas dengan cepat Langit menghentikan langkah kakinya membuat Embun menatap Langit. "Mau kemana?"
"Ke kantin" jawab singkat Embun.
Langit menggeleng. "Saya ga ke kantin, kamu duluan aja kesana" Embun yang mendengarnya berdecak
"Tadi lo bukannya pake aku-aku an sama gue kenapa sekarang balik ke saya lagi"
Langit menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Saya takut kamu ga nyaman"
"Gapapa gue nyaman-nyaman aja kok" ucap Embun yang di angguki oleh Langit. "Kalau ga ke kantin lo mau kemana, emang ga mau istirahat?"
"Saya mau menemui Teteh di taman" ucap jujur Langit.
"Loh lo punya Kakak yang sekolah disini juga?"
Langit kembali mengangguk. "Saya duluan ya.. takut Teteh sudah nunggu saya terlalu lama" ucap Langit kembali melanjutkan langkah kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MOON | Lizkook ✓
Ficção Adolescente― Malam itu sinar bulan terlihat begitu terang, suara ombak yang mengalun indah seolah tengah menemani kita yang tengah menyusuri indahnya laut malam kala itu. Di lihatnya bibir itu berkali-kali melemparkan segaris senyum bahagia saat pandangannya b...