[ 03. Accidentally Met Him Again ]

999 154 1
                                    


ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

~~

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Terhitung sudah seminggu Bulan memasuki sekolah barunya, ia pernah bertemu dengan anak majikan Ibunya di sekolah tak lain adalah Lea. Bukan hal baru lagi untuk Bulan saat mendapat tatapan tak suka dari Lea

Omong-omong Bulan saat ini sudah mempunyai teman yang baik bernama Rose, pindahan dari Australia. Rose sebenarnya sama halnya dengan anak-anak dari kelas lain, memiliki keluarga yang sangat berkecukupan. Hanya saja Rose masuk kelas MIPA 7 karena kelas lain sudah full jadilah ia di kelas ini

"Bulan ayo ke kantin" ajak Rose, sebenarnya Rose sudah sedari kemarin mengajak Bulan untuk ke kantin tetapi Bulan selalu menolak. Bukan maksud menolak ajakan Rose hanya saja kantin yang di maksud temannya itu pasti makanan disana mahal-mahal semua, Bulan di beritahu oleh teman kelasnya jika ingin jajan yang lebih murah bisa ke kantin paling belakang sekolah disana harga makanannya lebih manusiawi

"Maaf Rose tapi aku tak bisa ikut denganmu sekarang" ucap Bulan dengan nada menyesal

Rose berdecak "Gue traktir seriusan" masih berusaha membujuk Bulan agar ikut bersamanya

Bulan menggeleng "Aku harus menemui Langit, kapan-kapan saja aku akan ikut"

Rose mengganguk menyetujui "Beneran loh ya, awas aja lo kalau di ajak lagi gamau" Bulan tersenyum menanggapinya lalu ikut berdiri tak lupa membawa buku novelnya, mempersilahkan Rose berjalan lebih dulu "Iyaa, sana cepet ke kantin nanti keburu bel masuk"

Sebenarnya itu hanya alasan semata Bulan saat mengatakan ingin menemui Langit, ia ikut keluar pun agar tak ketara jika itu sebuah alasan. Saat ini Bulan memutuskan akan pergi ke bangku taman dekat lapangan basket saja, ia juga cukup bosan berdiam diri di kelasnya

Bisa Bulan lihat di area lapangan basket ramai sekali karena most wanted sekolah sedang bermain basket bersama, banyak sekali siswa siswi yang melihatnya

Bulan memfokuskan dirinya kembali membaca novelnya sembari berjalan menuju bangku yang ia tuju, tiba-tiba saja bola basket terlempar kearahnya membuat Bulan seketika menghentikan langkah kakinya karena terkejut, sontak saja Bulan melihat sekitar bisa ia lihat orang-orang di sekitarnya menghindar dari bola basket tersebut tersisa Bulan yang tak menghindar

Banyak pasang mata yang menatapnya membuat Bulan tersenyum kikuk ingin melanjutkan jalannya yang terhenti tadi, sebelum kembali berjalan suara seseorang terdengar membuat Bulan lagi-lagi tak jadi berjalan

"Ambil bolanya" ucap Bumi sembari menatap Bulan, tak ada yang bergerak untuk mengambil bola basket itu membuat Bulan mengerti jika ucapan dari laki-laki itu perintah untuknya, terbukti mata laki-laki itu masih menatap lurus ke arah Bulan

Mau tak mau Bulan mengambil bola basket tersebut lalu berjalan sedikit mendekati laki-laki bernama Bumi kemudian melempar bola basketnya pelan, setelahnya Bulan kembali berbalik ingin pergi dari area lapangan ini

Bumi menggeram bukan ini yang ia mau, Bumi menginginkan Bulan memberikan bola basket tersebut seperti perempuan pada umumnya yang memberikan langsung di hadapan Bumi dengan di sertai senyuman terbaik mereka. Baru kali ini ia melihat perempuan seperti Bulan yang acuh pada dirinya, dengan cepat Bumi melangkah mendekati Bulan yang sudah berjalan menjauhi area lapangan lalu mencengkram lengan kiri Bulan membuat sang empu meringis karena lukanya yang masih belum sembuh sepenuhnya

"Gue ga suka lo ngasih dengan cara di lempar"

Bulan yang masih meringis berusaha melepas cengkraman Bumi di lengan kirinya "Aww.. Kak lepas ini sakit"

MY MOON | Lizkook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang