ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
~~
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Setelah sampai di kediaman milik keluarga Hadihutomo, semua anggota keluarga memutuskan segera masuk ke kamarnya masing-masing
"Papa tidak menyangka jika Bumiandra anak kesayangan Dira melakukan suatu kesalahan tadi― berniat ingin mempermalukan Papa di depan banyak orang? Semua orang tahu siapa kamu Bumi, seharusnya dirimu bisa menjaga sikap" suara tegas milik Dion terdengar di area ruang tamu, membuat Bumi yang tadinya ingin menaiki tangga di urungkan karena mendengar perkataan Papanya
Bumi berbalik menatap Dion "Katakan dimana letak kesalahan yang Bumi lakuin?"
"Masih bertanya? Kau memukul anak teman bisnis Papa itu sebuah kesalahan besar Bumi, kau berniat ingin menghancurkan bisnis Papa?"
Bumi terkekeh "Dia ngerendahin perempuan dan itu salah"
"Yang dia rendahin bukan Adik atau Kakak perempuanmu, kau tak berhak marah padanya" suara keras Dion terdengar kembali memenuhi ruang tamu
Kaki Bumi mendekat di hadapan Dion "We're not same. Bumi bukan seperti Papa yang bisa ngerendahin seorang perempuan" ucap sinis Bumi di hadapan Dion "Bahkan pada Mom sekalipun Papa pernah merendahkannya kan, Bumi sangat bersyukur sifat Papa yang seperti ini tidak menurun pada Bumi" setelah berucap Bumi kembali berbalik dengan cepat menaiki tangga berpura-pura tuli saat mendengar panggilan keras dari Papanya
Setelah memasuki kamarnya Bumi menghela nafas lelah, lalu menggeleng saat mengingat ucapan Papanya. Saat ingin memasuki kamar mandi Bumi berdecak saat mendengar suara ketukan, ia berjalan dengan malas karena berfikir jika yang mengetuk pintu mungkin adalah Papanya
Setelah membukaan pintu, tanpa aba-aba Embun memeluk Bumi membuat Bumi tersentak kaget dibuatnya karena tak siap menerima pelukan dari Adiknya, Bumi lantas menahan tubuhnya agar keduanya tidak terjatuh
"Heyy, ada apa?" tanya Bumi pelan saat Embun hanya diam saja memeluknyaEmbun mendongak menatap Kakaknya dengan mata yang berair membuat Bumi terkejut "Kenapa menangis? ada yang nyakitin Embun?" tanya Bumi lagi dengan menghapus air mata Embun
Embun menggeleng merespon ucapan Kakaknya "Kak Bulan gimana? gue khawatir sama Kak Bulan"
Bumi tersenyum tipis lalu kembali memeluk Adik perempuannya dengan sayang "Kak Bumi pastiin Bulan baik-baik aja, Embun ga usah khawatir"
Ia berinisiatif mengantarkan Adiknya untuk segara beristirahat, Bumi menunduk menyamakan tinggi badan Embun "Sekarang istirahat okay, jangan nangis lagi Bulan baik-baik aja" ucap Bumi sembari tersenyum seolah menenangkan kegelisahan hati Embun
Embun memang memiliki sifat yang sangat lembut sama seperti Ibunya dan Kakak perempuannya, Bumi telah gagal menjaga Ibunya dan saat ini ia berjanji akan menjaga saudara perempuannya agar tidak terjadi hal-hal seperti Ibunya dulu
~~
Pagi ini terasa berbeda untuk Bulan, ia terbangun dari tidurnya dengan perasaan gundah. Kedua bersaudara itu tampak lebih banyak berdiam diri, mungkin saja pikiran mereka sama-sama memikirkan kejadian kemarin
Sejujurnya Langit ragu untuk masuk sekolah hari ini, kejadian kemarin membuatnya semakin takut jika terjadi hal buruk pada Kakaknya
Langit menatap sendu sarapan di depannya, tak minat untuk di makan tetapi Kakaknya sudah membuatkan telur dadar berserta sop bening untuknya
"Ga suka sarapannya ya?" suara Bulan membuat Langit tersadar dari lamunannya"Suka kok Teh, ini Langit mau makan"
Bulan sadar jika mungkin Langit ragu untuk pergi kesekolah, pikiran-pikiran tentang buruknya teman sekelas Langit membuat Bulan juga takut jika Adiknya semakin di rendahkan "Hari ini ga usah masuk aja dulu" tawar Bulan pada Langit
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MOON | Lizkook ✓
Ficção Adolescente― Malam itu sinar bulan terlihat begitu terang, suara ombak yang mengalun indah seolah tengah menemani kita yang tengah menyusuri indahnya laut malam kala itu. Di lihatnya bibir itu berkali-kali melemparkan segaris senyum bahagia saat pandangannya b...